¤¤ TWELVE ¤¤

1.9K 54 0
                                    

Cowok cuek memang nggak gampang mengumbar kata sayang. Namun, kamu nggak perlu menyangsikan perasaannya. Justru karena gak sering bilang sayang, perasaannya ini benar-benar dalam padamu dan hanya akan diungkapkan di momen tertentu saja.

Tepat di jam 21 lewat 19 menit 25 detik, saat ini seorang wanita itu tengah nyaman memeluk sesosok tegap bidang didalam rengkuhan nya. Ia menenggelamkan lebih dalam lagi wajahnya pada dada tersebut dengan senyum dibibir nya. Wanita itu lalu mendongak mengangkat wajahnya, dan tersenyum merona saat sepasang mata yang dengan penuh menatap padanya.

"Terima kasih, Afeef." pria yang ia panggil Afeef itu dengan lembut tersenyum dan mengecup kening kekasihnya.

"Kembali kasih, sayang...."

"Setelah ini kita, gimana?" tanya Dia yang sekian detiknya lantas membuat Afeef tertawa kecil.

"Hm. Gimana?" wajah Dia langsung saja meredup dan memukul pelan dada bidang tanpa sehelai kain tersebut.

Afeef menangkap tangannya saat Dia hendak menyingkap selimut putih tipis yang menutupi tubuh polos mereka. Dan wajah Dia pun masih sama, merenggut mencebikkan kesal bibirnya.

Cuph

"Afeef...!" protes Dia dengan kedua pipi memerah padam. Afeef hanya tersenyum dan kembali mengecup bibirnya, kali ini agak sedikit lama.

Afeef menatap kedua bola mata kekasihnya, setelah tadi usai menyudahi ciuman mereka, dengan pelan ia menurunkan telapak tangannya dan mengusap area intim Dia dibawah sana.

"Apakah sakit?" tanya Afeef.

Dia mengangguk, "Iya. Kamu terlalu bersemangat sampai aku dibuat rela rasanya...."

"Huft! Kamu ini." Dia tersenyum saat Afeef mengacak rambutnya dengan sayang.

"Kita akan segera menikah,"

"Hah? Kenapa, kenapa cepat sekali. Aku belum bilang pada keluarga ku." panik Dia sambil menatap mata Afeef yang lurus menatapnya.

"Aku sudah meminta restu mereka. Besok kita akan menikah." kata Afeef yang semakin membuat Dia panik dan syok.

"Be--besok?"

"Iya besok. Apa kamu masih ragu, atau kamu lebih nyaman kita begini saja...?" tanya Afeef pelan yang lantas dibalas Dia dengan gelengan kuat kepalanya.

"Bukan begitu, Afeef. Tapi ... apa tidak terlalu cepat, masalah kakek kamu belum selesai." ucap Dia. Afeef menggelengkan pelan kepalanya.

"Aku tidak mau terlarut dalam masalah keluarga ku lebih dalam, bagiku mengetahui bahwa kedua kakek ku yang ternyata sudah meninggal sedikit membuatku lega, entah karena apa yang pasti aku mempercayaimu. Aku menyerahkan kasus kakek ku pada Agenmu, Agen 27." Dia melototkan kedua bola matanya menatap Afeef tidak mengerti.

"Tapi. Afeef kasus ini sudah belasan tahun, apa kau tidak ingin membongkar semuanya dan menghukum Reka Zafran. Apa aku boleh mengatakan bahwa kau ini bodoh." Afeef hanya terkekeh kecil menatap kekesalan diwajah kekasihnya itu. Dengan pelan ia membawa Dia kedalam dekapannya.

"Aku memang bodoh, Dia ..."

"Afeef, aku tidak--"

"Aku bahkan terlalu bodoh, karena aku sudah menyayangi Reka, dia yang menjadi kakek ku dimasa usiaku yang semakin bertambah, dia menemaniku, menatapku walau dengan wajah palsunya. Tapi aku sungguh, aku sangat menyayanginya. Dan aku tidak mau kehilangan seorang kakek, keluarga lagi. Aku tidak mau...." Dia terkejut saat tiba-tiba Afeef terisak didadanya. Wanita itu mengusap kepalanya dan lalu mengusap lembut punggung Afeef.

"Aku mengerti, Afeef. Maafkan aku...,"

"Dia?"

"Hm."

"Aku sungguh mencintaimu. Aku benar-benar menginginkan mu didalam hidupku lebih dekat lagi, aku sungguh serius ingin memulai semuanya bersamamu. Aku menginginkan mu untuk menjadi istriku, ibu dari anak-anakku nanti." ucap Afeef setelah menetralkan tangisan nya sembari menatap Dia yang hanya diam menatapnya.

"Dia? Bicara sesuatu. Kamu hanya perlu mengatakan iya atau tidak, aku menerima apapun yang akan kamu ucapkan dari bibirmu." ucap Afeef lagi menatap Dia dengan was-was karena wanita itu masih diam dengan menatapnya.

"Afeef? Aku--"

"Iya atau tidak? Hanya itu." potong Afeef lebih dalam menatap mata Dia, dan juga pelukannya yang berubah semakin erat.

Dia mengusap rahang Afeef, dan memberi kecupan disana meninggalkan jejak kemerahan di leher pria tersebut.

"Dia...?"

"Hihi."

"Iya atau tidak?"

"Iya. Iya-iya, aku mau menikah denganmu besok, Afeef Haris. And i love you...,"

Afeef menghembuskan nafasnya lega dengan Dia yang terkekeh geli menatap wajah dari kekasihnya itu.

"I love you too, Dia Carissa."












Hufhh😤😧, benar-benar penuh perjuangan gaess. Dan maaf kalau kurang dapet feel-nya🙇
Untuk selanjutnya Thirteen-END. Maaf kalau mendadak soalnya mau cepat-cepat di selesaikan cerita ini, bukan apa-apa. Author mau istirahat menulis, karena tangan dan jari udah mulai sering nyeri padahal di awal-awal masih bisa ngetik banyak, dan sekarang lebih sering capeknya😣, mungkin karena efek terlalu asik mengetik dalam imajinasi kali ya hehe. Ehem, udah ya mungkin segitu aja infonya. Kalau masih ada yang mau ditanyakan silahkan aja komen atau ada dibagian mana yang kalian tidak mengerti. Insyaallah akan saya usahakan bisa membalas/menjawabnya😇.
Cukup sekian saya ucapkan Terimakasih banyak.
Salam sastra indonesia
😊😊😊

DIA |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang