Pertemuan Yang Tak Disengaja

261 19 0
                                    

Ibukota memang dikenal dengan suara bising kendaraan yang berlalu lalang mulai dari pagi yang jalanan didomisili dengan mobil-mobil berisi para pencari nafkah yang akan masuk kerja beserta anak-anaknya yang akan ia antar ke Sekolah, mobil bus yang kebanyakan berisi anak sekolahan, dan orang-orang pengantar makanan dengan motor sebagai mata pencahariannya.

Langitpun akan berubah menjadi gelap yang artinya sore hari juga jalanan akan berisi jenis manusia dan kendaraan yang sama seperti pagi hari.

Dan hal ini akan terus berulang-ulang setiap hari Senin sampai Sabtu. Sementara hari Minggu jalanan akan terisi dengan beberapa kendaraan yang berisi orang-orang yang akan berlibur diakhir pekan.

Kicauan burung terus terdengar dibalik jendela kelas yang sengaja dibuka oleh ketua kalas atau lebih dikenal dengan banjang.

Beberapa siswa menggerutu karena bisingnya suara kicauan burung, tapi dengan santainya sang banjang terus mengajak ngobrol burung-burung yang berada diranting pohon.

Kelasnya berada dilantai tiga, yang artinya bersebrangan dengan beberapa burung yang sedang bernyanyi sambil bersantai didahan.

"Tutup jendelanya weh, berisik!" teriak siswa yang sedang membaca buku.

"Bentar, masih gibah" tolak siswa yang sedang bercengkrama dengan burung.

"Gibah sama burung?"

"Cuma kebetulan lewat aja" ia tampak beranjak dari bersandar dijendela kelas yang sengaja ia buka.

"Udah ya besok lagi, kalian mampir jangan lupa. Besok giliran kita gibahin Yedam, ok?"

Tidak ada yang tahu kemana burung-burung itu terbang selanjutnya. Tidak ada yang tahu juga burung yang kembali ke dekat jendela kelas besok adalah burung-burung yang sama. Bisa saja, mereka membawa teman-temannya yang baru, atau memang komplotan yang hinggap berbeda setiap harinya.

Jalanan disiang menuju sore mulai ramai diisi siswa-siswa pulang sekolah.

Mereka dengan arah pulang yang sama akan bertemu setiap hari dipersimpangan jalan. Ataupun dengan arah pulang yang berbeda juga mereka akan bertemu disuatu tempat, lalu melupakannya. Atau memang sengaja tidak mereka ingat karena begitu banyaknya orang-orang berbeda yang mereka temui setiap harinya.

"Ayah tadi ada Bunda pulang?" tanya siswi yang masih berseragam dengan posisi tiduran didepan tv led yang berada diruangan khusus menonton tv.

"Tadi ada simpen makanan, Ayah berangkat lima menit lagi ya?" pintanya.

"Aku ikut"

"Gak bisa Jea"

Cklek

"Wanita yang merebut suami orang dibakar hidup-hidup dilapangan" ia berjalan sambil membaca artikel berita diponsel tanpa menghiraukan Ayahnya yang sedang duduk dikursi meja makan.

"Siapa?" tanya sang Ayah.

"Eh ada Ayah? Sejak kapan disitu Yah?" tanyanya so polos, padahal ia sudah tahu kalau Ayahnya memang ada disitu sejak memasuki rumah.

"Ini nih, pelakor dibakar. Gak tau dimana" sambungnya.

"Kenapa kenapa?" gadis bernama Jea ini beranjak dengan cepat dan menghampirinya.

"Berisik, masih bocah" ledeknya yang kemudian membantingkan tas sepulang kuliah.

"Enak aja, gue udah kelas tiga SMA ya!" ia menjauh dari sang Kakak.

"Jea mau keluar dulu lah jalan-jalan" ia mendekati pintu dan mengenakan sandalnya.

"Ganti baju dulu itu!" bentak kakak laki-laki satu-satunya yang ia miliki.

"Lo juga mandi sana Chan!"

"Lo bisa gak sih jangan manggil gue pake nama?" tanya sang kakak emosi.

"Gak mau!"

"Jung Jeara!"

"Jung Chanwoo!"

Jeara keluar dengan seragam SMA yang masih menempel ditubuhnya yang ramping. Ia keluar sebelum sang Ayah keluar, bukannya melarang anaknya keluar belum mengganti seragam sekolahnya. Ia malah membiarkannya dan pergi untuk menemui seseorang dengan alasan urusan pekerjaan.

Dilain tempat, siswa dengan pipi yang chuby dan siswa tinggi ini sedang melakukan aksi berebut antrian untuk mendapatkan tteokbokki terkenal sedaerah Hongdae. Hari ini ia tidak mau kehabisan seperti kemarin saat pulang sekolah.

"Dob, munduran dikit kasian yang didepan Dob"

"Gak. Bilang aja lo mau nyalip ya kan?"

"Dob, Dob liat Dob!" tunjuknya.

"Gak, lo pasti mau ngibulin gue kan?"

"Itu Jea" ia berusaha meyakinkan temannya yang ia panggil Dob ini. "mau kemana dia?" lanjutnya.

"Mana?" tanyanya dengan mata yang mencari gadis bernama Jea.

"Itu"

"Hyuk, jangan liatin dia nanti ketauan, lo mau tteokbokki kita dia embat?"

"Enggak"

"Yaudah gak usah liatin"

"JEARA!!!"

"Sialan, kenapa lo panggil?" tanya Doyoung atau lebih dikenal dengan nama panggilan Doby.

"Bukan gue anjir" sambar Jaehyuk.

"Siapa?"

"Noh" tunjuk Jaehyuk pada seseorang yang pagi tadi asik membaca buku dikelas.

Jeara menatap orang yang memanggilnya. Sadar tidak sadar, tatapannya perlahan pindah dan mengarah pada siswa berseragam yang sama dengannya, telinganya yang sengaja ia tutup dengan earphone yang membuatnya semakin fokus untuk berjalan dan mengarah ke arah rumahnya.

Dengan cepat ia memalingkan tatapannya kembali ke arah siswa terpintar dikelasnya, siapa juga kalau bukan Bang Yedam.

"Lah?" Yedam tidak sendirian, ia terkejut saat muncul seseorang dari belakangnya dan berdiam disampingnya.

"Lo ngapain disini sendirian?" tanya seseorang yang bersama Yedam.

"A-ah.. itu, jalan-jalan doang" Jeara menjawabnya terbata-bata.

"Terus kenapa lo gak ganti baju dulu? Lo kabur? Ada masalah lagi?" kali ini Yedam yang bertanya.

"Gak apa-apa, gue jalan duluan ya!" Jeara tampak gugup dan segera berjalan menjauhi.

Tak sempat berjalan selangkah, tangan Jeara ditarik seseorang yang bersama Yedam secara tiba-tiba. Ia membelalakan matanya saat matanya bertemu dengan jarak lebih dekat dari biasanya.

Satu detik setelah Jea masuk ke dalam pelukan, ada beberapa sepeda yang melewati jalanan dengan kecepatan lumayan cepat.

"Lo gimana sih? Liat-liat dong! Kalau lo ketabrak sepeda itu gimana?" ia berubah menjadi marah.

"H-hah?" Jea terbata-bata.

"Eh Je, Kyu. Lu liat deh mereka lagi ngapain?" Yedam menunjuk dua orang yang sedang menyembunyikan diri sebisa mungkin didepan kedai tteokbokki.

"Jaehyuk! Doby!" panggil Jea sambil tersenyum cerah.

"MATI GUA"

***

My H [TREASURE Choi Hyunsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang