ponsel pink

997 175 24
                                    


Benar dugaan Yohan.

Yena beneran pindah rumah. Sudah nggak tinggal di rumah tante Eunbi. Yohan udah nanya Lea, katanya Yena tinggal di perumahan khusus tentara gitu. Dan letaknya lumayan jauh dari rumahnya.

Sekarang Yohan makin bingung gimana bisa ngembaliin ponsel Yena, soalnya setelah itu dia jarang lihat Yena di sekolah. Tapi hari ini, di jam istirahat kedua.

"Nyet si Arka mana?" Lucas datang menghampiri Arven dan Yohan di meja kantin dengan wajah panik. "Katanya dia mau bagi PR sosiologi."

"Gak tau, makanya PR tuh dikerjain tadi malam. Pabji mulu sianying." Sahut Arven, menyodorkan buku sosiologinya ke Lucas, "Nih, lihat PR gue dulu."

"Ogah anjir, gue kalo mau nyalin PR masih diseleksi dulu ya. Gak mungkin gue nyalin PR si ranking dua dari belakang."

"Jancok."

Yohan mengunyah chitatonya sambil mendengarkan percakapan Arven dan Lucas. Matanya menyapu seisi kantin mencari Arka. Dia juga butuh Arka men soalnya juga mau nyalin PR. Emang diantara mereka berempat cuma Arka yang rajin buat PR.

Ia mengernyit saat melihat orang dia cari kini sedang bersama Yena, masuk kantin.

Nggak suka. Yohan nggak suka lihat Yena dekat sama Arka.

Maka dari itu, tanpa sadar dia bangkit, berjalan mendekati Arka dan Yena.  Menarik pergelangan tangan Yena, membuat gadis itu kini menghadap kearahnya.

Arka terkejut dengan sikap spontan Yohan barusan. Apalagi Yena yang sekarang udah ngelihat wajah Yohan sedekat ini.

"Bilang, waktu itu gue nyuruh lo buat apa?" Tanya Yohan datar.

Kening Yena berkerut, "Hah?"

"Yang keras!" Yohan membentak.

Hal itu membuat Arka harus ambil suara. "Bro-"

"Diem lo, Arka." Potong Yohan.

"Ngomongnya ditempat lain aja. Jangan di sini..." Yena melirik seisi kantin yang mulai memperhatikan mereka.

"Lo musti jajan dulu, Yen." Ucap Arka.

"Eh, iya. Gue mau jajan dulu."

"Udah. Lo sama gue aja. Ponsel lo masih di gue.” Yohan masih ngotot.

Arka terkejut, “Jadi ponsel pink itu punya Yena?”

Yohan tersenyum miring, “Iyalah.”

***

“Kasih alasan kenapa lo nggak angkat telepon rumah dari gue?”

“....”

Yohan berdecak keras. “Cepetan!”

“Pesuruh, playboy, nggak sabaran,nyebelin, jengkelin, menyebalkan tingkat dewa. Selain itu ada lagi nggak, ya, sifat jelek-jelek lainnya di diri lo?” Yena gantian yang berdecak.

Keduanya kemudian diam. Menikmati langit biru di rooftop sekolah. Ketika Yohan sudah mulai memejamkan mata saking keenakannya menikmati angin sepoi-sepoi, nada dering dari ponselnya membuat Yena melirik ponsel Yohan yang tergeletak begitu saja di antara mereka.

Yena menilik hati-hati. Takut Yohan sadar.

“Jawab aja,” gumam cowok itu lembut.

“Nomornya nggak kesimpan, nih. Musti dijawab?”

“Hng,” Yohan menyahut tanpa minat, “lima angka di belakang apa?”

Yena mengerutkan kening bingung, tapi tetap menuruti menyebutkan lima angka terakhir, “Ngggg... 52573.”

“Yesica.”

“What?” sahut Yena tak habis pikir.
Gimana bisa Yohan hapal itu?

"Jangan diangkat.” Buru-buru Yena meletakkan ponsel Yohan.

Yohan membuka matanya yang sedaritadi terpejam saat ponselnya berhenti berdering, “Udah mati?”

"Iya."

“Telepon dia lagi. Bilang, lo lagi sama gue.”

Lagi-lagi Yena menurut, ingin menelpon Yesica tetapi sadar ponsel Yohan dipassword. “Berapa password nya?”

Yohan meraih ponselnya, dan mengutak-atik beberapa kali di sana lalu menarik ibu jari Yena. Ia meletakkannya di tombol home ponselnya.

Dan ketika Yena sadar, dia buru-buru menjauhkan tangannya dari sana, “Ngapain ngasih sidik jari gue?!”

Yohan menoleh pada Yena, jengah. “Dasar alay.”

“Iiihhh, kenapa?”

“Ya biar bisa kebuka lah, Oneng.”

“Tapikan itu ponsel lo?”

“Berisik!” Sahut Yohan, mulai menelpon Yesica. Dan setelah tersambung, ia segera memberi ponselnya ke Yena.

"Yohan?"

"....."

“Kamu dimana? Aku mau ke sana!”

“.....”

Yena bingung banget mau ngomong apa.

“Yohan di atap...” gumam Yena masih menacari kata-kata yang tepat.

“Ngapain?!”

“Sama pacar ke-tigapuluhnya, Mbak. Saya.”Begitu ucapan Yena selesai, secepat itu juga panggilan diputus.

Tugasnya tadi benar, kan?

Yena nyengir lebar, “Udah, kan? kembaliin ponsel gue, yah!”

Detik berikutnya Yena memekik girang karena ponsel pink miliknya, yang sudah seminggu ini tidak ia pegang, kini sudah ada di tangannya.

***

aku jadi pengen sekolah di SMA 101. cowoknya ganteng ganteng sihhh

13.06.2019

Savage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang