O6ㅡ

61 26 23
                                    

Yeri menatap Zea aneh. Ia bertanya pada Arin dengan bahasa isyarat, dan Arin menjawab dengan bahasa isyarat juga.

Seperti ini kira-kira obrolan mereka,

"Dia kenapa?" -Yeri

"Aku juga tidak tau," -Arin

"Dia aneh hari ini," -Yeri

"Ya, betul," -Arin

"Hei, Kim Zea," panggil Yeri. Sekarang mereka ada di kantin. Jam istirahat.

Yang dipanggil hanya diam.

"Hoi," panggil Yeri lagi.

"Kim,"

"Zea,"

"KIM ZEAAAA!"

"ZEAA!"

"ZEA BODOH!"

"ZEA IDIOT!"

"ZEA JOMBLO!"

Kehabisan kata-kata, Yeri menoyor dahi Zea kencang. Arin melotot melihatnya.

"SAKIT!" teriak Zea kencang, menarik atensi sebagian kantin. Wajahnya kesal.

"Tidak peduli. Aku memanggilmu sejak tadi, tau! Ada apa? Kau terlihat aneh hari ini!" tanya Yeri. Zea kembali murung.

"Tidak, aku hanya lupa memberi makan kucingku," jawab Zea setelah menggeleng.

Sedangkan Yeri dan Arin segera bertatapan bingung. "Kau kan tidak punya kucing?" Zea tergagap di tempatnya.


Zea memasuki rumahnya dengan lesu. "Aku pulang.." katanya lemas. Walaupun tau tidak ada yang membalas. Sebenarnya, ia dan kedua kakaknya itu hanya tinggal bertiga di rumah. Orangtua mereka sudah tidak ada karena kecelakaan saat Zea berumur sebelas tahun dan kedua kakaknya berumur tigabelas tahun.

Sejak saat itu, mereka di rawat oleh Paman dan Bibi, tapi tetap di rumah sendiri karena rumah mereka berdekatan.

Zea berdecak pelan. "Kemana sih dia itu? Masa bisa hilang tiba-tiba? Atau itu benar-benar hanya ilusi? Tapi-tapi.. aku benar-benar bicara dengannya kemarin!" monolognya. "Ah, tidak tau lah!"

Ia membuka pintu kamarnya kasar.

"Oh? Kau sudah pulang? Lama sekali. Aku hampir lumutan menunggu di sini,"

Zea terbelalak. "KAU?! KENAPA- KENAPA TIBA-TIBA MUNCUL?!"

Taeyong memutar badannya di kursi hingga menghadap Zea. Ia menatap gadis itu sok lugu. "Kenapa? Tidak boleh ya?"

Zea mengerjap pelan ketika melihat raut wajah Taeyong yang menggemaskan itu. Wajahnya bersemu. "T-tidak apa-apa sih. TAPI KENAPA KAU TIDAK ADA MALAM TADI?!"

"Aku.." Taeyong menggantungkan kalimatnya.






























".. lapar,"

Rahang Zea jatuh hingga lantai mendengarnya. "Jelaskan dulu baru aku beri makan."

Taeyong mendengus. "Kalau lapar aku tidak bisa mengingat apapun.. Aku siapa? Kau siapa? Ini di mana?"

Zea merotasikan matanya jengah. "Berhenti berpura-pura."

Bukannya menjawab, Taeyong malah menarik tangan Zea keluar kamar untuk memenuhi kebutuhan perutnya.



lagi rajin apdet

i wish i never met youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang