III

747 13 3
                                    

Aku memasuki fase kehidupan sebagai  seorang pencari kerja tanpa mendengar dan melihat restumu secara langsung untukku, Ibu. Meskipun aku yakin, seandainya Ibu ada di sini, pasti akan memberikan restu untukku. Bukankah begitu, Ibu?
Dan pasti Ibu juga akan mengajariku menjadi seorang anak yang baik kuat dan tangguh . Ah, aku terlalu banyak berharap, bukan?
Itu bisa membuatkan terlalu banyak berkeluh kesah dan kurang bersyukur. Ibu pasti tidak akan suka karena dulu Ibu mengajariku untuk pandai bersyukur dan menahan diri untuk tidak mengeluh.

Ibu, aku melewati hari-hariku sebagai pencari Pekerja dengan banyak tidak tahu dan selalu mencarai tahu bagaimana seharusnya sikapku. Selama itu pula aku selalu gelisah setiap kali ditanya sudah Mendapatkan pekerjaan belum . Lumayan lama aku menunggunya, Ibu. Hingga sepuluh bulan sejak kelulusan sekolahku itu, aku menunggu dan perusahaan menyampaikan kabar gembira itu, sejujurnya yang ingin kuberi tahu setelah Ayah adalah Ibu. Inginku memelukmu dalam bahagiaku saat itu.

Tapi aku tidak bisa, bukan?
Sekali lagi, aku hanya bisa berandai-andai terhadap reaksi Ibu. Mungkin Ibu akan tertawa mendengarnya, tidak percaya bahwa gadis manjanya akan Bekerja di perusahaan ternama. Mungkin juga Ibu hanya akan tersenyum dan mengucapkan selamat. Tapi bisa jadi Ibu akan menangis haru sambil memelukku. Entahlah, Ibu, aku tidak bisa menebak mana yang benar. Aku hanya bisa meyakini bahwa jika Ibu masih ada di sini, pasti akan bahagia mendengar kabar itu, entah dengan ekspresi seperti apa.

Ibu, aku menjalani pekerjaan pertamaku dengan begitu banyak tanda tanya. Banyak sekali yang tidak kupahami dan kumengerti, Ibu. Saat itu, aku berharap masih ada Ibu di sisiku yang akan membantuku melewati semua tahapan dalam proses kesuksesanku . Tapi itu hanya harapan yang tidak akan terkabul, bukan? Aku banyak bertanya kesana kemari tentang ini dan itu seputar pekerjaanku. Lumayan, membah wawasan aku dalam bekerja.

Di saat begitu kebingungan, aku masih bisa bersyukur karena memiliki Nenek yang baik dan peduli padaku. Beliau memberikan perhatiannya kepadaku selama aku Bekerja sampai aku menyandang gelar kariawan tetap.
nenek menggantikanmu, Ibu.

Namun, semua tidak serta merta berjalan seperti harapku setelah Tuhan memberikanku Nenek yang baik dan sayang padaku. Saat Bekerja semakin mendekati pengankatan kariawan, semangat dalam jiwaku masih sangat membara. Ayah menyampaikan semua kemungkinan Aku akan berhasil. Kekasihku ikut mendengarnya dan mengerti kegelisahanku. Aku sadar betul akan minimnya pengalaman mengingat ini adalah kerja pertamaku. Akhirnya kukubur egoku dan mengikuti saran Ayah dan kekasihku untuk melakukan pembelajaran.
.
.
.
➡️➡️➡️➡️

Sejuta Kerinduan Untuk IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang