7

2.1K 240 60
                                    

Thor histeris, Tony hanya tertawa, Peter tak tau harus apa dan Steve berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan kekacauan ini, salahkan Loki yang dengan gampangnya berkata bahwa Peter bisa saja merabut tahta Asgard dari Thor karena dia layak.

"YOUNG ONE. JANGAN AMBIL TAHTAKU, AMBIL SAJA POP TARTS-KU."

Tony tertawa terbahak-bahak bersama Clint dan Sam dilantai, Steve pusing bukan main, Natasha mengabaikan kelakuan bodoh semua makluk diruangan itu dan Loki hanya menikmati semua kekacawan disana sambil menyesap tehnya tanpa rasa bersalah.

"A.. Mr.Thor, tenang. Aku tak mungkin mengambil tahta Asgard darimu, aku tak layak untuk itu," ujar Peter yang sedang berusaha untuk menenangkan Thor yang histeris tapi sayang dewa petir tidak mengusik dan terus memohon padanya.

Peter yang kesal dibuatnya memutuskan untuk mempertaruhkan nyawanya agar Thor berhenti berteriak. Peter memegang pipi Thor dengan kedua tangannya dan membuat sang dewa petir melihat kematanya, "Mr. Thor. Liat aku, lihat. Apa mungkin orang sepertiku merebut tahta Asgard darimu? Dewa saja bukan, ke Asgard saja tak pernah."

Thor melihat mata Peter dan secara perlahan ia mulai tenang. Thor mulai membenarkan kata-kata Peter dan bergumam untuk meyakinkan dirinya sendiri jika Peter tak bisa mengambil tahta Asgard darinya.

"KAU BENAR YOUNG ONE. TAHTA ASGARD ADALAH MILIKU DAN KAU TAK BISA KEATAS KARENA KAU BUKANLAH DEWA."

Peter tersenyum lalu kembali duduk ke tempatnya dan makan dengan tenang, mengabaikan Thor yang tak bisa berhenti berbicara selama makan malam berlangsung.

Natasha yang mendengar pernyataan Thor hanya mendengus. Untuk sekarang biarlah dia yang tau akan dua fakta yang saling disembunyikan baik oleh para Avengers ataupun Peter Parker sendiri.

"Peter bisa menjadi dewa jika ia bisa membuktikan apakah ia layak atau tidak," sambar Loki tiba-tiba saat acara makan malam mereka hampir selesai, setelahnya suasana sangat kacau sampai-sampai Natasha harus turun tangan untuk menenangkan mereka.

...

Peter merapikan piringnya dan langsung mencucinya. Mengabaikan segala perbincangan Avengers yang bisa ia dengar dengan jelas walaupun mereka sedang berbisik.

"Tak ada kabar dari Spider-Man?," bisik Steve pada Tony. Peter melirik dua otak dari Avengers itu dan menyimak perbincangan mereka.

"Tidak, tidak ada laporan tentangnya untuk beberapa minggu ini. Dia menghilang begitu saja dan tingkat kejahatan langsung meledak karena pahlawan jalanan tidak berpatroli," jawab Tony sambil menikmati pemandangan kota dari jendela besar dekat ruang makan.

"Fury ingin kita membawa Spider-Man secepatnya, terlebih akan ada misi untuk kita selesaikan yang artinya pencarian Spider-Man akan tertunda untuk sementara."

Tanpa Peter sadari dia sedikit menghela napas lega saat mendengar pencarian terhadap Spider-Man akan dihentikan untuk sementara dan itu artinya ia bisa turun kejalan dan kembali menekan angka kejahatan saat semua Avengers sibuk dengan misi mereka.

"Hei."

Peter menengok, dia tau jika Clint sudah ada dibelakangnya sedari tadi dan tak mungkin dia asal menyapa pemanah unggul yang satu ini begitu saja.

"Kau suka Mario Kart?," tanya Clint sambil berjalan dengan tenang ke samping Peter dan menyandarkan dirinya kekulkas. Peter hanya diam, tak menyangka jika pertanyaan seperti itu bisa keluar dari mulut anggota Avengers.

"Ya, aku suka. Aku beberapa kali bermain gim itu saat berkunjung kerumah temanku," ujar Peter sambil mengeringkan tangannya. Entah mengapa Peter tiba-tiba ingat wajah kesal MJ saat ia berhasil mengalahkan poin tertinggi miliknya dan butuh waktu 3 jam untuk MJ mengalahkan poin Peter agar kembali menduduki posisi teratas.

"Mau main?"

Dan yang selanjut Peter ingat adalah dia yang menghabiskan malamnya bermain Mario Kart bersama Clint, Sam dan cookies buatan Bucky di ruang santai hingga Mama Steve menyuruh mereka tidur karena besok Peter masih harus pergi kesekolah.

...

Suara jam terdengar nyaring untuk Peter. Bangun pagi memang bukan teman baik Peter namun ia harus melakukannya mengingat ia harus sekolah.

"Pete."

Tony mengetuk pintu kamar Peter, entah mengapa ia menjadi sedikit peduli pada anak ini dan entah karena apa ia juga tak mau anak ini terlambat kesekolah karena masalah bangun pagi.

Tony bukanlah orang yang bisa akrab dengan anak-anak secepat Clint ataupun Scott, bahkan memiliki anak adalah hal terakhir yang ia inginkan didunia ini. Tapi Peter berbeda, dia tidak berteriak dan membuat Tony pusing, Peter juga tidak over reacting saat melihatnya dan Avengers, bahkan awalnya dia mempertanyakan apakah anak ini normal karena reaksinya yang terlihat ketakutan saat melihat Avengers.

Ada banyak hal lain yang membuat Peter mendapat nilai plus dimata Tony seperti komentar Bruce tentangnya, dia yang berhasil mengangkat palu Thor, dia yang berhasil membuat Thor diam dan dia yang bisa dengan cepat akrab dengan Clint dan Sam walau Clint-lah yang lebih dulu mengajaknya bermain, Peter juga cerdas sampai ia serta Bruce bisa berdebat dengannya, tentu saja Tony sangat menikmati perdebatan mereka.

Tony memutuskan untuk masuk kekamar Peter karena anak itu tak juga bangun. Dibukanya perlahan pintu kamar Peter dan masuk kesana dengan tenang. Kamar itu tak berantakan tapi tidak juga rapih bisa dibilang normal untuk anak remaja.

Tony melihat kesekitar dan melihat satu botol cat rambut temporer dan tempat menyimpan softlens, 'apa dia minus?,' pikir Tony dan berjalan menuju tempat Peter berada.

Dibukanya tirai yang menutupi jendela, ia biarkan sinar matahari menyinari ruangan itu kemudian matanya melihat sisi lain dari seorang remaja bernama Peter Parker.

'Jadi warna rambutnya bukan coklat, tapi hitam.'

Tony menepuk wajah Peter pelan dan membuat anak itu semakin menarik selimutnya, "Pete, bangun. Sudah jam 7 kau akan terlambat jika tidak bangun sekarang," ujar Tony menepuk pelan tubuh Peter dan hal itu berhasil membuat anak usia 15 tahun yang masih sekolah seperti Peter secara spontan membuka kedua matanya.

"Jam berapa sekarang?," tanya Peter yang segera bangun dari tidurnya.

"Jam 07.16 sir," jawab FRIDAY.

Segera Peter lari ke lemari pakaian dan mengambil baju secara acak lalu pergi kekamar mandi dengan tergesa. Ia mengapaikan keberadaan Tony yang masih terdiam karena tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Setelah sadar dari keterkejutannya Tony memutuskan untuk melihat keadaan sambil menunggu Peter selesai mandi untuk menanyakan suatu hal padanya.

Peter keluar dari kamar mandi dengan pakaian acak yang ia ambil dilemari, dengan segera ia berlari menuju meja rias dan mewarnai rambutnya sembarangan, tak peduli jika ada bagian yang terlewat lalu ia menyambar kotak softlens-nya dan kembali pergi kekamar mandi.

Setelah selesai menggunakan softlensnya Peter menyambar ponsel, tas dan kacamatanya lalu segera pergi menuju pintu, namun langkahnya terhenti karena Tony memanggilnya.

"Pete."

Peter membeku, ia benar-benar lupa dengan Tony yang masih ada di kamarnya. Dilihatnya jam yang masih menunjukan pukul 07.30, 'kurasa 10 menit cukup untuk menjelaskan semuanya,' pikir Peter dan berbalik.

"Kejutan?."

"Bisa jelaskan dengan cepat karena jika tidak kau akan terlambat," ujar Tony santai, dia yakin ada hal yang membuat Peter menyembunyikan semuanya dan dia ingin tau apa itu.

"Baiklah. Jadi sebenarnya Parker bukanlah keluargaku, aku tak tau keluarga asliku dan aku memutuskan untuk menggunakan cat rambut serta softlens agar aku terlihat seperti memiliki relasi dengan May walaupun hal itu sia-sia, dan penampilanku tanpa softlens dan cat rambut adalah penampilan ku sebagai model bernama Erén," jelas Peter secepat yang ia bisa, Tony mengangguk paham.

"Ada hal lain yang harus kau ceritakan?," tanya Tony basa-basi. Peter menggeleng dan Tony menunjuk sesuatu dilantai.

Peter menatap 'sesuatu' itu dengan pandangan horror sedangkan Tony hanya tersenyum penuh kemenangan, "sepertinya ada yang harus kau ceritakan padaku Spider-Man?."

...

1176

[DISCONTINUED] God of Virtue Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang