Downpour

75 15 7
                                    

'Tempat yang paling nyaman di dunia ini adalah bersama keluarga.'

Terdengar ramai, tetapi mengapa merasa sepi? itulah yang di rasakan Ayra. Kesepian, padahal mereka ada. Sendiri, padahal mereka di dekatnya. Ayra duduk bersedekup di depan pintu kamarnya. Rambut panjang beracak-acakan terurai menutupi matanya yang membengkak oleh air mata. Ke dua telinganya ia tutupi dengan tangannya begitu erat, hingga hanya terdengar suara isakannya sendiri. Matanya lurus menatap orang yang di cintainya. Orang yang membuatnya jatuh terpuruk dan tidak berdaya.

"Papa ... Mama. Tolong lihat Aku, sebentar saja!" lirih Ayra tidak sanggup berbicara dengan bibir yang bergetar ketakutan.

"Aku takut. Berhentilah! Hiks ... Berhentilah bertengkar. Aku butuh kalian! Jangan saling memukul! Hiks ... Jangan saling membentak! Pa ... Ma. Tolong lihat Aku! Tolong!" ucap Ayra yang tidak di hiraukan ke dua orang tuanya.

"Wanita seperti apa kamu hah? Aku menyesal menikah dengan wanita murahan seperti kamu." ucap Ayah Ayra sambil menunjuk-nunjuk wajah istrinya.

"Aku bukan wanita murahan seperti yang kamu bilang. Aku tau Aku salah, tapi Aku tidak serendah itu Pa." sanggah Mama.

'PLAKKKK!'

Mama Ayra terjatuh karena tamparan keras yang mendarat di pipi kanan, sehingga cairan merah keluar dari tepi bibirnya. Ayra ingin berlari menolong sang Mama, tetapi ia terpaku oleh rasa takut. Tubuhnya bergetar, keringat dingin bercucuran dan terasa begitu lemas.

"AKU GAK MAU TAU, POKOKNYA MAMA HARUS PERGI DARI RUMAH INI. PAPA GAK SUDI MELIHAT WAJAH MAMA DI RUMAH INI LAGI. PERGI!" bentak papa.

Mama Ayra hanya mampu terdiam dengan menghapus cairan merah yang keluar di bibirnya.

"Mama ... Maafkan Ayra!" batin Ayra dengan mengepal ke dua tangannya.

Papa pergi meninggalkan Mama yang tergeletak di lantai dengan wajah merah padam. Ia masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintu dengan membantingnya. Tidak lama, terdengar seperti suara pecahan kaca dan benda yang di benturkan di sana. Tubuh Ayra bergetar, Ia menggigit bibir bawahnya, ke dua tangannya mengepal erat.

"Papa ... hiks hiks" lirihnya dengan suara parau.

Ayra berusaha bangun dengan kaki yang bergetar. Langkah pelannya menghampiri sang Mama yang berusaha berdiri. Air matanya tidak berhenti keluar dan terlihat merah membengkak.

Ayra membantu Mamanya untuk bangun. Sang Mama tersenyum menatap anaknya sambil mengelus lembut rambut Ayra.

"Ma ...." serak suara Ayra yang terasa tercekik di tenggorokan. Begitu sakit, sangat sakit.

"Ma, Ayra ... Ayra takut Ma hiks hiks. Mama dan Papa kenapa? Hiks, Ayra ga mau Papa dan Pama berantem. Hiks hiks, Ayra takut Maa."

Mama memeluk tubuh Ayra dengan begitu erat. Di saat itulah tangis Ayra pecah, pecah di dalam dekapan sang Mama.

"Maafin Mama ya nak! Mama bukan Ibu yang baik buat kamu."

"Kenapa Mama ngomong kaya gitu? Kenapa Ma? Mama adalah Mama Ayra, Ayra sayang Mama dan Papa. Ayra gak Mau kehilangan Papa dan Mama! Ayra gak mau hiks hiks!"

"Maafin Mama ya sayang!" menghapus airmata Ayra. "Mama harus pergi sekarang!" mengecup kening Ayra dan berlalu pergi dengan berlari.

"Maaa ... Mamaaaa. Jangan tinggalin Ayra Maa hikss hiks. Jangan tinggalin Ayra!"

Tubuh Ayra meluruh melihat kepergian sang Mama. Ia menangis sesenggukan, merasa begitu hancur dan tidak berguna.

"MAMAAAAAAA!" teriaknya.

Bersambung ....

Nah ... Bagaimana dengan bagian pertamanya nih? Sampai gigit bibir yang ngetik wkwkwk.

Semoga suka yaa dengan cerita ini. Jangan lupa VOTING dan berkomentar biar Aku jadi lebih semangat ngetiknya dengan cerita yang lebih paaannjjaaaaannng.

Terima kasihhhhhh!!! 😘😘😘

ROLLER COASTER~~ [Kim Jisoo & Cha Eunwoo] Ayra X AlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang