Ada beberapa hal yang tidak diketahui Erisha, yang malam ini pada akhirnya Ale ceritakan. Tapi bukan pada cewek itu, melainkan pada satu-satunya orang yang dia percaya, yaitu Ceye.
Bukan karena Ale yang dengan sukarela bercerita, tapi karena sahabatnya itu mendesak keras. Ceye protes karena dari semua yang Ale ceritakan pasca Indy meninggal, ternyata ada yang disembunyikan.
"Kenapa lo nggak pernah cerita ini semua ke Erisha?" tanya Ceye sedikit kesal usai mendengar keseluruhan cerita Ale.
Ale menggeleng. "Erisha nggak boleh tahu. Kemungkinannya cuma dua, dia sedih atau marah."
"Ya kalau lo ceritanya sekarang, dia pasti marah, lah! Orang lo berdua udah jadian," serang Ceye penuh emosi. "Kenapa nggak dari dulu sebelum lo nembak dia?"
Ale diam, bingung bagaimana mengatakan yang sejujurnya pada Ceye tapi juga tidak terlalu gamblang.
Kenapa dia tidak memberitahu Erisha? Sederhana, karena egois. Sangat realistis untuk menjadi egois ketika seseorang butuh orang lain dalam masa terpuruknya. Itu yang Ale rasakan selama berduka karena kepergian Indy.
Erisha tidak boleh berhenti menemaninya. Erisha tidak boleh pergi. Tapi di satu sisi, ada orang lain yang juga butuh ditemani. Dan sisi setia kawan Ale mengatakan dia harus memainkan peran Erisha pada orang itu, pada Kinara Larasati, adik kandung Indy.
"Waktu itu gue sama Erisha bukan siapa-siapa, Ye. Gue pikir ya apa salahnya gue juga berusaha nemenin orang lain yang juga gue peduliin?" Ale mencoba membela diri.
Ceye menggeleng tidak setuju. "Terus apa yang ada di otak lo waktu nembak Erisha, hah?" tanyanya.
"Gue butuh dia."
"Buat?"
"Lo nggak bakal ngerti gimana gue butuh Erisha."
"Manja lo!" Ceye mencemooh tegas. "Lo cuma butuh dia tanpa ngasih timbal balik, Le. Apa namanya kalau bukan manja? Kasihan Erisha."
"Lo nggak usah ikut emosi, Ye."
"Kenapa bukan Kina yang lo pacarin?" kejar Ceye, mengabaikan intonasi tenang yang selalu Ale sengaja supaya percakapan ini tidak tersulut api.
"Kina--"
"Lo bolak-balik ke Jakarta buat dia, kan? Kenapa bukan Kina yang lo pacarin? Dan parahnya, nggak ada dari kita yang tahu soal Kina, Le. Gue, Raymond, Rocki atau Faris, semua ngira kalau hubungan lo sama adiknya Indy sebatas kenal doang."
Ale mengacak rambutnya kasar. Dialog ini justru menggaruk emosinya. Padahal tadinya, Ale tidak mau mengungkit Kina lebih dalam lagi.
"Gue juga nggak mau akrab sama Kina, Ye," gumam Ale dengan kepala tertunduk. Kedua bola matanya terarah pada dua cangkir kopi kosong bekasnya dan Ceye. "Gue cuma beberapa kali ketemu dia pas ke rumah Indy. Tapi begitu gue ketemu cewek itu lagi di pemakaman Indy, gue tahu betapa kehilangannya dia. Gue nggak bisa nolak waktu nyokapnya nyuruh gue nenangin Kina. Gue paham banget perasaan Kina waktu itu dan sangat manusiawi kalau gue bisa ngerasain apa yang dia rasain."
KAMU SEDANG MEMBACA
50mm (35mm Sequel)
Teen Fiction35mm sequel. Ini tentang Adelardian Muda Gautama dan Erisha Annora