4# Precious Love

354 59 1
                                    

Tzuyu kembali berhadapan dengan kertas-kertas di laboratorium fisika. Dibantu dengan Elkie, temannya yang dari kelas XI IPS 3 tersebut tampak sibuk dengan laptop.

"Tzuyu, semuanya udah tersusun. Tinggal satu dokumen lagi, ada sama Pak Jin Young."

Tzuyu mengangguki perkataan cewek berambut coklat itu. Mereka adalah siswa olimpiade fisika, karena ada hal penting yang dititahkan oleh pembimbing mereka, keduanya meninggalkan rapat Osis.

Sedikit informasi sekarang sudah pukul setengah lima.

"Udah dulu deh Tzu, kita ke kantin aja. Capek nih gue," sahut Elkie tiba-tiba.

"Tunggu bentar lagi. Udah mau beres," balas Tzuyu.

Elkie membuang napas kasar. Ia memilih bermain ponsel sampai Tzuyu selesai dengan pekerjaannya.

"Huft, selesai juga." Tzuyu menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Sekarang kita ke kantin, udah setengah lima dan kita udah duduk lebih dari dua jam!" oceh Elkie.

Tzuyu hanya mengangguk lalu mengikuti Elkie yang bangkit dari duduknya.

Mereka berjalan beriringan melewati koridor yang cukup sepi. Sampai di kantin, mereka mengambil tempat duduk yang paling dekat dengan salah satu penjual langganan mereka.

"Kita kan masuk divisi acara nih." Elkie membuka pembicaraan sembari minum es teh.

"Hm, terus?"

"Kita bakal ketemu sama administrasi-administrasi." Bahu Elkie menurun lesu.

"Emang kenapa?" tanya Tzuyu polos.

Gadis itu kontan menerima pelototan horor dari Elkie.

"Heh bocah, kita nanti sibuk sama kertas-kertas lagi. Gak suntuk lo?"

Tzuyu nampak berpikir sejenak, "Kita kan belum tau bakal kerja apa aja."

Elkie mendengus. Mengajak Tzuyu berbicara kadang sedikit menyebalkan. Gadis itu kelewat polos. Elkie menghabiskan es tehnya cepat. Kesal dengan Tzuyu.

Tidak berlama-lama lagi di sana, Elkie dan Tzuyu beranjak kembali ke lab fisika.

"Tzu, gue pulang duluan ya, ada urusan dadakan." Elkie sudah menggendong tasnya.

Tzuyu memberi anggukan kecil.

"Bye!" Melambai sebentar lalu menghilang dari pintu lab. Tzuyu membalasnya sekejap juga.

Selesai dengan segala urusan di lab fisika, Tzuyu keluar dari sana tak lupa menutup gorden dan pintu.

Niat awal ingin langsung pulang seketika buyar kala mengingat kalau power bank nya dipinjam Seojong. Gadis satu itu memang sempat mengingatkannya untuk mengambil power bank sebelum pulang.

Akhirnya gadis itu memutar badan lalu melangkah menuju ruang Osis.

Sepi menemani sampai Tzuyu masuk ke ruangan putih tersebut. Dirinya agak terkejut ketika menemukan enam orang dimana semuanya menatap ke arahnya.

"Ma-maaf, ganggu ya?" tanyanya tersenyum kikuk. Malu.

"Eh nggak kok, sini sini." Sejeong dan Wendy memanggil.

Tzuyu mendekat, duduk di sebelah Sejeong yang kosong.

"Gue masih pake, sori ya." Sejeong menyengir.

Tzuyu tersenyum, mengangguk pelan, "Gak papa kok."

Dengan begitu keenamnya kembali berdiskusi. Yang mereka bahas seputar hari jadi sekolah. Berbagai macam kegiatan mereka diskusikan.

"Bazar juga bagus. Antara bazar dari tiap kelas atau bazar tiap klub."

"Kalau lombanya gimana?"

"Diliat dari tahun lalu, lombanya kebanyakan buat perorangan."

"Kalau kita adain lomba perkelas juga seru."

"Ada beberapa request lomba, lebih baik kita milih-milih dulu."

Tzuyu hanya diam dengan ponsel di tangannya. Meski atensinya berlabuh pada ponsel tersebut, telinganya turut mendengar apa yang mereka diskusikan.

"Kalau gitu, konsepnya...." Perkataan Sejeong terhenti.

"Kan kita bakal ada panggung, udah pasti di lapangan upacara kan?" Ketua divisi perlengkapan dan dekorasi yang Tzuyu ketahui namanya Hanbin menarik perhatian mereka.

"Hu'um, tapi temanya gimana dulu? Kaya kalau peringatan hari kemerdekaan kita masang bendera atau pernak pernik yang warnanya sama dengan warna bendera." Wendy menjelaskan.

"Hm...."

Tzuyu menoleh sedikit pada keenamnya yang tampak bingung. Otaknya berpikir keras, imajinasinya bekerja. Kalau berbicara mengenai konsep atau tema sebuah kegiatan memang tidak mudah.

Disaat keenamnya kembali fokus setelah diam sesaat, Tzuyu meng-scroll bagian pencarian instagramnya.

Cukup lama seperti itu, sampai gabut melanda, ia meraih selembar kertas dan pensil yang ada di depannya.

Dan sampai pukul setengah enam, Tzuyu menghabiskan waktunya hanya untuk menggambar.

"Tzuyu," panggil Wendy membuyarkan gadis itu.

"Ayo pulang bareng."

Tzuyu menatap sekitar, semuanya sudah membereskan barang-barang mereka.

"Udah selesai, ya?"

Wendy mengangguk.

Sejeong berdiri dari duduknya seraya menyodorkan power bank Tzuyu.

"Makasih ya hehe."

Tzuyu mengangguk, "Sama-sama." Dan tersenyum manis.

"Maaf juga ya Tzu, lo pulang lama gara-gara gue."

Tzuyu tersenyum manis, "Gak papa kok. Aku juga sengaja tinggal."

"Ya udah, ayo pulang!" Sejeong menggandeng lengan Wendy dan Tzuyu.

"Kita duluan, ya." Mereka pamit dan keluar dari sana meninggalkan empat laki-laki yang merespon dengan anggukan.

"Bagus nih kalau divisi acara sama perdek rapat bareng." Suara Suho terdengar.

"Hm, buat tema kegiatan ya," ujar Jin.

"Boleh juga sih," kata Hanbin.

Jungkook hanya diam. Selesai membereskan barang-barangnya, laki-laki itu beralih membereskan kertas di meja.

Tangannya berhenti kala menemukan satu kertas yang berisi coretan pensil.

Kening laki-laki itu mengernyit. Seingatnya tadi kertas-kertas itu kosong semua. Diraihnya benda selembar tersebut dan diamatinya baik-baik.

"Panggung, bazar, pameran, lomba," gumamnya.

Otak Jungkook langsung konek dengan gambar tersebut.

"Siapa yang--"

Kertas ini berada di meja bagian Sejeong dan Tzuyu duduk.

Jungkook mengatupkan bibir. Gadis itu, Tzuyu, dia yang membuatnya.

***🦋***

Makin kesini makin gaje deh hahaha. Maklumin author aja ya:)

Jangan lupa vote dan komen.

See you.

Precious LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang