11. berharap

181 7 3
                                        

Selamat membaca

***

Daffa pov

Sudah dua hari valen tidak sadarkan diri. Gue udah sangat merindukan keceriaan valen. Jutek nya valen. Semua tentang valen.

Sekarang gue duduk sambil menggenggam tangan valen. Gue berharap kalau valen sadar dan gue meluk valen se kuat kuat nya. Karna gue juga salah satu penyebab valen seperti ini.

"daffa"panggil mama nya valen. Gue langsung melihat ke arah tante rina

"iyah tante"sahut ku

"kamu udah makan nak?" tante rina ngusap kepala gue lembut. Gue menatap tante rina, gue melihat ada kesedihan di sana. Gue tau kemaren tante rina sangat sangat sedih karna valen koma. Dan tante rina sampai demam

"udah tante makan no 1 bagi aku ehehe"gu terkekeh pelan. Sebenarnya gue belum makan dari kemaren tapi gue gak mau buat tante rina khawatir.
Lalu tante rina duduk di sofa sambil memegang figura yang di sana ada foto valen. Gue menghampiri tante rina lalu mengusap punggung tante rina

"valen akan secepatnya sadar kok tan, tante gak usah khawatir. Daffa tau valen anak yang kuat dia bisa ngelewatin masa koma nya ini"gu tersenyum ke arah tante rina dan tante rina pun ikut tersenyum.

Dunia gue rasanya hancur melihat valen seperti ini. Kenapa gak gue yang ada di posisi valen sekarang? Kenapa harus orang yang paling gue cintai yang harus mengalami ini. Kalau bisa waktu di putar. Gue ikhlas kalau gue yang kenak saat itu. Gue gak mau liat valen seperti ini. Gue gak mau. Rasanya hancur sekali gue saat ini ngeliat valen memakai alat alat yang di tempelkan ke badan nya. Tante rina yang selalu menangis. Gue gak bisa liat cewek nangis.

Gue memilih untuk pergi ke taman rumah sakit ini mencari udara segar. Gue ingin menenangkan pikiran gue saat ini. Gue selalu berdoa kepada tuhan agar valen bisa sadar kembali dan bisaa kembali ceria seperti dahulu.

Gue duduk di salah satu kursi taman ini. Gue menatap ke arah anak kecil yang sedang bermain di sana.  Anak kecil itu sepertinya mengidap penyakit yang parah karna kepalanya botak. Tak lama dia menghampiri ku  dengan membawa sebuah balon dan bunga.

"kakak kenapa sedih? Apa kakak ada masalah? "dia bertanya dengan senyum tulusnya. Cantik sekali.

"ngak kok kakak gak ada masalah"balas gue sambil mengusap kepalanya.

Dia langsung duduk di sebelah gue "kakak gak boleh bohong. Kata mama lala kalau bohong itu dosa. Lala tau kok kalau kakak lagi sedih tuh ada air mata di pipi kakak"ucap lala namanya sambil menunjuk air mata di pipi gue.
Gue aja gak sadar sejak kapan gue menangis.

Gue tersenyum "kamu hebat banget yah. Nama kakak daffa" ucap gue

"nama aku lala kak umur aku 6 tahun aku suka boneka balon sama bunga mawar"ucap nya membuat gue gemas dan mencubit pipinya pelan

"kakak gak boleh sedih yah kak, di luar sana masih banyak yang lebih berat masalahnya di banding kita kak. Kakak cemen sih lala aja yang sakitnya parah aja gak sedih kok kakak yang udah besar malah sedih sih. Kata mama kalau kita sedih ketika ada masalah ituh cemen namanya"lala langsung tertawa dan memegang tangan gue

"kakak harus kuat kakak gak boleh lemah. Kakak harus tersenyum seperti lala"gue langsung memeluk lala eratt. Gue merasa kalah dengan anak kecil ini yang bisa sekuat ini di banding gue. Padahal lala punya penyakit yang parah.

"ini lala kasih kakak balon sama bunga biar kakak gak sedih lagi"gue mengambil dari tangan mungilnya.

"makasih yah lala kakak benar benar kalah sama kamu. Kakak gak bisa sekuat kamu"gue masih gak percaya anak umur 6 tahun lebih dewasa dan lebih kuat di banding gue. Gue mencibir diri gue sendiri yang lemah ini.

"kakak, lala pamit dulu yah lala mau ke kamar dulu mau minum obat dan istirahat. Kakak main main ke kamar lala di sana" dia menunjuk ke kamar yang letak nya di tengah di lantai 2.

"iyah nantik kakak main ke sana deh"lalu dia tersenyum dan dia pergi bersama suster yang mengawasinya.

Gue mulai tersenyum sambil memandang balon dan bunga pemberian lala lalu gue berjalan menuju kamarnya valen. Gue mau ngasih ini buat valen.

***
Sudah menunjukkan pukul 23.15 malam. Gue pamit ke tante rina karna gue mau pulang dulu istirahat besok gue kembali lagi ke sini. Gue salam ke tante rina lalu gue mulai berjalan ke keluar kamar. Koridor rumah sakit ini udah mulai sepi.

Gue berjalan menuju ke parkiran. Ada seseorang yang duduk di atas motor gue. Gue langsung cepat cepat menghampirinya dan ternyata dia naufal musuh bubuyatan nya sendiri.

"ngapain lo duduk di atas motor gue?"gue manatap tajam ke arah dia

Naufal langsung berdiri dan berjalan ke arah daffa.

"ternodai motor gue sama pengecut kayak lo cihh"gue membuang ludah sembarangan dan mulai menatap tajam ke arah naufal. Gue enek liat dia pengen gue tampol.

"selamat lo udah dapat hati mama papa valen tapi asal lo tau gue gak akan berhenti sampai di situ untuk dapetin valen. Liat aja siapa yang di pilih valen nantik"lalu naufal menepuk bahu gue lalu berjalan menjauh. Gue menatap punggung nya dan mengepal tangan nya geram rasa ingin gue tonjok tuh orang.

Gue melajukan motor gue kencang tanpa peduli dengan keadaan jalanan saat itu. Gue kesal sama pengecut itu ntah apa maksud dia ngomong kek gitu sama gue. Dasar pengecut.

Gak lama gue sampai di rumah lalu langsung ke kamar bersih bersih. Setelah itu ,Gue mengambil handphone yang berada di atas kasur lalu melihat foto gue bersama valen.kangen

Kangen sekali dengan cewek yang sedang terbaring lemah di rumah sakit ituh. Kangen tawanya, kangen senyumnya, kangen marah nya, kangen ngambeknya, kangen sok gengsi nya, kangen ocehan nya. Gue kangen dia. Baru kali ini gue secinta ini ke cewek selain mama. Gue sayang banget sama dia. Apapun gue lakuin agar valen tersenyum. Gue sangat sayang dia. Gue berharap dia bisa siuman dan bisa kembali seperti dulu lagi.

Gue mulai memejam kan mata dan akhirnya gue tertidur

***
Hallow gais udah lama gak lanjutin cerita yang aneh ini. Semoga kalian suka dengan ceritanya. Maaf part ini lebih sedikit karna udah gak ada referensi lagi di otak aku.

Selamat membaca❤

Akhir Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang