GURU DAN SANG PUTRI

58 10 44
                                    

Untuk; Ernest & Eien

Dua bibir terpaut
Dua bibir berpagut

Dua luka menggores memadu duka
Menyulam kelam dalam getir yang terpendam

"Duka ini semakin menyayat jiwaku, Putri, perih ini kian mengiris saat aku berada di sisimu..." Bisiknya lirih

Pada bening matanya terlihat selaput mendung penghujan

"Jangan pergi! Guru, kumohon, jangan tinggalkan aku...!" Pintanya, "tetaplah di sisiku, selamanya..."

"Ia tlah memberimu sayap, Putri, engkau bisa menjamah angkasa bersamanya!" ucapnya, "sedangkan aku, tanganku hanya akan mematahkan sayapmu; sekalipun tanganku berniat melindunginya..."

"Tidakkah kau tahu, Guru, bahwa aku tiada mempedulikan kehancuran yang menghadang?" Sergahnya, "karena bagiku, berpisah denganmu adalah kesempurnaan kematian yang sesungguhnya..."

"Engkau akan bahagia bersamanya, bahagia di tempat selayaknya kau berada.
Naungan keanggunan sayap merpati adalah tempatmu, engkau akan terlindungi dalam dekapannya.
Sedangkan aku, aku hanyalah seekor srigala liar tersesat; yang lelah berjalan mencari rimbaku sendiri..."

"Tidak, Guruku..."
Jemari halus Sang Putri membelai lembut pipi Sang Guru, "Sang Merpati mungkin akan memberikan kebahagiaan dalam bentangan sayap indahnya.
Namun aku,
Aku akan mendapati kebahagiaan sejatiku saat taring tajam Sang Srigala menaungiku..."

"Tidak, Eien..."
Tangan Sang Guru menepis pelan jemari Sang Putri, "aku harus melangkah pergi
Aku akan tetap menapaki ketersesatanku mencari rimba yang takkan pernah kutemukan.
Karena rimbaku; adalah berada di sisimu, selamanya..."

Dua pandangan beradu
Dua tatapan memadu

Merajut luka dan duka menghujam terpisah hati terkekang tradisi yang menghadang;
Ius Consuetudo La Nosferatu...

Mandala Rahsa, 100619

04.15

PELITA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang