Sekitar satu jam-an waktu yang dibutuhkan, ke kebun raya dari kostan.
Enggak kayak hari pertama mereka ke sini, suasananya sekarang lebih sunyi. Nyanyian nyanyian burung seperti sudah menghilang. Kebisingan dari tenggoret yang awalnya terus berkumandang sekarang pergi. Semua binatang enggan buat nampakin dirinya.
"Kalian yakin kan kalo enggak ada tanda tutup di depan tadi?" tanya Jin meyakinkan dirinya sendiri, setelah sadar suasana di sini yang berbeda-sepi.
"Gue enggak terlalu merhatiin sih Bang. Lagian, kalo sekarang tutup, ngapain kita ditagih beli tiket buat masuk kan?" argumen Jungkook.
"Yaudah kita langsung aja ngembaliin bukunya." Ajak Namjoon siap untuk melangkah.
Gesekan antara ranting ranting dengan dedaunan yang gugur akibat terinjak menjadi pemecah keheningan. Ditambah tawa yang menggelegar dari mulut mulut anak kost yang kagak bisa diam.
Namun pengecualian bagi Jin. Pria dengan kacamata bulat-sebagai penghias- itu cuma berjalan dalam diam di belakang. Rumah tua waktu itu makin jauh. Pikiran Jin terganggu dengan kata kata yang belum tau benar, atau enggak-nya. Jin terus nyoba positive thinking aja. Mungkin karna daritadi dia diem saja makanya waktu kerasa lambat.
Sayup sayup Jin denger suara manggil namanya. Dia tak terlalu peduli, tapi suara itu enggak juga hilang. Jin menajamkan pendengaran. Bukan Halusinasi. Kesadarannya penuh sekarang.
Insting menyuruh untuk menghadap ke kiri. Jin benar, ini bukan halusinasi, melainkan Suga sama Jimin yang kepergok nakut nakutin Jin.
"Ehe, ketauan ya bang?" Cengiran Jimin menjadi tanda bahwa dia engga bakal ngelakuinnya lagi.
"Lagian lo kenapa sih bang? Bengong... aja. Nanti kesurupan baru tau rasa." Ucap Suga nakut nakutin, lantas jalan di samping kanan Jin.
"Ini namanya tuh menikmati alam." Canda Jin sambil ngerentangin tangannya seolah merasakan suasana tenang di sini.
"Btw bang," panggil Jimin yang sekarang udah ada di samping kiri laki laki tersebut,
"Lo ngerasain engga, kalo rumah tua yang waktu ini tuh ngilang. Eumm engga ngilang juga sih, tapi daritadi rasanya engga nyampe nyampe." Keluh Jimin. Manik coklatnya beredar berharap nemuin rumah yang dimaksud."Perasaan lo aja kali." Bohong Jin. Meski dia juga ngerasa hal yang sama, tapi berbohong menurutnya hal yang lebih tepat. Sama sekali engga mau ngebuat anak kost lainnya khawatir, menjadi alasan utama Jin ngomong kayak gitu.
Menit terus berlalu, perjalanan semakin menguras tenaga mereka. Sadar akan keadaan, mereka bertujuh milih buat duduk sebentar. Daun daun yang gugur menjadi alas mereka. Napas berat keluar bersamaan dengan dada mereka yang mengembang mengempis.
"Kayaknya kita kesasar deh." Kata Namjoon masih dengan aturan napas panjang.
"Gue juga ngerasa kayak gitu." Timpal Taehyung yang setuju sama ucapan Namjoon.
"Apa daritadi kita cuma muter muter doang?" Jin ngerasa omongan J-hope ini ada benernya juga. Tapi, belum tentu seratus persen. Jin lebih ngerasa mereka kesasar.
Fakta bahwa mereka ada di kebun raya lenyap. Kayak pendaki baru yang engga tau arah, seperti itulah keadaan mereka sekarang.
Tak mau waktu terbuang sia sia, mata mereka terus bergerak asal tanpa tau tujuan pasti apa yang dicari. Namun bayang bayang kalimat dengan cetakan berbeda dari buku 'Black Pearl' itu kembali berkecimbuk.
Di tengah kesunyian yang sudah seperti mengurung Jin, otaknya terus bekerja memanas. Ternyata suasana kayak gini engga terlalu buruk. Jin bisa berpikir lebih fokus jadinya. Ya, walaupun belum bisa mendapat jawaban yang pasti.
Ada waktunya buat Jin ngerasa engga ada gunanya mikirin arti kalimat kalimat itu. Namun diri sudah terlanjur percaya, sama apa yang diucapin kakek kakek di cerita Namjoon.
"Bang, coba lo liat kesana deh!" telunjuk Jungkook ngarah ke sebuah batu besar. Tunggu tunggu, bukan batu yang coba dia tunjuk, melainkan orang di atasnya yang sedang membelakangin mereka.
"Coba tanya jalan sama dia aja." Saran Jungkook yang langsung disetujui."Permisi mas!" Panggil J-hope dengan menculik punggung pria tadi.
Pria itu langsung membalikan tubuhnya, membuat J-hope perlahan lahan mundur ke belakang.
Wajah pria itu datar, tanpa mata, hidung, mulut, ataupun komponen lainnya. Dengan warna pucat pasi ditambah darah yang terus mengalir sukses membuat yang ngelihatnya membelalak tak percaya.
Wajahnya berhadapan dengan wajah J-hope, dengan tangan sedang mengasah kapak.
Dia bangkit, meletakan kapaknya di udara. Mengambil ancang ancang untuk melempar kapak tersebut ke arah J-hope.
"Semua, lari!?" Suruh Namjoon dengan diikuti yang lain.
Jin berada di barisan paling depan. Jiwanya menyuruh Jin untuk melihat ke belakang sekarang. Oh tidak, nasib engga berada di pihak J-hope. Dia ngerasa kasian dengan J-hope yang jauh tertinggal berusaha buat balik. Sedikit tenaga dengan narik tangan sang teman diberikan Jin.
Pemuda itu kembali berada di barisan terdepan, dengan J-hope di belakang. Mereka ber-tujuh berlari tanpa arah, namun sosok laki laki dengan muka datarnya tak juga menjauh.
"Ah...!?" Teriak Jimin. Semua mata tertuju padanya. Jimin masih diam disana. Megangin pergelangan kaki kanan yang keseleo. Ringisan demi ringgisan membuat Jin iba.
"Lo masih kuat lari 'ngga?" Suga nyoba meriksa pergelangan kaki Jimin. Rapalan doa dia ucapkan dalam hati, berharap Jimin engga kenapa-napa.
Pria pembawa kapak itupun semakin mendekat. Harapan Jin untuk bisa selamat hanya dikit. Kapak diayunkan ke arah Jimin dan Suga namun masih meleset.
Engga ada pilihan lain lagi, Jimin terpaksa dipopong Suga dan Jin. Sedikit seretan kaki kiri Jimin terdengar bergesekan dengan daun daun kering di tanah.
Berlari dan berlari. Itu saja yang dapat dilakukan agar bisa menghindar. Pria yang mengejar mereka telah kembali membawa kapak.
Semakin mendekat dan sial, kapak itu berhasil terlempar mengenai kaki belakang Suga. Perlahan, pegangan Suga dan Jimin lepas. Kapak yang menancap di kaki anak malanv itupun membuat dirinya merasakan ngilu di sepanjang tubuh. Dirinya terkapar di tanah. Namun Jin masih berlari membopong Jimin.
Mendadak, Jimin melepas bopongan Jin secara kasar. Berlari ke belakang meneriaki nama Suga, walaupun langkahnya diseret seret. Jimin membangunkan Suga, dengan harapan besar tidak akan kehilangan banyak darah.
Jungkook bergerak cepat buat ngendong Suga. Kembali berlari dengan beban di atas punggungnya. Jungkook terus memanggil manggil nama Suga supaya pria di gendongannya tidak kehilangan kesadaran.
A/N: Sekarang up pagi dulu ya hehe. Karna sorenya mungkin bakal engga ada waktu. Btw, ada yang udah mulai sekolah? Dukungan kalian sangat bermakna ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Pearl
FanfictionAda beberapa hal di dunia ini yang harus tidak kita percayai. Dan akhirnya, Jin yakin akan itu sekarang. terbit setiap: pukul 04.00 - 05.00 sore WITA (Selesai ^^) 🚨Bahasa non formal 🚨Kepenulisan non baku