Changbin membuka matanya perlahan ketika ia merasa dadanya sesak.
"Hm?" Changbin berucap pelan dengan suara serak, mencoba mengenali benda apa yang menindihnya.
"Ayah, gimana tidurnya?" Ah, benar. Changbin ingat kalo kedua anak Chan sedang bersamanya.
"Kamu udah bangun, Felix?" Ucap Changbin setelah ia mengenali balita tiga tahun itu sedang memeluk dadanya yang masih berbaring.
Balita itu mengangguk lucu, tangan Changbin tak bisa menahan rasa ingin mencubit pipi gembul Felix.
"Aku mimpi indah." Ucap Felix.
"Benar kah?"
Lagi-lagi Felix mengangguk. Changbin meraih ponselnya di meja sebelah samping. Jam pada layarnya menampilkan angka 06.15.Ini masih terlalu pagi untuk bangun.
Changbin menengok ke arah kanan. Jisung masih terbaring bersama mimpinya.
"Felix, mau bobo lagi gak?" Tanya Changbin, ia masih mengantuk tapi tak tega membiarkan balita itu terjaga sendirian. Felix menggeleng.
Changbin menghembuskan nafasnya, tangan kanannya dengan lihai memainkan layar ponsel. Berniat memberi pesan pada Chan, lagi-lagi ayah dua anak itu sudah memberi jawabannya.
Abang Chan
Felix suka bangun jam segini, ajak aja dia ngobrol ato bacain dia cerita. Tapi ga menjamin dia bakal tidur lagi sih.Bang, gue masih ngantuk..
Changbin kembali merapatkan kelopak matanya. Ia kalah dengan rasa kantuknya.
"Naik, naik ke puncak gunung. Tinggi, tinggi sekali." Alunan suara Felix yang bernyanyi menuntun Changbin kembali ke alam mimpi.
ㅡ 👶 ㅡ
"Ayah! Felix lapar!" Felix berteriak di tempat duduk bayi yang dikirim Chan dan baru sampai tadi. Bangku itu Changbin simpan di dapur tak jauh ia berdiri untuk menyiapkan makanan, disampingnya Jisung yang mengetuk-ngetuk meja membuat pagi itu sangat berisik.
"Iya tunggu, ya." Changbin menjawab malas, ia menguap menandakan belum puas menyelam alam mimpi. Ia terbangun karena kegaduhan dua anak kembar tersebut.
"Felix, itu paman Changbin, bukan ayah." Jisung menimpali perkataan Felix dengan lucu, khas obrolan balita berumur tiga tahun.
"Tapi aku kangen ayah." Jawab Felix tak kalah lucu.
Jisung mengangguk. "Hem. Jicung juga.""Tapi dia bukan ayah." Jisung melambai-lambaikan jari telunjuknya di depan wajah Felix.
"Aku ingin panggil paman ayah." Felix keukeuh."Kenapa?" Percakapan dua balita ini belum berakhir.
"Karena Felix sayang paman seperti ayah."
"Jicung bagaimana?"
"Felix tidak suka jicung."
"Kenapa"
"Karena jicung monster."
"Hwaaa" Jisung otomatis memerankan dirinya sebagai monster. Membuat Felix ikut terlarut dengan peran, ia berlaga untuk membasmi monster yang berwujud jisung yang imut."Kalian lagi apa? Ini makanannya." Changbin menginterupsi drama si kembar.
"Ayah, Felix akan melindungimu dari monster." Teriak Felix girang ketika Changbin selesai meletakkan dua mangkuk sarapan sereal bayi pada keduanya."Felix, aku bukan ayahmu." Ucap Changbin halus.
Felix menggelengkan kepalanya, namun badannya ikut bergoyang. "Heueumm, Ayah Changbin."Changbin tersenyum melihat tingkah Felix, sedangkan Jisung sudah menyantap makanannya tanpa diperintah.
"Paman tidak makan?" Tanya Jisung ketika ia sadar Changbin hanya memperhatikan keduanya.
"Nanti paman makan.""Ayah, pesawat!" Felix merentangkan tangannya, jemarinya menggenggam kuat sendok yang terisi sarapan pagi nya, berniat memberi suapan kecil untuk Changbin.
"Jicung juga!" Jisung kemudian melakukan hal yang sama.
Changbin membuka mulutnya, membuat tangan keduanya berlomba-lomba memasukan sendoknya ke mulut Changbin, membuat sang pengasuh meringis pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ngasuh ; changbin x jilix baby (END)
FanfictionKetika Changbin harus rela mengorbankan libur minggu tenangnya untuk mengasuh si kembar Jisung dan Felix yang masih berumur tiga tahun selama enam hari penuh. genre: fluff, slice of life Catatan : ✧ Jisung dan Felix sebagai balita 3 tahun ✧ Changbin...