Part 2

70 39 14
                                    

Sesampainya di kantin, langsung saja Keysa menghampiri temannya yang berada di bangku paling pojok.

"Udah ketemu Key?" tanya Cece saat melihat kedatangan Keysa.

"Iya udah kok," jawab Keysa seraya meminum minuman milik Cae. Cae yang sadar minumannya telah diminum Keysa, langsung mendelik.

"Minuman gue anjir!" Keysa hanya memasang cengiran khasnya.

"Makanan gue mana? kok gak dipesenin sih? Tega kalian tu," ucap Keysa dengan muka cemberut yang dibuat-buat seperti anak kecil.

"Muka lo jelek kalo digituin," ejek Cae sambil melempar kacang ke arah Keysa.
Cece yang melihat pertengkaran kecil temannya hanya bisa menggeleng keheranan. Bingung, yang satu pecicilan gak bisa diem yang satunya dingin. Benar-benar.

"Udah sana Key, katanya lo mau pesen makan."

"Gak ada bilang kalo gue mau pesen makanan Ce, yang ada gue tanya makanan gue mana, kenapa gak dipesenin," ocehnya kemudian beranjak menghampiri Mbak Tik penjual siomay.

"Mbak saya pesen siomaynya ya sama minumnya lemon tea aja."

"Ohiya, nanti mbak bawain kesana ya," ucap Mbak Tik tersenyum ramah pada Keysa.

"Oke mbak, ya udah saya balik ke meja ya mbak," pamitnya dan dibalas dengan anggukan kecil.

"Ehh liat deh kakak kelas yang bajunya sedikit terbuka itu, yang pake gelang hitam itu," ucap Keysa pada kedua sahabatnya saat sudah kembali ke mejanya dan tak sengaja melihat kakak kelas yang tadi sempat ditabrak olehnya.

Kompak, kedua sahabatnya menoleh kearah yang ditunjukkan Keysa lalu kembali menatap Keysa.
"Oh kak Vando," ucap Cae seakan sudah mengenal kakak kelasnya itu.

"Lo tau Ca?" tanya Keysa sambil memakan siomaynya yang sudah sampai di mejanya lalu menatap Cae sekilas.

"Ya."

"Ganteng ya, tapi sayangnya datar sama kayak lo dingin."
Cae tidak menanggapi hanya memutar bola matanya.
Keysa kembali menatap Vando yang tengah asik mengobrol dengan temannya.

Di tempatnya, Vando merasa seseorang sedang menatapnya lalu melirik sekilas dan kembali melanjutkan obrolannya.

Keysa refleks menunduk saat Vando menatap sekilas dirinya yang tengah melihat kagum ke arahnya.

"Lo kenapa Key?" tanya Cece melihat Keysa menunduk.

"Gue kepergok dia anjir," pekiknya.

"Mampus," ucap Cae tertawa. "Nah malu kan lo sekarang hahaha," lanjutnya lagi.
Keysa mendengus lalu memakan kembali siomaynya.

Beberapa menit, setelah mereka selesai memakan makanannya kemudian segera beranjak menuju ke kelasnya. "Lo udah selesai makannya Key?" Keysa mengangguk lalu mulai berjalan.

"Aduh kayaknya ada masalah sama jantung gue Ce, Ca." Keysa memegang jantungnya yang seperti sedang berdisko di dalam tubuhnya.

"Gak usah alay deh lo," ucap Cae dengan nada sedikit berbeda?

"Udah diem, jangan pada ribut kalian," lerai Cece. Kini memegang kedua tangan Keysa dan Cae.

Pelajaran ketiga dimulai, Bu Siska yang baru datang segera memulai pelajarannya.
"Oke anak-anak, keluarkan kertas dan masukkan buku kalian. Sekarang kita ulangan." Banyak anak-anak yang protes akan ulangan mendadak yang diberikan guru itu dan ada juga yang hanya pasrah karena tak sempat belajar. Untuk Keysa, Cece dan Cae merasa tenang karena sudah biasa dengan hal ini.

"Yah bu kok dadak sih? Ga bisa gini dong bu, saya kan gak sempet belajar kalo kaya gini," protes Egi yang memang terkenal dengan keberaniannya menentang guru. Siswa yang lain hanya mengangguk membenarkan ucapan Egi.

"Iya bu, bener kata Egi." Kini Diptalah yang berbicara menyetujui apa kata sahabatnya.

"Sudah, kalian jangan banyak protes. Salah siapa tidak belajar, kalian sudah tau jika saya sering memberikan ulangan dadakan pada kalian," sahut Bu Siska tak ingin mendengarkan protesan dari para siswa.

"Sekarang, keluarkan kertas kalian dan jangan berisik," sambungnya kembali dan diikuti para siswa yang mulai mengeluarkan kertasnya.

1 menit ... Hening
2 menit ... Hening
3 menit ...

"Ssttt....woii." bisikan-bisikan sudah mulai terdengar, para siswa berlomba-lomba mencari jawaban.

"Diam! Kalian ini. Kerjakan dengan tangan mulut kalian kunci atau tidak nilai kalian saya kurangi!" ancam Bu Siska dan bisikan-bisikan pun sudah tak terdengar kembali walau hanya satu, dua bisikan.

"Waktu kalian tersisa 15 menit lagi."

"Sudah, kumpulkan," ucapnya kembali dan selesai tidak selesai mereka harus mengumpulkan atau tidak nilai merekalah yang menjadi taruhannya.

"Sekarang kalian boleh pulang," lanjut Bu Siska. Para siswa kemudian membereskan bukunya dan mulai keluar kelas.

"Woi, lo bertiga ga pulang?" tanya Egi yang berada di depan pintu kelas.

"Nanti kita pulang Gi, lo dulu aja!" Sahut Keysa sedikit berteriak.

"Jangan nyabe lo ya." Egi pun berbalik dan melanjutkan jalannya.

Di kelas, Keysa dan sahabatnya masih berbincang-bincang untuk nanti sore. Rencana mereka ialah menonton Dilan di Bioskop.

"Habis nontong kita kemana nih? Makan dulu apa belanja?" tanya Keysa.

"Makan dulu aja, baru kita belanja." Keysa dan Cae kompak mengacungkan ibu jarinya.

"Cie cie... Dedek Cae sehati aja sih sama abang Keysa," ucap Keysa mengedipkan sebelah matanya membuat Cae ingin muntah.

"Udah yuk Ce, pulang. Gak usah di denger anak kambing baru lahir kemarin," ajak Cae sambil mengibaskan rambutnya pada Keysa dan Keysa tertawa berhasil membuat Cae kesal kembali. Lalu menyusul mereka yang sudah berjalan terlebih dulu.

"Ehhh guys, itu si Vando bukan? Gila keren banget sih main basketnya," ucap Keysa saat melewati lapangan basket.

"Udah ayok, lo ngapain sih." Cae menarik tangan Keysa yang malah terdiam di tempat melihat si Vando bermain.
Keysa cemberut karena Cae main asal tarik tangannya saja.

-
-

Hai aku balik lagi membawa part 3, semoga kalian suka ya. Jangan lupa vote dan komen ya sayang:)

Salam

AdiLestari

KeysaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang