ep. 29

1.8K 80 7
                                    

Selama 2,5 jam Jimin diomeli dengan Sana seperti orang sedang kesetanan. Jin, Jeongyeon, Rapmon, Seojin dan Soobin saja sudah pengang telinganya mendengar mommy Seojin mengomeli dua sejoli di depannya. Entah mengapa Jimin bisa tahan banting dengan pendengarannya. Wanita tadi yang bersama dengan Jimin sudah tersungkur dengan bibir berbusa.

Maklum saja Sana sedang PMS berat jadi dia akan marah-marah layaknya orang kesurupan. Jin bersyukur karena marah dan kesalnya Sana terlontar kepada Jimin jika tidak ada Jimin maka Jin dan Seojin akan menderita sekali. Tak lama Jimin melambaikan tangan pada kamera karena tidak kuasa menahan ceramah Sana. Sana pun juga akhirnya berhenti dari ceramahnya yang panjang ala ibu-ibu kompleks. This is real

"Sudah San, gak lelah tuh mulut" dalam batin Jeongyeon ingin sekali mengutuk suaminya yang gak tau makna dari keadaan.

"Ehmm capek gak ya? Dikit sih tpi gak apa-apa kok hehe" balas Sana dengan cengir-cengiran khas dirinya. Masih tetap humor jika moodnya sudah membaik.

"Mianhe Mina aku tidak ingat jika aku memilikimu" ucap Jimin berlutut di depan Mina dan Jimyou. Ia berlutut memohon maaf.

"Mwo? Tidak ingat dengan Mina? Waaaah gini enaknya di apain ya" ucap Sana sambil bersmirik jahil ke hadapan Jimin. Jimin susah meneguk salivanya saat melihat Sana yang sudah bersmirik di hapannya saat ini. Entah cobaan apa saja yang akan menghadang di hari ini.

"Sudah-sudah itu urusan keluarga mereka Sana-ya, Seojin sudah mengantuk nih" ucap Jin sambil menggendong Seojin yang memeluk ayahnya dengan tangan mungilnya. Sana pun tidak tega melihat sang anak yang ia kandung tidak nyaman tidur di dada Jin.

"Pulang duluan ya! Oh, ya Mina lu utang cerita sama gue" Mina hanya membalas anggukan.

Sepanjang jalan pulang Sana maupun Jin tidak ada yang memulai percakapan. Semuanya berubah menjadi manequin yang terpajang di dalam mobil. Jin terlalu fokus dengan jalan jadi ia tidak melihat situasi di sampingnya. Sana mengantuk, tapi ia mencoba menahan rasa kantuknya. Ia ingin suaminya ada teman, jadi jika ingin mengajak mengobrol Sana akan siap mengikuti obrolan itu.

Tidak lama tibalah di rumah mereka, tepatnya di perumahan besar. Sana keluar dengan menggendong Seojin hingga mengantarkan ke kasur. Setelah itu Sana menutup pintu dan berjalan keluar menuju sofa ruang tengah. Merebahkan tubuhnya di sofa sambil memejamkan matanya. Merasakan lelah yang sangat menerjang tubuh mungilnya. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu mengelus perutnya. Sana pun terbangun dan melihat ke samping.

"Aish oppa apaan sih!" Ucap Sana.

"Tidak apa-apa, sini duduk di pangkuan oppa" memindahkan tubuh Sana dari samping ke pangkuannya. Lalu memeluk Sana sambil menciumi pipi istrinya yang sedikit gembul.

"Lama tidak seperti ini, semenjak Seojin hadir kita jarang berpacaran berdua" ucap Jin.

"Engghh" Sana hanya diam sambil memejamkan matanya.

"Mau ke kamar?" Sana mengangguk lalu Jin menggendong dirinya menuju kamar. Tak lupa juga mengunci pintu luar dan mematikan lampu.

🌼

"Mommy!! Daddy!! Huaaaa Mom huaaaa!!" Suara tangisan Seojin terdengar jelas hingga membangunkan dua insan yang sedang tertidur.

"Kau tidurlah akan ku urus Seojin" ucap Sana. Jin mengangguk pelan lalu menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Suara decitan kasur pertanda bahwa Sana sudah turun dari ranjang kasur.

"Mommy hua!!" Tangis Seojin semakin keras.

"Ssst..sst cup sayang jangan nangis mommy di sini" Sana menggendong Seojin sambil menepuk punggungnya pelan. Sana keluar dari kamar Seojin karena tangisnya tak kunjung reda. Sepertinya anak satu-satunya ini sangat manja membuat Sana harus terjaga sampai pagi hari. Setelah memastikan Seojin benar-benar tidur baru ia tidurkan di samping Jin lalu berjalan ke dapur untuk memasak.

Bang Twice Family (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang