3. Sticky Note

533 107 8
                                    

Ada kala nya yang menghilang akan muncul kembali.
Coba ditanya, kenapa?
Pasti jawabannya karena Rindu :)
Halo Ray, apa kabar?

-Sticky Note-




     Raya, dengan wajah berseri tak lupa kedua pipi yang terhias rona merah berjalan menuju rumahnya, terbayang-bayang bagaimana manisnya Sticky Note yang ia terima dari 'mantan' pacarnya semasa SD dulu. Akan tetapi, kedatangannya tak membuat orang-orang dirumahnya bertanya-tanya walau Raya kadang tertawa girang atau bahkan tiba-tiba tersenyum. Justru ia disambut baik oleh kedua orang yang tengah bersenda gurau diruang keluarganya. Tak lain dan tak bukan, wanita setengah abad lebih tua darinya duduk bersama kakak sepupu yang menjaganya dengan sangat amat baik sejak dulu.

     " Tumben udah pulang? Makan dulu sana" Ujar sang Ibu, mempersilahkan anaknya untuk pergi menuju ruang makan. Belum sempat Raya berjalan, ia mendatangi Brian yang ikut duduk bersampingan bersama Mamanya tadi. Tangan Brian terangkat, menyentuh surai hitam dan pendek milik adik sepupunya. Sebuah ocehan tengah menggema ditiap sudut ruangan akibat tak terima. Brian semakin terkekeh, momen seperti ini tak membuat orang tua Raya harus menaruh rasa kesal pada Brian yang dikenal usil sejak dulu. Sudah biasa, selayaknya seperti kakak beradik.

     " Gimana? Enakkan kuliah?" Tanya Brian, namun dengan nada bicara yang sedikit agak terdengar mengejek.

     " Dih apaan, ngeselin. Baru aja masuk udah dapet tugas. Numpuk, lagi"

     " Kan ada Brian" sahut mamanya tiba-tiba. Raya semakin cemberut. Berkesan tak menyetujui apa yang mamanya ucapkan barusan. Bagi Raya, Brian tak terlalu banyak membantu, kerjanya hanya makan, tidur, lalu menonton. Siklusnya begitu terus, tak perduli dimana ia saat itu, Brian sangat tebal muka bila mengenai kebutuhan dirinya sendiri. Ya, itu yang dikatakan Brian, segala hal sampai bermalas-malasan pun merupakan salah satu kebutuhan favorite-nya dalam memenuhi SDM. Tak jarang jika banyak orang yang lalu lalang sering sekali melihat Brian dan teman-temannya diruang SeniOr dibandingkan didalam kelas.

     " Dih, Memangnya bang Brian bisa apa? Ngabisin makanan dikulkas?" Sarkas Raya. " Huss" Dengan cepat, mamanya menyahuti walau hanya menegur dengan sekali suara. Cukup ampuh untuk membungkam mulut Raya yang terkesan ketus itu.

     " Jangan salah. Jaman abang SD dulu, abang pernah masuk sepuluh besar dikelas"

     " Hmm...masa sih, bang? Kayanya Tante gak ceritain apa-apa tuh sama Yaya"

     Brian nyengir. Deretan gigi yang lebar dengan lengkungan manis di bibirnya membuat kedua matanya ikut menyipit. " tambah Nol lagi dibelakang sepuluhnya" Ujar Brian menambahkan. Raya atau yang sering ia panggil dengan sebutan Yaya oleh segelintir keluarganya ini menyorak dengan rusuh pada Brian, menyesal mendengarkan Brian yang tak ada faedahnya sama sekali mengenai Kuliahnya.

     Hampir lupa, sepanjang perjalanan ada yang ingin Raya tanyakan seputar pria bernama Bagas yang mengaku-ngaku sebagai 'pacar' nya itu. Oh tentu, Raya tak mau menceritakan bagian itu, dia hanya ingin bertanya tentang pria itu bagaimana bisa Abang sepupunya bisa kenal dengan pria yang bernama Bagas itu, apakah luasnya wilayah Jakarta dan sekitarnya begitu sempit? Lucunya jika saling berkaitan seperti ini.

     " Abang"

     " Napa?"

     " Abang kenal Kak Bagas dimana?" Sontak, pertanyaan Raya membuat Brian menoleh, pikiran yang tidak-tidak sudah membumbui otaknya. Mengapa dan kenapa?

     " Ya...Senior Abang lah"

     " Terus?"

     Brian menggaruk belakang tengkuknya dengan jelas. Raya yang masih menanti-nantikan jawaban Brian makin terdiam memberikan tatapan penuh harap agar Brian bisa memberikan informasi lebih pada Raya. Anggap saja Raya Kepo, Ingin tahu bagaimana kehidupan pria yang ia tanyakan itu, terlepas dari masa kecilnya dulu.

Kak Bagas (WenGa Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang