Setelah kepergian Laras, setiap harinya Rio harus bangun pagi, untuk menyiapkan sarapan untuk Sasha, memasak nasi goreng dan telur, yang kadang gosong dan ada tambahan cangkang didalamnya, dan pada akhirnya Rio hanya membuatkan roti saja agar Sasha bisa sarapan.
Lagipula hanya itu yang ia bisa, mie instan? Tentu saja Rio bisa, tapi ia tidak akan memberi makan anaknya makanan kurang sehat seperti itu, ia hanya memakan mie itu sendiri.
Mama Rio menawarkan untuk tinggal disana dan membantunya merawat Sasha, tapi Rio menolak, ia ingin merawat Sasha sendiri, lagipula mamanya juga punya suami yang harus diurus, papa tiri Rio yang sudah sakit-sakitan.
"Sayang, sudah siap?" Tanya Rio tergesa.
Sasha saat ini tengah mengenakan bajunya dan ia kesulitan memasang kancing, wajar saja umurnya baru lima tahun.
"Astaga, maafkan Papa." Rio bergerak cepat memasangkan kancing seragam TK milik Sasha. Kenapa juga ia tidak memikirkan hal sepenting ini, Sasha masih sangat membutuhkan bimbingan.
"Ayo sarapan, Papa sudah siapkan makanan dan juga susu." Sasha mengangguk antusias.
"Papa telurnya gosong sedikit." Rio menghela nafas.
"Maafkan Papa sayang, kamu makan roti saja ya, nanti papa belikan makanan di luar." Sasha mengangguk. Ia tidak pernah mengeluh dan keberatan jika Rio memasakkannya masakan gosong, bahkan terkadang Sasha akan tetap memakannya.
•••
Seminggu setelah perginya Laras Rio masih sangat sulit menyesuaikan diri, mengerjakan banyak pekerjaan rumah, membantu Sasha dalam segala hal dan menjalani perkejaan kantornya.
Beberapa hari Rio jatuh sakit karena mengerjakan banyak hal, pekerjaan kantornya masih sangat banyak belum lagi urusan rumah, sehingga sang mama lah yang mengurus semuanya.
Tapi sebulan setelahnya, Rio kembali ingin menjalani hidup sendiri tanpa menyusahkan mamanya, dan akhirnya ia mulai terbiasa, ia akan bangun pagi menyiapkan makan untuknya dan Sasha, kemudian mandi dan membantu Sasha bersiap berangkat ke taman kanak-kanaknya.
Setelahnya mengantar Sasha ke sekolah dan pergi ke kantor, di jam makan siang Rio akan menjemput Sasha dan membawanya ke kantor, Sasha sangat suka bagian ini, dia suka sekali bermain-main di kantor ayahnya bersama karyawan-karyawan disana, mereka para karyawan Rio bahkan sangat dekat dan sangat menghormati anak bos mereka, apalagi Sasha ini anak yang ramah dan sopan, tentu saja banyak yang menyayanginya.
Untuk urusan mencuci baju dan membersihkan rumah, Rio sudah sangat handal, dia pernah muda dan jadi anak kost-an, tapi urusan masak itu yang dia tidak bisa, lima tahun tinggal di kost-an dia tidak memasak melainkan membeli, atau mamanya yang akan mengirim makanan, sebenarnya seperti itu adalah hal yang boros, tapi mau bagaimana lagi, daripada menghanguskan kost-an, jadi untuk sekarang Rio memilih delivery dan membeli makanan untuknya dan Sasha, meskipun begitu Rio belajar memasak juga, agak tidak terus terusan membeli makanan di luar.
"Papa Sasha mengantuk, ayo bacakan dongen!"
Rio menggendong Sasha dan membawanya ke kamar. "Ayo!"
Ditengah-tengah cerita bukan Sasha yang tertidur melainkan Rio, ia terlalu lelah seharian harus mengerjakan banyak hal, Sasha melihatnya tersenyum manis.
"Selamat tidur Papa, Sasha sayang Papa." Sasha mengecup pipi Rio lalu tidur disampingnya memeluk tubuh besar sang ayah.
•••
"Papa hari ini kita jadikan ke rumah Mama?"
"Jadi sayang, lihat papa sudah membawa bunga lili kesukaan mama." Sasha mengangguk antusias.
"Ayo papa cepat Sasha sudah rindu sekali." Rio menggendong Sasha dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Mereka sampai di pemakaman di mana Laras dimakamkan.
"Hai mama!"
"Papa ayo kasih bunganya." Rio meletakan bunga itu tepat disebelah nisan Laras.
"Mama apa kabar di sana? Baik kan?" Tanya Sasha, ia tidak menunggu jawaban, ia tahu mamanya tidak akan menjawab.
"Mama mau tau tidak? Papa itu malas mandi." Adu Sasha membuat Rio terkekeh.
"Kalau pulang kerja papa masih malas melepas kaus kaki!"
"Sasha juga masih suka dibacakan dongen saat tidur, Laras." Sasha mendengus.
"Mama tau tidak, semalam papa bacakan dongen Sasha, tapi malah papa yang tidur." Rio kembali terkekeh.
"Maafkan papa sayang."
"Tapi papa tetap pahlawan Sasha, papa mungkin lelah mengurus Sasha sampai-sampai papa ketiduran, sampai-sampai papa juga lupa makan dan makan mie instan, padahal papa bilang kalau mie instan tidak sehat." Rio terdiam, terperangah dengan ucapan anaknya yang masih berusia lima tahun, bagaimana anak sekecil ini bisa berbicara seperti itu?
"Papa, Sasha sayang Papa, sayang sekali." Kata sasha memeluk sang Papa.
"Yang Mama bilang benar, papa orang yang baik dan penyayang." Rio memeluk putrinya.
"Maafkan Papa sayang." Sasha menggeleng.
"Papa tidak perlu minta maaf, Papa yang terbaik untuk Sasha. Sasha beruntung punya Papa."
"Dari mana Sasha belajar kata-kata seperti itu?"
"Mama." Sasha memang anak yang pintar, memorinya kuat dan dia juga anak yang baik dan penurut.
"Papa yang beruntung punya Sasha." Mereka berpelukan disana.
"Ya sudah sekarang kita bacakan doa untuk mama ya sayang." Sasha mengangguk dan turut menengadahkan tangan untuk mendoakan mamanya.
•••
End
Tamat sudah kisahnya Mas Rio dan Mba Laras, tapi ini bukan berarti tamat juga kisah cinta Mas Rio selanjutnya ya ...
Mas Rio masih muda hey! Pastinya dia mau nikah lagi dong eheheheBuku ini ada series keduanya, Versi Rio dan kisah cinta Rio selanjutnya ...
Mau tau gimana kisah selanjutnya? Mau tau gimana waktu Sasha sudah besar? Monggo di cek sendiri beberapa jam setelah saya update ini ehehe...Bye!
Sampai ketemu di next Taelice ...
Btw yang saya spoiler di be mine sudah 10 part, dan saya akan update nanti setelah PKL saya selesai okai!
Untuk selingan saya isi pakai short Story nya mas Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Month with You
Short Story[Taelice] || Local version. [END] [Short Story] Ketika masa depan yang sudah tersusun dengan rapi harus berakhir hancur hanya karena datangnya sebongkah masalalu yang kembali menoreh cerita lama. ••• Since: 220619 End: 030819