❝ You have made up your mind
I don't need no more signs
Can you? ❞
Penutup mataku dan tali yang mengekang tangan dan kakiku sudah ditanggalkan.
Kubuka mataku perlahan—rasanya berat dan lengket. Beruntung, tidak ada cahaya menyilaukan yang menerobos masuk ke retinaku karena gelap sudah menelan tempat ini. Senja sudah beranjak ke malam dan aku masih menerka-nerka, apa yang akan terjadi padaku selain terbujur kaku menyongsong kematian.
Aku sadar, ini bukan tempat yang sama dengan sebelumnya. Tidak ada lantai keramik yang terasa sejuk di permukaan kulit, tidak ada aroma pembersih lantai, juga kopi dan uapnya yang memabukkan. Hanya ada ruang temaram dengan minim penerangan—nyaris gelap. Baunya asing, seperti tanah yang basah.
"Sudah selesai mengamati?"
Aku mendongak dan menemukan seorang pria berwajah muram dan bosan tengah duduk bertopang dagu ke lengan kursi. Matanya kecil dan tajam, berhasil membunuhku lebih dulu melalui tatapannya.
"Lihat bagaimana si brengsek itu membalut kakimu dengan perban. Bukankah ini namanya curang?"
"Curang?" Aku mengulang ucapannya dengan dibubuhi tanda tanya.
"Kita akan bermain petak umpet, kalau kakimu sudah diobati begitu bukannya kau curang?"
"Tidak disebut curang jika kau yang menghantamnya dengan pemukul kasti." Sepertinya aku memang kehilangan kewarasan. Aku baru saja menyergah ucapan orang yang tampaknya tidak sabar ingin memotong-motongku menjadi beberapa bagian kecil dan menjadikannya daging beku.
Ia tidak langsung menjawab, hanya melempar cengiran lebar dari wajah kecilnya. Ya Tuhan, itu tadi hanyalah sepercik keberanian yang salah, dia tak perlu menganggap itu serius.
"Ayo mulai permainan pertama." ajaknya sambil bangkit berdiri. Aku sedikit terkejut saat tahu ia punya tubuh yang amat tinggi dan ramping dengan bahu yang tegap, "Aturannya seperti petak umpet biasa. Pemenangnya boleh meminta apapun, kecuali satu: pergi dari tempat ini."
"Tidak adil." Gumamku rendah. Ini bukan permainan, ini hanya cara memperlambat kematianku. satu titik keringat mulai meluncur dari kening seiring tanganku yang gemetar dan kedinginan. Aku haus dan lapar dan ketakutan dan hampir putus asa bahkan sebelum permainannya dimulai.
"Kau tahu apa yang adil? Membiarkanmu masih membelalak padaku seperti itu."
Bergidik—Aku menduduk membuang muka. Aku terlalu lemah dan terlalu penakut untuk berada di sini. Apa ada satu hal saja selain ketakutan yang bisa kulakukan? "Kalau begitu, kumohon biarkan aku yang bersembunyi."
Ia tampak tertarik, "Begitu? Kau yakin?" kedua belah bibirnya tertarik mengulas senyuman lagi dan aku baru menyadari ia punya dua lesung pipit—salah satunya samar dan satunya lagi yang dalam ada di bagian pipinya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slow Dancing in The Dark | Kim Namjoon
Fanfic"... tapi jikalau kau terus-terusan ingin mati saja, itu kenangan pahit." 🔺A short story / FICLET 🔺You X Kim Namjoon BTS 🔺Tracklist : Slow Dancing in The Dark - Joji Written in June 17th | Cover by peach-nuc