Apalah kami tuh kecuali tim hore, yang penting eksistensinya diingat saat gajian, bonus akhir tahun, dan THR.
ーCeriーTakdir itu memang kadang nggak adil, persis bisikan Tata, "Bisa nggak adek bos jelek aja?"
Aku mau tertawa, kadung disikut Tata yang nggak mau orang lain di ruangan itu tahu obrolan kami. Ini hari Selasa, tanggal sebelas, bukan waktu yang tepat mengenalkan karyawan baru... ups, ngaco... bos baru kami nomor dua. Adik bos maha benar datang pukul sepuluh, disambut Mas Izhar, dan sekarang mengumpulkan kami semua di ruang meeting. Buat apalagi kalau bukan sambutan basa-basi.
"Saya senang sekali..." Dia tarik napas panjang yang membuat blus di bagian dadanya mengembang. Aku melirik Dirga yang melotot memerhatikan dua balon super bos nomor dua. Aku menyeringai tapi enggan mengadukan ke Tata. "Kaku banget pake saya-kamu. So, gue akan langsung ke point. Nama gue Queenshila. Gue akan jadi representative kakak gue di sini. But, yeah, don't hesitate to talk and discuss everything to me. Kita bangun suasana homey and family ethics. Gue suka interior kantor, juga laporan hasil kerja kalian. FYI, gue sudah baca profil kalian semua dan terima laporan bulan lalu. Mulai sekarang, kalian bisa minta acc lewat gue tanpa perlu repot ngirim ke Aga. Can we deal about it?"
Dirga dan genk kijangnya berseru riang. Mas Izhar yang biasanya kalem mendadak lebay dengan standing applause. Otomatis aku dan Tata mengikuti. Apalah kami tuh kecuali tim hore, yang penting eksistensinya diingat saat gajian, bonus akhir tahun, dan THR.
"Ok, meeting kita kelar. Lo semua bisa balik kerja lagi." Queen, sang ratu baru kantor kami tersenyum lebar mengantar semua karyawannya keluar ruangan. Aku dan Tata yang duduk paling ujung, terpaksa masuk antrian paling buncit untuk bersalaman dan mengucapkan basa-basi 'welcome to the jungle, RAWR!'. Hey, itu becanda. Kami bisa kena gorok bos besar jika berani menakuti adik tersayangnya.
"Kamu Ceria, ya?" Queen menarik tangannya yang hendak aku jabat.
"Iya, Bu," jawabku dengan nada super tolol dan muka bingung. Tata melambai, memberi kode meninggalkanku dan bos besar nomor dua.
"Gue suka tata ruang kerja gue. By the way, I love those pretty stuffs in my bathroom. Dapat ide dari mana?"
"Dari Pak Aga, Bu." Memangnya dia kira aku cenayang yang tahu apa sabun favorite, scrub badan, lilin aromaterapi, lampu-lampu unyu, dan tetek bengek hiasan cantik unfaedah lainnya? Gila saja. Aku harus tahan diri membaca tiap email abangnya yang meneror barang-barang super mungil dengan harga selangit itu demi memuaskan ratu cantik satu ini.
"Mas Aga memang perhatian banget. Omong-omong, gue mau kasih Mas surprise. And I need you, Cer... panggil Ceri, boleh?" Aku mengangguk sekali, lalu menatap miris angsuran tanganku yang nggak dapat respons balik. Queen menarik lenganku menyusuri koridor menuju ruangan yang telah menyedot dua ratus ribu dari kantong pribadikuーwaktu bayar jasa Mpok Isna. "Mas akan balik ke Jakarta. Sebentar sih. Buat jenguk gue dan cek kerjaan anak-anak. Tapi gue mau balas usaha Mas."
"Usaha apa?" Tanyaku polos. Ini polos beneran. Apa sih usaha yang bos maha benar lakukan buat Ratu beraroma uang ini? Setahuku orangtua mereka sehat walafiat dan masih bisa mensponsori hidup kedua anaknya.
"Ruangan ini, Cer. Gue nggak pernah nyangka Mas akan berbuat segini banyak. Gue terharu."
Dan gue nggak terpengaruh.
"Mas baik banget."
Buat lo, nona kaya yang kebetulan adiknya.
"Dia sayang banget sama gue."
Lo adeknya, Mpok Nori, perlu gue ulang berapa kali sih?
"Makanya gue mau re-decorate ruang kerja Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
How Could I Possibly Go Wrong?
ChickLitCeria harusnya tahu ruangan kramat Bos Maha Benar jangan pernah disentuh. Apalah daya dan kuasa seorang Ceri jika bos nomor duaーlet's say adik kandung bos besarーyang memerintahkan perombakan itu. Satu kali re-decorate, kelar hidup Ceri. "Please, ja...