Carrol tengah menikmati makan siang di salah satu cafe dekat kantor, sejak sebulan terakhir penyelidikan masih terjadi terkait kasus kematiaan mendadak senator. Beberapa wawancara dengan orang terdekat senator sudah terjadi namun tidak menemui titik terang siapa pembunuhnya.
Melihat dari kaca pembatas lalu lalang orang-orang yang berlalu terlalu cepat seolah dikejar waktu, seisi cafe terisi penuh.
"Cafenya ramai, boleh duduk disini?"
Carrol mendongkak melihat lelaki bertudung hitam menunduk, mengangkat sedikit hodie bagian kiri mempelihatkan mata yang sepenuhnya sudah memutih.
Sambil tersenyum miring dia berkata. "Lama tak jumpa Agent Carrol."
Carrol berdecih sambil mengibasakan tangan, "aku sibuk."
Lelaki tersebut tertawa meledek, lalu duduk dan menatap Carrol mencemooh. "Kau tidak akan lebih sibuk daripada mengungkap kasus orang mati."
"Astaga! Perhatikan bicaramu Malbey!" Carrol menatap tajam lelaki itu, Kurt Malbey. Lelaki tua bermata satu lagi-lagi hanya melayangkan tatapan penuh cemoohan. Lalu kembali melanjutkan berbicara dengan seenak jidatnya.
"Kau kecolongan lagi bulan lalu?"
Carrol hanya mencabik kesal sambil pura-pura tidak mendengar ucapan Kurt. Dirinya akan bertambah kesal kalau meladeni semua ocehan tersebut, dan akan semakin tersudut.
"Aku hanya tidak sengaja melihat Duck menyeretmu dengan lembut," sindiran Kurt terdengar semakin halus.
"Aku heran dengan mulutmu pak tua Malbey, kenapa begitu tajam dan tak berfilter? Kau itu harusnya banyak-banyak ke gereja."
"Ya...ya... ya bunda maria yang suci, aku akan ke gereja nanti saat kakiku sudah tidak berjalan sendiri."
Carrol menatapnya tanpa berkedip sebelum kemudian tertawa. "Maka kau harus mati dulu agar bisa dibantu untuk datang ke gereja."
Malbey hanya merespon dengan tawa tuanya, sambil sesekali melihat pergerakan orang-orang. Matanya terus berpedar melihat orang-orang, walaupun sebelah harus Carrol akui mata pak tua Malbey masih memiliki ketajaman yang tinggi.
"Fokusmu kacau, Carrol. Kau tidak sadar?"
Carrol hanya tertawa, ia akan mendengarkan pendapat Malbey seperti biasanya soal kinerjanya. Walaupun tak berhubungan dekat, Carrol merasa Malbey begitu peduli padanya.
"Aku perhatikan kau semakin sering terkena teguran, apa kau sudah tidak berambisi mengungkap kasus kematian Ibumu?"
Carrol menatap Kurt Malbey dengan serius, dia kadang heran dengan pak tua ini. Lelaki itu selalu berada di manapun Carrol berada, lalu mencuri-curi waktu untuk menemuinya dan meledeknya.
"Kadang-kadang aku menyesalkan semua frekuensi yang kau katakan, kadang benar kadang salah. Tapi yang paling aku sesalkan, aku mempercayaimu!"
Carrol membuat raut gemas lalu berdecih begitu melihat Malbey lagi-lagi menikmati ekspresi dramatis Carrol. "Kau akan kesulitan tanpa bantuanku, kau tau?"
"Benarkah, Malbey? Tanpa bantuanmu? Kau pasti bergurau!"
Kurt lagi-lagi terkekeh, lelaki tua ini memang banyak membantunya. Selama masa akademi dulu, disambung semua kasus sebelumnya yang bersangkutan. Kurt selalu mendengarkan analisis Carrol.
"Kau harus berhasil, Carrol."
Carrol diam, enggan merespon. Tuntaskan apa yang sudah kau mulai, rasanya semuanya semakin dekat. Jangan sia-siakan semua yang semakin nyata, dan jangan lakukan kesalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dos- EL Segundo
ActionDante San Matthew, lelaki beristeri itu harus terjebak pernikahan lainnya dengan seorang gadis atas titah mertuanya, sebuah rencana dengan alasan sebuah nyawa. Sedangkan gadis itu, Carrol Magnolias hanya pasrah. Berharap takdir segera mengakhiri se...