Senin pagi, Yena sudah ada di sekolahnya. Bahkan security sempat heran ada murid yang sudah datang sebelum pagar di buka.
Alasannya adalah Yena harus mengetik artikel mingguan baru untuk dipajang di mading sekolah. Yena memang anak ekskul Jurnalistik yang kerjaannya nggak jauh-jauh dari ngetik dan ngetik.
Dia lebih suka ngetik di sekolah yang masih sepi. Selain tenang, dia juga lebih enjoy ngetik di kelas ketimbang di kamarnya.
Yena tersenyum sekilas saat melihat Rayan yang baru saja melewati kelasnya.
(Seungmin as Rayan)
Rayan adik kelasnya. Baru kelas sepuluh tapi skill fotografinya udab mantap banget. Makanya dia jadi salah satu fotografer andalan SMA 101 yang masuk ekskul jurnalistik.
"Rayan!"
Tanpa perlu pengulangan, Rayan menoleh. Pemuda tersebut tersenyum sopan dan berjalan mendekati Yena.
"Ya, Mbak?"
Mata Yena membelalak, "Mbak?" lalu akhirnya ia tertawa, "emangnya gue mau nawarin lo produk apa?"
Rayan mengerutkan keningnya. Tidak mengerti dengan apa yang kakak kelasnya katakan barusan. Melihat itu, Yena kembali tertawa.
"Hahahaha sorry, garing ya?"
"Mbak butuh apa?"
"Gue mau bilang, besok bawa kamera yang memorinya gede ya. Kayaknya bakal banyak deh fotonya," Yena mencebikkan bibir, memasang wajah memelas, "Bisa kan, Ray?"
"Bisa, Mbak." Jawab Raya kelewat cepat.
"Beneran?"
"Iya, Mbak."
"Weh, makasih, ya!" Yena yang kelewat senang langsung menggeplak lengan Rayan.
Yena emang pengen sok akrab sama Rayan dari dulu. Tapi kayaknya cowok itu kelewat kaku dan pendiam. Buktinya dia nggak berekspresi sama sekali waktu Yena pukul lengannya.
Yena langsung terkekeh garing, "Diinget loh, Ray. Dan btw jangan panggil gue 'Mbak'. Yena aja. Ye-Na. Karena gue masih muda, kayak adek lo malah." Yena terkekeh lagi sambil menunjuk leher Rayan dan puncak kepalanya bersamaan, "Nih, segini tinggi gue."
Hal itu membuat kerutan di kening Rayan semakin terlihat jelas, "Sudah kan?" tanya Rayan kelepasan.
"Iyap. Sudah. Hehe.."
Yena langsung lari masuk ke dalam kelas sambil menepuk jidatnya berkali-kali. Kenapa sih dia punya sifat sok akrab gini?
***
Rapat OSIS baru aja selesai. Sudah jam 5 sore tapi sekolah tetap ramai. Ada yang latihan paskibraka, ada yang main basket ada yang main futsal. Dan Yena sempat melihat Yohan yang sore ini main futsal.
Yena mulai mencari ojek online di ponselnya sampai dia mendengar suara seseorang.
"Yena? Pulang sama siapa?"
Arka Dirgantara. Ketua OSIS baru di SMA 101. Ganteng, ramah, baik, pintar. Haduuh pokoknya boyfriend material banget!
Tapi ada satu fakta Arka yang sampai sekarang masih Yena nggak ngerti.
Arka itu temen dekatnya Yohan.
Yena tahu temannya Yohan banyak. Tapi untuk temen dekat, ada Arven, Lucas dan Arka yang kemana-mana selalu bersama.
Masalahnya adalah, Arka yang paling waras diantara ketiga orang itu. Kok bisa sih berteman sama mereka?Oke, balik lagi ke Arka.
Yena sebenarnya ada perasaan khusus buat Arka. Dan kayaknya Arka juga begitu.
Keduanya udah dekat dari kelas sepuluh semenjak ikut OSIS. Ya, bisa dibilang kayak cinlok gitu. Tapi sampai sekarang hubungan mereka kayak nggak ada kejelasan.
Anterin gue pulang dong. Anterin. Anterin. Anterin. Batin Yena.
"Bareng gue yuk,"
Yes, peka banget deh! Batin Yena yang sekarang lagi kesenangan. Arka tuh emang peka banget!
"Nggak papa emangnya?" Tanya Yena, pura-pura nggak enak. Ya dia harus mahalan dikitlah, masa diajak langsung mau.
"Gimana kalo sekalian mampir ke mie ayam di depan? udah lama nih nggak ke sana, hehe.." Mata Yena berbinar saat mendengar usulan Arka.
Dulu, waktu kelas sepuluh Arka sama Yena sering banget makan mie ayam di depan sekolah. Soalnya enak banget. Tapi semenjak Arka sibuk jadi Ketos, jadinya jarang.
"Boleh, boleh! yaampun lama banget ya nggak ke sana." Ucap Yena.
"Loh, sayang, kamu kan pulang sama aku?"
Yena maupun Arka refleks menoleh ke sumber suara. Yohan yang saat ini penuh dengan keringatanㅡhabis futsal, datang dengan watadosnya.
"Sayang?" ulang Arka, melirik Yohan dan Yena bergantian. Seperti meminta penjelasan. "Kalian.... pacaran?"
"Nggak! Nggak pacaran, kok!" Jawab Yena cepat. Ia melotot ke arah Yohan, "Kenapa sih, Han?!"
"Sayang, jangan gini, dong. Maafin aku. Salah aku ke kamu apasih sampe kamu tega kayak gini ke aku? Aku tuh udah nelfon kamu berkali-kali. SMS kamu, WhatsApp kamu, DM instagram kamu, inbox Facebook kamu. Tapi satupun nggak ada yang kamu bales. Kamu kenapa? Kamu mau putus? Iya? Sayang, aku tuh masih sayang banget sama kamu. Jangan gini, seenggaknya kasih alasan kenapa kamu mau putus sama aku..."
Dalam hati, Yena mengumpat berkali-kali. Drama apa lagi ini?!
Yohan menoleh ke Arka, "Ka, gue nggak perlu jelasin lagi kan hubungan gue sama Yena apaan? Lo bisa tinggalin kita kali ini nggak?"
"Jangan. Gue tuh nggak ada hubungan sama sekali sama Yohan sumpah!" Yena menahan lengan Arka yang sudah ingin pergi.
Arka tersenyum tipis sambil melepaskan tangan Yena di lengannya, "Gue ngerti, Yen, lo ada masalah kan sama Yohan? Kalian bicarain aja dulu baik-baik, gue duluan, ya." lalu Arka menoleh ke Yohan, "Duluan, Han."
"Hati-hati, bro." Sahut Yohan.
Sampai akhirnya tersisa Yohan dan Yena di sana.
Yena menatap cowok di depannya ini dengan geram, "Maksud lo apa bangsat?"
"Yaaaa nggak apa-apa sih, pengen aja." Jawab Yohan santai.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Yohan.
"Gue nggak mau pulang sama lo. Gue bisa pulang sendiri." Ucap Yena sebelum dia pergi.
Yohan tertawa sambil memegang pipinya yang barusan ditampar, nggak merasakan sakit sama sekali.
***
03.06.2019
makin gaje cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage ✔
Fiksi Penggemar[Discontinue] Yohan. Cowok berwajah good-boy tapi bersifat bad-boy. Start : 23 Mei 2019 End : ©2019, fraideyy