5. Terkenal

521 97 17
                                    

Kalian belum kenal kan, seberapa santainya Bagas?

Kini, pria itu sedang duduk bersamaan dengan adik tingkatnya yang lain. Tak perlu kaget jika Bagas disuruh untuk mengulang mata kuliah. Bukannya bodoh, bukannya tak pandai. Namun rasa malas lah yang mengalahkan semuanya.

Iya, Bagas adalah mahasiswa paling santai di kampusnya. Mungkin kalau ada nominasi kakak tersantuy sejagat raya, Bagas lah pemenangnya.

Dua bolpoin dengan warna yang berbeda sibuk ia mainkan diatas meja, menunggu jam mata kuliahnya berakhir dengan begitu cepat. Belum lagi belakang kepalanya yang mulai terasa berat. Bahkan, sejak tadi, ia tak bisa menahan bersin dihidungnya, membuat beberapa mahasiswa yang tengah fokus pada mata kuliah terlihat jengkel.

Tapi mau bagaimana lagi? Kalau masih sayang muka dan nyawa, mending jauhi Bagas. Benar bukan?

Tak usah buru-buru untuk menegur, menatap atau bahkan berpapasan dengan Bagas saja sudah ngeri sendiri, Bagaimana kalau mulai terlibat masalah dengan mahasiswa tersantai pemilik kampus tercinta mereka ini?

Adu jotos, itulah yang selalu Bagas gunakan untuk menyelesaikan semua masalahnya. Benar, itu tak membantu sama sekali justru malah memperburuk keadaan.

Semakin lama mendengarkan materi yang di anggap hanya sebuah celotehan kecil sanggup membuat Bagas makin merana. Baru saja jadi mahasiswa semester muda, apa lagi kalau sudah jadi mahasiswa semester tua?

Oke semua masih berlanjut, dua jam sudah mereka lewati termasuk Bagas didalamnya, Dosen berperawakan menyeramkan dan ganas itu mulai membereskan beberapa buku beserta mackbook yang ia bawa sebagai bahan mata ajarnya hari ini.

Bersamaan dengan yang lain, Bagas keluar dengan mata yang berkunang-kunang. Sedang sakit, disuguhkan mata kuliah sejenis itu. Koding dimana-mana, belum lagi bahasa-bahasa asing yang baru Bagas ketahui hari ini.

Inilah titik jenuh bagi Bagas, semakin lama ia semakin bosan. Seketika kakinya terhenti, sengaja ia usapkan kedua matanya yang mengabur hingga sanggup mengganggu aktifitasnya untuk berjalan. Berlanjut, ia kembali berjalan menuju ruangan pengap penuh dengan barang-barang untuk pergi beristirahat.

Bisa dilihat dengan mata kepalanya, ruang SeniOr terlihat sepi. Biasanya, ruang SeniOr sangat ramai dengan anak-anak yang lain. Ada apa? Sudah insaf? Mengingat itu, Bagas jadi geli sendiri saat telinganya tak sengaja mendengarkan siraman rohani khas dari bibir Vijay. Bukan kah Vijay dan ia sama saja? Tak perlu lah sok memberikan ceramah, tukas Bagas dalam hati.

Pintu kaca yang sedikit gelap bilamana dilihat dari luar ruangan telah ia dorong, hampir ia terkejut, melemparkan dua buah pena yang ia pegang pada adik tingkatnya yang sedang duduk disana bersamaan dengan seorang gadis yang sama sekali tak Bagas kenali.

Zaki, beserta gadis yang ia genggam tangannya menoleh menghadap kearah Bagas secara bersamaan diikuti dengan suara dorongan pintu yang diciptakan Bagas. Bagas menaikkan sebelah alisnya, belum ada obrolan diantara keduanya, Bagas agak sedikit speechless, dan Zaki bingung harus bagaimana.

" Nanti kakak antar kamu pulang" sambung Zaki tak lupa mengusap kepala sih gadis dengan sangat lembut. Gadis yang terlihat takut dan kaku itu mengangguk, ia tinggalkan ruangan ini melewati Bagas yang masih berdiri didepan pintu.

" Siapa?" Tanya Bagas, penasaran.

" Adik tingkat, Bang. Nanyain jadwal latihan" Jawab Zaki.

Bagas terkekeh kecil dibawah nafasnya yang mana sudut bibirnya ikut terangkat tak simetris.

" Alesan tolol" gumam Bagas. Ia baringkan tubuhnya diatas sofa buluk yang sudah menjadi saksi bisu bagaimana bebalnya anak-anak Senior dikampus ini. Nyaman rasanya begitu belakang kepalanya menyentuh tangan sofa yang terasa empuk dibandingkan bangku lipat berwarna putih dikelasnya tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kak Bagas (WenGa Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang