Gadis kecil itu berjalan dalam diam menuju pemakaman ibunya, rutinitas nya setiap hari setelah pulang sekolah. Ia berjanji akan selalu menemui ibunya, bercerita seperti biasanya.
Tangan nya memegang sebuket mawar putih, kesukaan ibunya.
Sejak 2 tahun kepergian Ibunya, dunia ia dan ayahnya berubah menjadi suram. Sang ayah berubah menjadi murung dan sering melakukan percobaan bunuh diri. Namun beberapa bulan belakangan ini, ia seperti kembali menjadi ayahnya yang dulu. Semasa ibunya ada, kembali hangat.
Sedangkan dirinya sendiri, berubah menjadi pendiam. Bahkan teman-teman sekolahnya terang-terangan mengucilkan karena perubahan sikap nya yang sangat drastis.
Ia mematung begitu melihat seseorang tengah berziarah di makam ibunya, lelaki tersebut berpakaian cukup rapi. gadis itu mengira lelaki tersebut teman Ibunya, karena Ibu bekerja di stasiun televisi sebelum meninggal. Pekerjaan yang benar-benar Ibu cintai.
"Paman teman kantor, Ibu?"
Lelaki tersebut berdiri, "Carrol, Right?"
Gadis berusia 13 tahun tersebut mengangguk, kemudian langkah kecilnya mendekat untuk meletakan sebucet mawar putih. Lalu kembali berhadapan dengan pria yang Carrol kira teman kerja Ibunya.
"Aku turut berduka cita atas meninggalkannya Ibumu, Carrol."
Carrol hanya diam, sesekali pandangannya menatap dengan penasaran. "Paman tidak hadir di pemakaman nya?"
"Aku memiliki pekerjaan saat itu."
Carrol hanya mengangguk, keheningan terjadi diantara mereka. Carrol cukup penasaran dengan lelaki di hadapannya ini, Ibunya tidak pernah mengenalkan dia.
"Paman kenal Ibu berapa lama?"
"Hanya hitungan bulan, kami pernah beberapa kali berbincang. Dia pribadi yang loyal dalam pekerjaannya, sangat disayangkan tim begitu ceroboh membiarkan Ibumu terbunuh," keluh lelaki tersebut tak habis pikir. "Menuntut kecelakaan kerja juga percuma, pekerjaan ini disetujui ibumu dengan sadar."
"Ibu terbunuh, beliau kecelakaan bukan?" bibir mungilnya terbata saat mengucapkan hal itu.
Lelaki tersebut memasang wajah bingung, sebelum kemudian mengangguk mengiyakan. "Ya, seperti itu."
Lelaki tersebut berbalik hendak pergi, sebelum kemudian Carrol menyusul dan berdiri dengan pandangan penasaran. Teman Ibunya ini memiliki misteri dan aura berbeda. Carrol tidak akan mengabaikan ucapan ambigu yang terucap beberapa menit lalu.
"Ibu terbunuh? Kenapa Paman mengatakan itu, padahal jelas-jelas pemberitaan kecelakaan menyebar luas, katakan Paman bercanda saat mengatakan itu." Carrol kecil menunut sebuah kebenaran dari orang asing.
Lelaki tersebut bersimpuh, agar bisa sejajar dengan Carrol. Tangannya hinggap di bahu mungil tersebut dan meremasnya pelan, wajahnya sejajar namun Carrol tidak bisa melihat tatapannya. Kaca mata hitam itu menjadi penghalang.
"Aku tidak mungkin mengatakan sebuah kebohongan, itu tidak akan adil bagi dirimu. Dia terbunuh dalam tugasnya," lelaki tersebut menghembuskan nafas berat ketika mengatakannya.
Carrol hanya menampilkan raut wajah mengira-ngira, pekerjaan apa yang membuat Ibunya harus dikategorikan tebunuh. Beberapa pihak berwajib mengatakan itu kecelakaan tunggal.
"Aku tau ini tidak akan mudah untuk anak seusiamu, tapi coba tanyakan kepada Harrison. Dia tau pasti apa yang terjadi, mungkin Ayahmu juga."
Carroll tidak ingin mempercayai laki-laki asing ini, tapi semua hal meyakinkan Carrol untuk mencoba. Mencoba membuktikan bahwa lelaki tersebut pasti salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dos- EL Segundo
AksiyonDante San Matthew, lelaki beristeri itu harus terjebak pernikahan lainnya dengan seorang gadis atas titah mertuanya, sebuah rencana dengan alasan sebuah nyawa. Sedangkan gadis itu, Carrol Magnolias hanya pasrah. Berharap takdir segera mengakhiri se...