Lowercases Noises - Evident Signs of Recovery
Adelardian Muda Gautama
Erisha Annora
---Adelardian Muda Gautama selalu suka Sabtu pagi.
Kalau ditanya berkali-kali apa alasannya, jawabannya masih sama. Yaitu karena hanya pada Sabtu pagi Ale merasa bebas tanpa terbebani apapun. Sabtu pagi pokoknya selalu Ale alokasikan untuk hobinya. Hunting foto, sarapan bubur dan berlama-lama mengobrol dengan penjualnya, sarapan sate Jando, atau sekadar jogging mengelilingi kompleks perumahan kosannya.
Sabtu pagi Ale selalu tenang. Oleh, untuk, dan dari dirinya sendiri. Sampai-sampai keluarga dan beberapa temannya tahu bahwa percuma menghubungi Ale pada Sabtu pagi, karena cowok itu enggak bakal merespons. Yah, kecuali urusan Lensproject dan hal darurat.
Tapi Sabtu pagi Ale kali ini sangat heboh.
Cowok itu baru keluar bangunan kosan saat dilihatnya seorang cewek sedang asyik bercengkerama dengan Mang Nono, satpam kosannya.
"Erisha," Ale memanggil.
Sang pemilik nama yang duduk memunggungi Ale malah berujar penuh semangat dengan volume yang kayaknya sanggup membangunkan seisi kosan. "Enak kan, Mang, gorengannya? Tadi tuh aku mau beli tahu isi, tapi belum digoreng. Daripada lama, ya udah deh, nggak pakai tahu isi. Nggak apa-apa ya, Mang? Nih, diminum kopinya juga."
"Erisha," panggil Ale sekali lagi.
"Kopinya juga diminum ya, Mang!"
"Erisha."
Tubuh cewek itu berbalik cepat, diikuti senyumnya yang merekah. "Ale udah bangun? Kirain masih lama siap-siapnya."
Ale menghela napas. "Aku manggil kamu berkali-kali, Rish," tuturnya sabar. "Yuk, aku udah siap."
Erisha memindai penampilan Ale dari ujung rambut sampai ujung kaki. Duh, kalau boleh, Erisha pingin teriak kalau Ale ganteng banget di Sabtu pagi yang cerah ini. Cowok itu mengenakan kaos merah marun, celana olahraga selutut berwarna hitam, dan sepatu olahraga hitam beraksen putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
50mm (35mm Sequel)
Teen Fiction35mm sequel. Ini tentang Adelardian Muda Gautama dan Erisha Annora