Bagian 2 : Rindu Tersusur

11 1 0
                                    

Pagi ini aku bertemu dengan Sang Fajar.
Untuk sekedar menyapa dan berterima kasih.
Lalu aku pamit untuk melakukan aktivitas harianku.

Setelah selesai, segeralah aku berangkat ke sebuah bukit di ujung kota.
Tempat aku memandangi sesosok wanita elok yang bersemayamkan hatiku.
Tiap pagi aku berdoa agar bertemu dengannya.

Hari ini akan aku coba untuk berkenalan, dan jika bisa aku ingin mendapatkan nomornya atau setidaknya alamat surel nya.

Aku melihatnya!
Wanita bersenyum manis yang sedang melukis dengan kanvas putih menghadap kota.

Aku mulai gemetar.
Ketakutanku muncul, keberanianku tak kunjung datang.
Tanganku mulai dingin.
Ku tatap ia dari kejauhan, sambil berjalan ke arahnya dengan penuh keraguan.

Ku beranikan diri.

"Hai" sapaku.
Ia terfokus pada kanvasnya sembari menggoreskan cat dengan tangannya.
"Mungkin ia tak mendengarku. Atau mungkin memang aku tak ia hiraukan? Apa aku pulang saja?" Aku berbisik dalam hati, keraguanku menjadi-jadi.
"Aku pasti sudah gila, aku seharusnya tidak begini. Bodoh."
Aku mencoba untuk membalikkan badanku, tetapi sepertinya tubuhku masih ingin di dekatnya.

Aku membeku, mataku tak bisa lepas dari wajahnya, tubuhku tak ingin menjauh darinya.
Kupejamkan mata, mencoba lagi untuk membalik, dan pergi.

"Oh, hai! Maafkan tadi aku sedang terfokus. Aku mendengar sapamu kok." Dengan senyum manisnya yang terlukis sangat indah, ia menyapaku balik.
Akupun tak bisa menahan senyumku.
Mungkin ini titik balik hidupku.

Perjalananku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang