Pernikahan paling dinanti seluruh lapisan masyarakat dunia sihir, akan segera berlangsung lima menit lagi. Meski begitu, puluhan pasang mata masih saja berdatangan silih berganti. Tak mengherankan memang, karena ini merupakan pernikahan terbesar sepanjang masa yang banyak disorot oleh media luar. Potter dan keluarga Weasley sebenarnya ingin mengadakan pernikahan sederhana di Burrow--atau mungkin juga Shell Cottage. Namun, tampaknya mereka lebih memilih mengalah. Menikmati momen kebahagiaan seorang diri, agaknya sedikit egois. Antusiasme masyarakat juga tak dapat dibendung lagi.
Di hari yang berbahagia ini, sebagian besar pelawat memilih datang dengan ber-apparate--kementerian secara khusus membuka akses masuk selebar-lebarnya. Toh, membatasi ruang gerak, hanya akan menimbulkan pertanyaan--seperti, 'apa yang perlu dikhawatirkan? Perang sudah lama berlalu. Tak ada lagi yang perlu ditakuti'--dan tentu saja, semua ini masih di bawah pengawasan ketat para Auror.
Tak ingin ketinggalan, Tuan dan Nyonya Girard, ikut serta menginjakkan kaki di pelataran balai kota--dengan bayi platina digendongan ayahnya. Pria berambut legam itu melepaskan tangan dari lengan pasangannya, begitu mereka sudah yakin berpilin dengan mulus.
"Biar aku saja yang membawanya."
"Dia punyaku, kalau kau ingat," kukuh sang pria. Kalau boleh jujur, ia sedang badmood--badmood pada wanita veela tepatnya. Mana ada, pasangan suami-istri yang mengenakan cincin pasangan senilai 6 galeon 10 sickle. CIH! KALAU MEMANG IKHLAS, KENAPA TAK GANDAKAN SAJA SIH, CINCIN KERABATNYA ITU?! batin sang pria berulang kali.
Wanita itu menatapnya tajam. "Demi Merlin, sekarang dia jadi anak kita, Malfoy!" seru Hermione yang lebih seperti desisan. Demi apapun, ia masih kesal dengan ferret--yang untungnya jauh lebih tampan dari yang siang tadi. Kalian tak tahu saja, seberapa cerewetnya musang satu ini hanya karena 'cincin'.
Kelabu Mr. Girard juga balik menatap Granger. "Ofcourse, love," ucap Draco, yang dengan kurang ajarnya, menarik pinggul Hermione ke rengkuhannya. "Kau sendiri yang bilang. Jadi, jangan sebut nama itu lagi."
Hermione masih menatap jengkel pria jangkung di sampingnya. Sungguh, ia ingin menonjok hidung ferret itu dan menendang tulang keringnya. Untuk sepersekian detik kemudian, kedua sudut bibir Granger terangkat dengan sangat tidak elegan. Seolah memberi pesan tersirat, 'aku akan membunuhmu, Malfoy'.
Draco membalas senyuman gadis singa tanpa beban. Sepertinya, lelaki ini memang menikmati ajang sandiwara paling akbar di hidupnya. Kelabu itu mengalihkan perhatian pada gedung megah di depan mereka. Ia sadar, keadaan telah banyak berubah. Malfoy tahu, ia sudah banyak melewatkan masa-masa mudanya begitu saja empat tahun ini. Tak ada cukup kenangan di luar manor yang bisa Draco ingat.
Hermione mengerutkan kening, ketika senyum Malfoy tiba-tiba tersapu entah ke mana. Manik matanya mengikuti arah kelabu itu. Hanya tampak anak-anak tangga yang dipenuhi warna-warni buket bunga, dengan westeria yang menggantung indah menyelimuti undakan. Tak hanya itu, kilau-kilau cahaya dari media massa juga memeriahkan gelaran karpet merah. Zabini, Nott, Parkinson, dan teman-teman seangkatan Malfoy tampak saling melempar canda. Seketika, Hermione tahu, apa yang membuat senyum itu luruh. Mereka ada di sana, di salah satu pijakan dengan cengkrama bahagia. Orang tua Draco--Mr. dan Mrs. Malfoy--beserta tunangannya.
Tangan pria yang merengkuh pinggang Hermione sedikit mengeras. Gadis itu menatap lagi sosok di sampingnya, sudut bibir Draco perlahan naik, tapi Hermione tahu, ia ingin bergabung bersama keluarganya seperti kebanyakan anak di luar sana. Merlin seakan mengabaikan kedatangan ferret di dunia ini. Semua orang sudah mencapai titik bahagia, tapi tidak, Draco masih harus merangkak jauh dalam kurun waktu yang teramat singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hell Inside (Dramione)
FanfictionPerang telah berakhir. Golden trio mencapai masa-masa keemasan mereka. Harry Potter, telah menjadi kepala Auror dan akan segera menikah dengan Ginny Weasley. Ron Weasley, yang mereka pikir akan mengikuti jejak Harry, nyatanya lebih memilih mengemban...