II

1.1K 25 7
                                    

Hujan airmata menemani perjalanan dari sekolah sampai kerumahku.  Aku berlari kencanga dan ketika sampai di rumah aku langsung Mencium kening, pipi dan juga kaki ibu, mengharap maaf dan keridhoanmu atas semua tingkah laku padamu selama ini Ibu

Tujuh hari aku menyiram makammu ibu. Tapi tetap tak sanggup membayar kehilangan saat-saat terakhir melihatmu. Sedih itu tak kunjung pergi meninggalkanku.
Rasa kehilangan itu semakin menyiksa batinku. Hingga aku coba untuk bangkit kembali dan memberikan keyakinan pada diriku sendiri bahwa jasadmu memang ada di bawah sana tapi hati dan jiwamu ada di sini, di hatiku.
Bukankah orang baik tidak pernah mati, Ibu?
Mereka hanya meninggalkan jasadnya tapi kebaikan hatinya akan selalu bersama orang-orang yang dicintainya, bukan?
Dan itu yang kurasakan saat itu. Ibu tetap hidup di hatiku, menemani dan mendampingiku. Meski aku tak bisa lagi melihat kehadiran fisikmu secara nyata di sampingku. Namun, kadang aku benar-benar berharap masih bisa memeluk atau merasakan pelukanmu Ibu.

Ibu, bahwa aku tidak benar-benar siap ditinggalkanmu?
Aku hanya selalu ingin menunjukkan ketegaranku di hadapan keluarga agar mereka tidak mengkhawatirkanku. Sejatinya, aku teramat kehilanganmu. Karena kepergianmu merupakan kehilangan yang begitu berat bagiku. Apalagi saat lebaran pertama tanpamu di tahun 2013 lalu. Saat itu, aku bahkan tak bisa berhenti menangis. Entahlah, rasanya masih tak percaya bahwa Ibu sudah tiada. Bahwa Ibu sudah benar-benar meninggal dunia, meninggalkanku dan Ayah

Tentu Ibu tahu kebiasaan kita di setiap lebaran, yaitu sungkeman. Ibu sungkem kepada ayah.Aku sungkem Ibu dan Ayah. Tapi saat itu, sepulang aku dari sholat Idul fitri, begitu kubuka pintu, airmata itu pecah. Tak sanggup lagi rasanya menahan lebih lama. Tak sanggup lagi menunggu acara sungkeman baru mencurahkannya. Aku bahkan tak sanggup berkata-kata. Hingga cukup lama aku berusaha untuk menata perasaan dan mencoba menerima bahwa Ibu benar-benar telah tiada. Tapi, tangis itu kembali pecah saat aku benar-benar masuk acara sungkeman. Lama aku baru bisa menguasai emosi dalam dada untuk bersiap ke rumah nenek. Tapi, Ibu, bukan hanya aku yang menangis saat itu, Ayah pun ikut menangis karena kehilanganmu. Saat itu, kami berdua menikmati lebaran dengan menangis bersama dan saling berpelukan. Saling menguatkan saat menyadari kembali bahwa kami tidak lagi memilikimu, Ibu. Kami tidak lagi bersama Ibu seperti tahun-tahun sebelumnya. 😢😢😢

Ibu, bukan hanya aku dan Ayah yang kehilanganmu?
Tapi keluarga besar, sahabat, teman bahkan seluruh penduduk desa, semua merasa kehilanganmu. Saat itu, baru kusadari bahwa Ibu memang begitu berharga tidak hanya untukku tapi untuk semua orang. Mungkin Ibu bukan pahlawan, tapi Ibu meninggalkan kesan mendalam di hati setiap penduduk desa, tetangga terutama keluarga. Aku bangga setiap kali bertemu mereka dan melihat bagaimana mereka menangis saat memelukku sembari berkata, “siapa yang menyangka bahwa ibumu akan pergi secepat itu?
Dia adalah orang baik dan semua orang merasa kehilangan ibumu.” {Tangisan pun tumpah seketika }

Lama aku berusaha berdamai dengan perasaanku sendiri, mencoba menerima kepergianmu. Namun, setahun  rasa kehilangan itu kembali kurasakan. Saat dimana semua gadis menganggapnya sebagai hari paling bahagia dengan kebahagiaan yang sempurna. Namun, bagiku masih tidak sesempurna seperti yang mereka rasakan. Tidak ada Ibu di sampingku. Itu yang kurasakan. Tidak ada Ibu yang menemani, mendampingiku dan meredam semua rasa yang campur aduk di hatiku. Rasa kehilangan itu semakin kuat saat penyerahan surat kelulusanku. Tidak kudapati pelukan dan tangis harumu, Ibu, seperti ibu teman-temanku  .Aku merasa ada sebagian diriku yang kosong. Begitu juga saat teman-teman bergantian menyalamiku sembari mengucapkan selamat dan do’a atas kelulusanku. Bukankah seharusnya Ibu mendampingiku di sana, menyambut teman dan berterimakasih atas kedatangan dan do’a  mereka untukku?
Dan bukankah seharusnya Ibu juga memberiku nasehat untukku seperti yang biasa diberikan seorang ibu untuk putri mereka?
.
.
.
➡️➡️➡️

Sejuta Kerinduan Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang