Chapter 5

1.6K 235 62
                                    

"Wah, jahitannya benar-benar rapi."


Eunhyuk menggerakkan lehernya, menoleh pada suster yang memeriksa luka jahitan di punggungnya. Begitu sampai di kantor pusat, ia dan Leeteuk yang mendapatkan sedikit luka memar di tangannya, segera menuju ke ruang perawatan kesehatan. Seorang dokter dan perawat segera memeriksa keduanya. Hyoyeon memilih menemani keduanya, masih dengan pakaian SAR yang lengkap.

"Benarkah?" tanya Hyoyeon.

Sang perawat mengangguk. Dokter jaga melirik sebentar ke arah luka Eunhyuk dan memberikan tanda jempol untuk mendukung pernyataan si perawat tadi. "Kubilang juga apa. Lihat saja, bahkan sebentar lagi pun, kau pasti bisa main sepak bola."

Hyoyeon tersenyum lega.

"Permisi?"

Semua orang dalam ruang kesehatan menoleh. Kwon Yuri berdiri di ambang pintu ruangan.

"Maaf, ada yang lihat Yoona?"

Leeteuk menoleh pada Eunhyuk dan Hyoyeon. Bukannya tadi dia ada? Bukannya Yoona terus bersama timnya? Namun, Eunhyuk dan Hyoyeon memasang ekspresi wajah yang sama bingungnya. Mendadak Leeteuk merasa tak enak. "Mungkin dia bersama … Siwon?" tebak Leeteuk.

Donghae mendadak muncul di balik Yuri. Napasnya tertengah. "Kapten! Aku juga tidak bisa menemukan Siwon. Tidak bisa dihubungi juga."

Baik Leeteuk, Hyoyeon, dan Eunhyuk langsung buru-buru berdiri. Leeteuk langsung mengenakan lagi jaketnya. Melihat pasiennya mendadak berdiri dari tepian ranjang yang sedari tadi didudukinya, perawat yang merawat Eunhyuk langsung memukul bahu Eunhyuk. "Kau mau ke mana?"

Eunhyuk menepuk balik lengan si perawat—memonyongkan bibirnya. "Bukannya kau sendiri yang bilang aku sudah boleh main sepak bola?"

Leeteuk mengeratkan rompinya. "Kita kembali ke gedung tadi."

.

.

.

.

Pintu otomatis terbuka. Balok besi besar itu terbuka dengan sedikit deritan yang membuat tim SAR menutup telinga. Begitu pintu terbuka, kepulan udara beku menerjang wajah semua orang. Eunhyuk buru-buru mengeratkan jaketnya, menggigil. Leeteuk dan Hyoyeon mengibaskan tangannya ke udara, menepikan kabut-kabut es yang pekat.

Begitu pandangan cukup jernih, mata ketiganya melebar.

Di lantai, mereka menemukan Siwon dan Yoona yang tak bergerak. Beku.

Berpelukan.

.

.

.

.

.

Selama beberapa jam, tubuh Yoona dan Siwon diletakkan di ruang khusus, dibungkus penuh dengan jaket penghangat yang sangat tebal, membuat keduanya terlihat seperti kepompong. Suhu tubuh mereka turun drastis. Ketika ditemukan, kulit keduanya memutih dan wajahnya pucat. Bibirnya membeku dan rambut keduanya kaku karena udara yang membeku membentuk butiran es. Detak jantung mereka juga sempat melemah. Namun setelah mendapat penanganan dan perawatan selama beberapa jam, kulit kedua insan manusia itu mulai merona. Keringat mulai terbentuk, dan warna pucat pasi wajah mereka mulai kembali normal.

Emergency Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang