Ch 1 - Teriak

10.8K 772 206
                                    

Jimin baru saja pulang bekerja, tapi taehyung sudah merengek padanya. Sepertinya jungkook tidak bisa menjaga taehyung dengan baik.

"Taehyungie-nya eomma, kenapa?"

Tanya jimin.

"Kepala tae-tae sakit."

Jawab taehyung, memegangi bagian depan rambut mangkoknya. Lalu jimin menyibak poni taehyung sedikit dan terkejut melihat darah yang mengering.

"Kenapa bisa luka seperti ini?! Sudah bilang appamu?"

Tanya jimin, panik.

"Sudah, tapi appa tidul telus."

Jimin memejamkan matanya, dia menahan amarah.

"Ya sudah, jadi kenapa tae-tae bisa dapat luka seperti ini?"

Tanya jimin lagi, sejujurnya dia sangat kesal pada jungkook tapi dia tidak mau terus-terusan saling berteriak didepan taehyung.

"Tadi tae-tae main dibelakang. Tae-tae kepanasan, jadi tae-tae benci matahali lalu tae-tae melempali matahali dengan batu tapi batunya tidak sampai ke langit dan malah kembali ke wajah tae-tae."

Jelas taehyung, sambil melakukan gerakan-gerakan khas anak kecil ketika menceritakan sesuatu.

"Jangan salahkan aku. Dia sudah aneh sejak dia lahir."

Kata jungkook, datang membawakan kotak P3K dan menyerahkannya pada jimin.

"Aku tidak menyalahkanmu untuk polosnya taehyungku, tapi jungkook... Membiarkan lukanya mengering seperti ini, apa kau pikir ini tidak akan infeksi?"

"Baiklah, ini salahku. Aku bermain game semalaman, dan sekarang aku lelah."

"Aku sudah bilang padamu untuk berhenti bermain game!"

"Kau tahu aku sulit mendapatkan libur kuliah, hyung. Ini hari liburku, aku ingin menikmatinya dengan cukup tidur."

"Lalu bagaimana dengan anakku?"

"Taehyung juga anakku, aku ayahnya."

"Terus apa? Kau ayahnya, tapi kau biarkan dia terluka lalu kau memilih untuk tidur dan tidak peduli?"

"Aku peduli padanya, apa maksudmu?"

"Kalau kau peduli padanya, bisakah kau jadi ayah yang baik?"

"Apa? Jadi aku bukan ayah yang baik? Aku selalu menjaganya waktu kau bekerja."

"Aku kerja hanya sebentar. Dari jam 8 sampai jam 12. Itupun hanya tiga hari dalam seminggu. Sementara kau? Kau pergi kuliah, kadang tidak pulang karena beralasan mengerjakan tugas bersama bedebah teman-temanmu yang masih lajang dan maniak game itu!"

"Aku kan tidak menyuruhmu bekerja! Ayahku mengirimkan banyak uang pada kita, kenapa kau sok sekali dan mengambil pekerjaan sebagai guru tari? Kau pandai menari dan mengajari orang lain menari, tapi kau tidak pernah menari untuk suamimu sendiri! Kau memilih menjual tubuhmu untuk dilihat orang daripada mempertontokannya padaku dan meyenangkan aku di ranjang!"

Oh! Jimin tidak percaya ini.

"Jungkook, kau tahu? Seandainya ayahku tak berhutang budi pada ayahmu, tidak akan sudi aku menikah denganmu. Aku sangat menyesal! Sangat sangat menyesal karena harus menikah dengan lelaki manja yang bergantung pada uang yang diberikan oleh orang tuanya!"

"Cukup! Kau seharusnya mengerti aku! Aku mengorbankan sebagian besar masa mudaku karena harus menjadi ayah di usiaku yang begitu muda! Orang lain di luar sana bergonta-ganti pacar, sementara aku? Aku terjebak bersama orang kuno dan anak yang aneh."

[End] KesenjanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang