part 022 : After

3.3K 283 160
                                    

Sebuah Ferrari baru saja memasuki pekarangan rumah. Rambut semak Hermione tampak menyembul, keluar dari mobil. Kedua tangannya dipenuhi sejumlah paper bag. Ia mengamati sejenak, sebuah jam tangan yang melingkar di pergelangan. Masih pukul delapan malam--tepatnya. Namun, lampu rumah sudah dipadamkan, hanya beberapa yang tampak menyala di halaman. Tidak mungkin sedang terjadi korsleting, 'kan? Well ... dari semua itu, ada satu hal lagi yang membuat gadis singa bingung ... radio di dalam sana dibiarkan menyala, dengan volume besar--setidaknya, sampai terdengar hingga luar.

Draco ..., batin Granger, tiba-tiba saja khawatir dengan ferret. Ia bergegas naik, menapaki anak-anak tangga yang kurang pencahayaan. Entah ... apakah Malfoy baik-baik saja dengan situasi saat ini, mengingat lelaki itu orangnya sedikit penakut.

"Draco, kau di dalam?" tanya Hermione, dari balik pintu kamar Malfoy. Benar dugaannya, saat gadis itu memasuki rumah, seluruh lampu mati--kecuali beberapa perabot, seperti kulkas dan penghangat ruangan, yang terlihat masih bekerja. Setelah beberapa detik tak ada jawaban, Granger menaruh barang-barangnya, dan memutuskan untuk memutar gagang pintu--sekadar memastikan, apakah lelaki platina sudah tidur.

Merasa ada yang aneh, gadis singa masuk, dan tak mendapati apapun di sana. Kamar ferret dibiarkan gelap gulita--sementara jendelanya masih terbuka, di kamar mandi pun tidak tampak sejumput platinanya.

Hermione yang baru keluar dari kamar, mendengar pintu rumahnya dibuka. Lantas, gadis itu mendatangi sumber suara. "Draco, kau dari ...." Tampak kekecewaan mulai hinggap, ketika ferret yang dicari tak kunjung muncul.

"Oh, Ms. Granger ... aku mendengar, mobilmu baru saja kembali. Ada beberapa kue di rumahku," ucap Bertha, mengangkat sebuah baki berisi enam toples kaca ke meja makan. "Perlu kupanaskan lagi makan malammu, Miss?"

"Di mana Draco?" Hermione mulai tak sabar.

"Di atas. Dari tadi siang, Mr. Malfoy bilang untuk tidak menghiraukannya."

"Dan kalian membiarkan anak sialan itu sendirian?"

Bertha mendekat, dan menaikkan kedua sudut bibir. "Mr. Malfoy selalu bersama kami. Ia--hanya--jadi sedikit pendiam."

"...." Hermione mengeryit, mencoba mencerna perkataan Bertha. Oke ... setelah sibuk menerka-nerka, gadis singa tak mendapat secuil pencerahan. "Kau bisa kembali, Bertha. Aku akan bicara dengannya," Granger berucap, tidak lupa menyuguhkan senyuman. Ia tak ingin, melanjutkan obrolan lebih lama lagi. Bukan tidak mungkin, Hermione akan terkesan kurang sopan memperlakukan keluarga Harris, mengingat dirinya sering kebakaran jenggot jika membicarakan Malfoy.

"Panggil aku, kapanpun kau perlu bantuan," tutur Bertha, menjadi salam penutup mereka.

Tak ingin membuang waktu, Hermione menenteng lagi barang bawaannya, dan beranjak ke atas--menuju ke sumber suara. Semakin ia memangkas jarak, semakin musik radio terdengar jelas. Sebuah irama dari tuts-tuts piano. Bagi gadis singa yang pernah menjalani kehidupan sehari-hari di dunia muggle, tentu tidak asing dengan nada ini. Salah satu mahakarya dari Mozart, untuk mengantarkan kepergian seseorang. Entah mengapa, ferret-brengsek itu malah memilih siaran seperti ini. Mana malam itu, Draco menangis gara-gara takut disentil hantu--cih.

Hal pertama yang dibingkai oleh cokelat madu Granger--saat tiba di lantai dua--adalah figur lelaki platina. Ia berada di sana, tengah berdiri memandang jauh ke luar. Sinar bulan yang masuk, menyirami lantai atas dengan tak tanggung-tanggung. Hermione pun menyalakan semua lampu--yang berada di langit-langit kayu. "Apa yang kau lakukan di sana, Draco?" tanya Granger, yang masih berdiri beberapa meter di belakang lelaki itu. Gadis singa bisa melihat, ferret baru saja minum-minum--sebotol vodka masih berada di genggamannya.

The Hell Inside (Dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang