KEABADIAN

210 21 53
                                    

 
  KETIKA manusia adalah pena dan kehidupan adalah pujangga, tiadalah berbeda antara penyair-penyair Cina dan Persia jua Yunani dengan Romawi yang mengisyaratkan bahwa tabir-tabir telah sirna, dan tampaklah adanya bahwa impian dan cita-cita dari para petapa itu adalah Cinta.

  Pujangga yang bercerita layaknya bunga-bunga berbicara, gunung-gunung bergema, dan hewan-hewan yang memiliki bahasa keabadiannya telah memberitakan bahwa jurang-jurang bahasa manusia dan ciptaan lainnya telah dijembatani oleh Cinta.

  Penyair yang mengawali puisinya pada waktu pagi hari dalam ketenangan cahaya mentari mendapati hari dipenuhi sinaran warna-warni.

Siang ia temukan dunia benderang dalam perjuangan kehidupan dan nyanyian kemenangan gemilang.

  Petang kian membayang takkala matahari pelan tenggelam.

  Dan malam kian terasa menghadang menghadirkan kegelapan merambah keheningan.

  Cinta membimbing sang Penyair menemukan keheningan yang dinikmati; Menenangkan.

  Dan Angkara membawa sang Penyair merasakan keheningan yang menghampiri, menakutkan.

  Cinta itu kehidupan, Cinta itu kematian;

  Layaknya kematian adalah milik kehidupan yang membuatnya saling berbagi.

PELITA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang