bagian 7

37 3 0
                                    


Tak terasa satu minggu sudah Liana pergi ke Bandung, hanya dalam waktu satu minggu gadis itu telah dekat kembali dengan keluarganya ia merasa memiliki keluarga yang sempurna seperti sebelumnya, keluarga kecil yang bahagia. Kedepannya memang Liana tinggal bersama Omanya karena kedua orangtuanya kembali melakukan perjalanan bisnis. Ada yang berbeda setelah ini karena.........

Flassback

Di dalam mobil terdapat sebuah keluarga yang direlungi rasa bahagia karna mereka bisa berkumpul walaupun hanya dalam waktu beberapa hari kedepan.

"Bun Lala boleh nanya?" Tanya Lala dengan serius disela sela canda tawa mereka. Ayahnya Lala pun dengan serius mendengarkan pembicaraan ibu dan anak itu dengan masih focus mengemudi.

"Boleh sayang, santai aja gak usah tegang" jawab bundanya Lala karena dilihat dari arah pembicaraan anak itu terdengar serius.

"Huffttt, gini bun, yah apa nanti selama di Bandung kita bisa ketemu sama abang? Jujur Lala kayak ngerasa bersalah karena Lala juga ikut nyembunyiin semuanya sama abang" ucap Lala sambil menatap lurus kedepan dengan mengingat-ingat kejadian itu.

"Ayah sama bunda kemaren udah ngebeli vila di Bandung deket sama rumah abang kamu tanpa sepengetahuan abang kamu jadi nanti kita sampe sana beres-beres terus berkunjung kerumah abang kamu dan ngejelasin semuanya" kata bundanya Lala dengan lembut.

"Lala kangen bun sama abang, dulu abang yang ngelindungin Lala dari anak-anak yang ngebully Lala, selalu ngebuat Lala tersenyum intinya selalu ngebuat Lala ngerasa sempurna bun" luruh lah pertahanan Liana yang sedari tadi ia tahan, pipi cubby milik Liana pun sekarang penuh dengan air mata.

"Udahh jangan nangis nanti ayah usahain agar abang kamu bisa pulang, bisa kumpul lagi sama kita" ucap  ayah Liana untuk menenangkan Liana sedangkan bundanya? Ia masih tertunduk dengan meremas pucuk baju bagian bawahnya untuk menahan tangis.

Dalam hati Liana tau bahwa tak semudah itu membujuk abangnya karena abangnya memiliki luka di hati begitu dalam. Niat awal menutupi semuanya agar keadaan baik-baik saja malah yang terjadi sebaliknya.

Selang beberapa jam telah sampai Liana dan keluarganya ke Villa yang telah keluarga mereka beli. Vila tersebut terlihat sangat klasik dan modern? Liana pun tak tau harus mendriskripsikan seperti apa vila itu yang pasti desain klasik, modern, dan mewah menjadi satu. Lala pun terpana melihat desain vila itu, sedetik kemudian ia sadar karena tak sengaja melihat bingkai foto keluarga berukuran besar hampir memenuhi tembok ruang tamu tersebut dan di depan bingkai besar itu ada rak-rak yang diatasnya terdapat bingkai kecil yang di dalamnya terdapat foto kebersamaan antara kakak dan adiknya, yah itu Liana dan abangnya. Diraihlah binkai foto kecil itu, diusapnya, dilihatnya dengan tatapan mata penuh dengan kerinduan.

Tess tess

Bulir air mata telah jatuh mejatuhi bingkai foto yang ia pegang. Di belakangnya terdapat seorang ibu yang merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan. Meremas baju yang ia lakukan untuk sedikit memendam rasa itu.

"La, ayo cepat beres-beres setelah itu kita kunjungi abangmu, kamar kamu ada dilantai atas pintu warna merah tua" ucap Bunda Liana sambil mengusap surai panjang Liana.

"Iya bun Lala keatas sekarang" ucap Lala sambil menaruh bingkai foto itu dan mengusap sisa-sisa air mata di pipinya.

Selesai berberes-beres mereka bersiap untuk mendatangi Azxen yahh nama abangnya Liana adalah AZXEN DERIRE MAHENDRA. Mereka bertiga telah sampai di depan pagar sebuah rumah, karena gerbang rumah itu tidak dikunci mereka pun langsung masuk.

"Biar Lala aja" kata Liana yakin karena kedua orang tua Liana sepertinya ragu untuk memencet bel rumah itu.

Ting...tong..

"Bentar" suara berat yang mereka rindukan pun terdengar begitu nyaman di telinga.

"Iyaa ada per________" terputuslah kalimat yang akan diucapkan Azxen.

Grepp

Liana pun langsung memeluk Azken karena ia sangat rindu dengan abangnya itu.

"LEPASSSS, LO SIAPA" kata Azxen sambil melepas pelukan dari Liana tak lupa ia menaikkan suaranya satu oktaf.

"Abang kok gitu sih, Lala kangen sama abang kita mulai dari awal lagi ya bang" mohon Liana tapi hanya disambut dengan senyum meremehkan dari Azxen.

"Maafin bunda sama ayah Xen kami mengaku salah, dan kami ingin membicarakan ini baik-baik" Ayah Liana pun angkat suara karena melihat Azxen melepas kasar pelukan dari Liana.

"Gak ada yang perlu dibicarakan, jika sudah tidak ada keperluan, disana gerbang masih terbuka" tunjuk Axsen ke pintu gerbang yang masih terbuka lebar.

"Kamu ngusir kami? Kami kesini mau bicara baik-baik nak, kami ingin kita kumpul seperti dulu lagi, tolong beri kami kesempatan untuk menjelaskan" kata Bunda dengan suara bergetar hampir menangis.

Hati Azxen pun luluh mendengar suara dari Bundanya lalu ia menuntun mereka masuk menuju rumahnya, tetapi masih dengan sikap acunya. Mereka telah duduk di ruang keluarga, Liana pun tercengang karena kondisi ruang keluarga milik Azxen sangat bersih dan rapih.

"Silahkan duduk saya hanya punya waktu sebentar karena saya harus kembali ke resto" ucap Azxen datar karena ia memiliki bisnis kuliner di daerah Bandung yang cukup terkenal jadi tak heran jika Azxen sangat sibuk.

"Terimakasih nak" ucap ibu Liana sambil tersenyum teduh, ia juga menatap Azken dengan tatapan rindu yang mendalam.

Hening.....

"Hufft jadi apa yang akan kalian bicarakan" ucap Azken memulai pembicaraan karena  sudah beberapa menit mereka dalam kondisi saling diam, mungkin sedang merangkai kata-kata yang akan diucapkan.

"Jad_____" ucap Liana terpotong.

"Jadi begini nak, dulu Ayah punya seorang teman yang sangat dekat sejak kecil, sinkat cerita kami selalu bersama sampai kami memiliki keluarga sendiri-sendiri, saat itu Ayah dan Bunda belum memiliki anak karena ada masalah di kandungan Bundamu______"

"Dan kalian mengambil diriku dari orangtuaku? Dan memisahkan aku dengan mereka? " Potong Azken

"Bukan seperti itu nak, pada saat usiamu baru satu tahun kedua orangtuamu mengalami kecelakaan mobil dan saat itu Ayah kandungmu meninggal di tempat, ibu kamu mengalami koma dan kamu baik-baik saja karena ibu mu saat itu mendekapmu sehingga kamu tidak terbentur apapun, setelah ibumu sadar ia menitipkan kamu kepada kita nak dan permintaan terakhir ibumu adalah untuk tidak memberi tahumu masalah ini dan menganggapmu sebagai anak kandung kami" jelas Ayah Liana

"Mengapa kalian tidak memberitahuku sejak dulu?" Ucap Azken yang sekarang merasa bersalah.

"Karena kami ingin menuruti permintaan ibumu yang terakhir, Lala pun tau masalah ini karena tidak sengaja mendengar pembicaraan kami" ucap Bundanya Liana.

"Apakah kalian mau memaafkan ku? Menganggap aku putra kalian?"

"Tentu nak, tentu sajaa"

Flassback off



Udah yak ampe segitu dulu, maafkan autor yang slow update.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOU IN MY ARMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang