11

1K 52 3
                                    

"lo mau langsung pulang kak?"

"Iya"

"Makan es krim dulu yuk"

"Hm?"

"Yaa, sebagai terimakasih karna udah dateng dan permintaan maaf karena gue kalah"

Setelah pertandingan babak final berakhir yang dimenangkan oleh tim lawan, Dimas  langsung berganti pakaian dengan cepat  dan tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

Sekolah sudah mulai sepi. Keduanya, Arini dan Dimas sedang berjalan di koridor menuju parkiran.

"Sebentar aja ya"

"Yesss" Dimas hampir saja melakukan selebrasi di depan Arini.

"WOY DIMAS!!!" Teriakan Fadlan dari ujung koridor dekat lapangan menggema di sepanjang koridor.

"Cepet kabur!!! Kabur woy!!! Si Fira minta balikin duit traktiran kemarin!!!"
Fadlan berlari seperti orang kesetanan diikuti oleh beberapa teman satu timnya melewati Dimas dan Arini. Lalu seorang perempuan dengan aura iblis muncul di ujung koridor, berlari mengejar Fadlan dan yang lainnya.

"Waduh, ayo kak!!!"

Tanpa berfikir panjang, Dimas menarik tangan Arini dan Mereka berdua berlari mengikuti segerombolan tim futsal kelasnya.

Sampai di pintu koridor, mereka berhamburan mencari tempat persembunyian. Beberapa anak bersembunyi di belakang pos satpam, Fadlan dan dua anak lain memilih bersembunyi di dekat toilet. Lalu Dimas dan Arini memilih bersembunyi di tempat yang cukup jauh, di balik pot besar sebelah parkiran. Keduanya berjongkok dengan nafas terengah-engah.

"Huah sialan! awas aja mereka kalo ketemu!!"

Terdengar suara Fira di pintu koridor. Dimas mengintip dari balik dedaunan. Setelah memastikan Fira sudah pergi dari sana dan situasi sudah aman, Ia bernafas lega.

"Huh, hampir aja kak"

"Huhh iya. Cewek itu sangar banget"

"Bendahara kelas gue emang nyeremin parah, setan aja jiper kalo ketemu dia"

"Hahaha, larinya juga cepet banget gitu, ya"

"Iya, udah sering banget gue lari larian begini pas dia nagihin uang kas"

"Oh ya? Gue juga suka kabur kalo ditagihin uang kas"

"Wahahahah, sama dong kita"

"Hahahaha kocak"

Tersadar dengan posisi mereka yang masih berjongkok di belakang pot besar dengan tangan Dimas yang masih menggenggam erat tangan Arini, tawa keduanya perlahan berhenti.

Adalah Arini yang terlebih dulu menarik tangannya. Lalu keduanya berdiri, menggaruk belakang leher.  Awkward.

"Eerr, kak--"

"Ayo makan es krim"

Arini berjalan mendahului Dimas ke parkiran. Dimas tertawa pelan. Wajahnya memanas, yang pasti bukan karna cuaca yang panas.

~~~

"Makasi ya traktirannya"

Arini mulai menikmati es krimnya yang siang ini disponsori oleh bocah itu, Dimas. Kini keduanya tengah duduk di kursi kayu -yang lengkap dengan payung dan meja kayu- di depan minimarket tempat mereka menyantap noodle cup kemarin malam.

"Iya santai aja kak"

Setelah itu, sunyi.

"Lain kali biar gue yang traktir" Akhirnya Arini bersuara setelah menghabiskan es krim miliknya.

OpotiniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang