Peter melangkahkan kakinya menuju kelas dengan sangat tidak bersemangat. Ned sedang sakit dan MJ sedang pergi keluar kota dengan keluarganya, yang artinya Peter harus menghadapi 'semua'nya sendirian. Yang membuat semua ini menjadi semakin terasa seperti neraka adalah kepalanya pusing dan indranya jauh lebih tajam dari yang biasanya.
Flash dan teman-temannya terus mengoloknya terlebih tidak ada MJ ataupun Ned yang menemaninya. Peter tau jika mereka tak akan diam walau ada guru sekalipun. Tak ada seorangpun orang ditempat ini yang berani menantang keluarga Thompson. Mereka donatur terbesar sekaligus seseorang yang cukup dipandang, wajar jika guru secara tak langsung tunduk pada Flash dan tak berani bertindak saat tau jika Flash melakukan pembullyan.
Sedangkan Peter? Dia hanyalah anak yang entah berasal dari mana, bahkan dia bukanlah anak yang berasal dari keluarga yang membesarkannya. Kata Flash, "Peter hanyalah seseorang yang dibuang dan dua temannya mau berada didekatnya karena rasa kasian semata", semua orang setuju pada pandangan Flash terhadap Peter bahkan Peter sendiri setuju akan hal itu.
Peter melihat kearah buku tulisnya, tugas sejarah yang ia kerjakan dengan sangat teliti kembali mendapat A+ dan tentu Flash tak terima nilainya kembali menjadi yang terbaik dikelas. Peter hanya menghembuskan napas pasrah jika memikirkan nasipnya sepulang sekolah nanti.
...
Peter berusaha untuk berjalan hingga akhirnya terduduk dihalte terdekat. Ia melihat kearah jam tangan miliknya, sudah pukul 5 sore.
"Harus segera ke tower," gumam Peter sambil berusaha berdiri saat ia melihat bus menuju tower sudah dekat dari halte tempatnya menunggu. Sekitar 25 menit perjalanan ia sampai di tower.
Peter melangkahkan kakinya menuju pintu khusus milik Avengers, mengabaikan sakit diseluruh tubuhnya serta pusing akibat sensornya yang menjadi terlalu tajam.
Pintu lift terbuka, Peter segera menggunakan penutup kepalanya dan berjalan melewati dapur, berharap tidak ada yang sadar akan keberadaannya.
"Pete."
Peter tersentak, ia melirik Natasha yang menatapnya khawatir sedangkan anggota Avengers lain hanya melihatnya bingung dan sejak kapan Loki pulang dari Asgard?. Lupakan, dia tak peduli yang penting sekarang adalah bagaimana dia bisa lewat tanpa ada yang sadar dengan keadaannya.
"Ya?."
"Kau kenapa?," tanya Natasha dengan nada khawatir Peter hanya diam sebelum akhirnya tertawa canggung dan berkata jika dia tidak kenapa-kenapa.
"Kau berbohong didepan god of mischief mortal," ujar Loki sambil melihat kearah Peter dengan wajah merendahkannya seperti biasa.
"Ah...."
Keadaan hening. Natasha memutuskan untuk mengambil tindakan, dia menghampiri Peter dan membuka penutup kepalanya. Avengers kaget untuk sesaat sebelum akhirnya khawatir atas keadaan Peter serta masa depan mereka jika Pepper tau keponakannya babak belur begini.
"Mereka?," tanya Natasha dingin. Peter diam, ia tak yakin untuk memberitahu Avengers mengenai keadaannya, ia takut dengan pendapat mereka jika tau seberapa lemah dirinya. Natasha yang paham akan sifat Peter hanya mendengus dan mengelus rambut Peter pelan.
"Ayo, kita keruang kesehatan. Bruce, kau ikut denganku."
Peter dan Natasha pergi begitu saja diikuti dengan Bruce yang berusaha secepat mungkin mengikuti mereka.
...
Peter melihat kearah Bruce yang sedang mengobatinya. Untuk pertama kali Peter berada sedekat ini dengan penemu kesukaannya, sedangkan Bruce sedikit gugup karena ditatap oleh Peter dengan pandangan kagum yang... berlebihan.
"A... jika kau ingin bertemu dengan Hulk sebaiknya-," Peter menggeleng cepat lalu berkata bahwa ia tak mau bertemu Hulk.
"Kalau begitu? Ada apa?," tanya Bruce yang masih gugup ditatap seperti itu oleh Peter.
"Aku penggemar beratmu, aku sudah membaca semua bukumu dan semuanya menakjubkan," ujar Peter bersemangat. Bruce terdiam, bagaimana mungkin dia lupa akan ketertarikan anak ini dengan ilmu pengetahuan.
"Hm, jika kau mau aku akan jelaskan penemuan terbaruku tentang gamma," ujar Bruce dan itu berhasil membuat Peter menjadi terlalu bersemangat, sedangkan Natasha hanya mendengus melihat dua kutu buku itu bersatu.
...
Peter, Bruce dan Natasha kembali keruang santai Avengers dengan tawa dan suasana ceria diantara mereka. Avengers hanya bisa heran dengan perubahan suasana diantara Peter dan Bruce yang awalanya seperti seseorang yang enggan saling mengenal tapi hanya butuh waktu kurang dari satu jam untuk mereka terlihat seperti ayah dan anak.
"Ada apa ini? Apa ada malaikat yang datang dan menyatukan kalian berdua?," tanya Tony sambil menatap mereka heran. Peter dan Bruce hanya saling menatap dan tertawa.
"Kau harus tau seberapa hebatnya Peter, Tony. Dia paham ilmu Gamma yang kukembangkan dan memberiku beberapa saran pengembangan untuk tangan prostetik milik Bucky," jelas Bruce bersemangat sambil mendorong Peter sedikit kearah Tony. Tony jarang melihat science bro-nya sesenang tapi ia tau apa yang Bruce mau darinya, "baiklah. Dia bisa ikut dengan kita masuk ke laboratorium, tapi pastikan Pepper tidak tau."
Bruce dan Peter seketika tersenyum senang sebelum akhirnya mengangguk paham, sedangkan Tony hanya berharap jika tempatnya tidak berubah menjadi tempat uji coba ranjau.
...
Peter menghabiskan waktunya untuk bercerita dengan Bruce hingga Steve memanggil mereka untuk makan malam dan segera semua Avengers diruangan itu pergi menuju ruang makan.
Kecuali Peter, dia hanya berjalan tenang dan akhirnya berbelok menuju kamarnya. Loki melihat hal itu hanya diam, namun entah mengapa ia sangat ingin menegurnya.
"Mortal, ruang makan ada disebelah sana."
Peter menengok canggung, sesaat ia hanya diam sambil melihat arah tunjuk Loki dan kemudian melihat kearah Loki.
"A... aku boleh makan dengan kalian?."
Sebelum Loki menjawab Steve sudah berteriak dengan suara 'mama Steve'nya dan memanggil Loki dan Peter untuk keruang makan segera.
"Kurasa itu artinya iya," gumam Peter dan mengikuti Loki yang sudah pergi duluan keruang makan.
Mereka sampai keruang makan yang sedang kacau balau. Peter hanya melihat kearah mereka bingung dan Loki bertindak seolah tidak terjadi apa-apa walau kini ruang makan sudah hancur berantakan. 'Kenapa ada anak panah menancap dimeja? Untuk apa mereka membaca senjata keruang makan? Piringnya retak.... kenapa ada bekas tembakan di tembok? Thor... palumu,' ribuan pertanyaan hinggap dipikiran Peter sesaat setelah ia melihat ruang makan yang hancur.
"Pete, duduklah-" Steve melihat keadaan ruang makan yang sudah tak berbentuk itu sesaat, dan akhirnya melanjutkan kata-katanya, "-ditempat yang masih layak."
Peter duduk disamping Natasha, ia melihat kemeja dimana ada palu Thor disana, Natasha yang paham segera berdiri dan ingin memanggil Thor, namun Peter menghentikannya, "tidak usah Miss Romanoff."
Natasha hanya melihatnya bingung, namun ia kembali duduk. Peter mengambil makanan yang barada paling dekat dengannya, bahkan tak ada satupun anggota Avengers yang peduli akan kehadirannya.
Hingga akhirnya ia mengangkat palu milik Thor dan menaruhnya di sisi lain meja.
Semua orang terdiam, Loki hanya tersenyum miring dan Thor yang menjatuhkan Pop Tarts-nya.
"Ah... maaf, aku akan pergi," ujar Peter sambil berdiri dan mengambil piringnya, Natasha menghentikannya, "tidak duduklah. Aku hanya ingin bertanya bagaimana bisa kau mengangkat palu itu?."
"A... angkat saja seperti biasa, palunya cukup ringan bagiku," jawab Peter santai, ia melirik Thor yang tampak kehilangan kata-katanya namun segera sadar dan berkata dengan lantang dan kencang.
"YOUNG ONE. KAU WORTHY!!."
"Huh?!."
...
Males edit :*
KAMU SEDANG MEMBACA
[DISCONTINUED] God of Virtue
FanfictionPeter Parker tak pernah tau siapa orangtuanya, ia dibesarkan oleh peman dan bibinya dari ia bayi sampai berusia 15 tahun. Dan kini Peter bertekad tuk mencari tau siapa orangtuanya. SEMUA KARAKTER DISINI MILIK MARVEL! SAYA TIDAK MENARIK BIAYA APAPUN...