Tiba tiba."Akkh--"
Sambaran sebuah tangan mencengkram kuat lengan Rose menariknya hingga ia kehilangan keseimbangan.
Ia membuka kedua matanya. Betapa terkejutnya ia menatap kedua bola mata hitam pekat milik seorang pria yang bahkan tidak dirinya tidak kenal.
Tatapan itu mampu menyihir Rose dalam beberapa detik, ini untuk pertama kalinya dia menatap seseorang sedekat dan sedalam ini. Sampai ia enggan untuk menatap ke arah yang lain.
Pria itu dengan sigap langsung mendorong tubuh Rose seraya melepaskan tangannya di lengan Rose.
Tanpa banyak basa basi Pria itu pergi meninggalkan Rose yang masih terdiam membeku dengan tatapannya tadi.
Rose memukul keningnya seraya berkata, "yatuhan, bodoh sekali aku." Gumamnya, ia pun langsung melepas earphonenya dan mulai berjalan lagi.
"Ada apa denganku, memalukan sekali." Gerutu Rose seperjalanan kerumahnya.
~~
Ryana mencari nomor adiknya di kontak ponsel miliknya. Setelah, ia menemukannya. Ia pun langsung menelpon adiknya untuk datang segera ke perusahaan 'Tuan Company.
"Mark?"
'Ya, ada apa?. Seperti biasanya, adiknya sumatawayangnya itu menjawab dengan nada malas dan dinginnya.
"Kau dimana?" Tanya Ryana.
'Katakan to the point ka, aku tidak punya banyak waktu. Jawabnya.
"Hmm.." Ryana melirik kearah ayahnya yang melihatinya sedari tadi. "Ayah menunggumu diperusahaan, datanglah cepat. Ada hal yang harus dibicarakan dengan kau dan aku."
'Aku tidak bi---.
"Tidak ada kata lain selain kau harus datang kesini. Mark, hanya itu." Potong Ryana dengan sedikit tegas.
'Yaa, aku kesana.
Ryana pun langsung mematikan telponnya, "Dia sudah jalan ayah, kita tunggu sebentar. Tidak apa kan."
"Ya, tak apa." Jawab singkat Sean seraya tersenyum simpul. "Sepertinya adikmu sudah sibuk mengejar kariernya ya, sampai ia tidak punya sedikit waktu bersama keluarganya." Ucapnya.
Ryana melirik kearah Sean, "ayah menyindirku?." Tanyanya.
Sean tertawa simpul, "tidak nak. Kau ini." Jawabnya.
Tak lama, seorang pria yaitu asisten pribadi Sean masuk kedalam ruangan.
"Tuan, meeting bersama Greg Minnosso. Diundur, tadi asistennya memberitahuku lewat telpon." Ucap Nam Yoo.
Sean mengangguk seraya berkata, "baiklah." Balasnya.
"Permisi, tuan, nonaa."
Ryana menundukkan kepalanya seraya tersenyum.
Nam Yoo pun berjalan keluar dari ruangan Boss Besarnya itu.
Tak lama sekitar 15 menit, Mark pun datang dengan wajah dingin, dan tanpa senyum itu. Ia berjalan dan duduk disamping Ryana.
"Nak." Sapa Sean.
"Ada apa?" Tanya Mark.
"Kau mau minu--"
"Tidak, aku sudah bilang pada kakak. Kalau aku tidak punya waktu banyak untuk ini." Potong Mark.
Sejak perjalanannya tadi kemari, ia sudah berfikir bahwa ayahnya hanya akan membicarakan hal yang tidak penting bagi dirinya. Itu sebabnya ia malas untuk menemuinya di Perusahaan besar milik ayahnya itu.
Ryana menahan lengan Mark, "katakan ayah, setengah jam lagi aku akan ada meeting dengan Danggu Company." Sambarnya.
Sean menghela nafasnya, "untuk beberapa hari kedepan, Hee Na akan menginap di Mansion kita untuk beberapa hari." Ujarnya.
Mark tersenyum jahat, 'Cih, Wanita itu. Batinnya.
Entahlah, Mark ingin sekali memukul sesuatu yang ada disekitarnya ketika ayahnya sudah membicarakan Wanita itu. Wanita yang menghancurkan kebahagiaan keluarganya.
"Sudahku duga, pasti hal yang tidak penting yang akan dibicarakan." Ujar Mark seraya tersenyum devil.
"Mark-" bisik Ryana.
"Kenapa harus di Mansion?. Banyak Hotel Bagus di Korea selatan, ayah.""Sengaja ayah menaruhnya dirumah, setidaknya membuat kalian sedikit lebih mengenal dia." Balas Sean.
Mark pun diam tanpa mendengarkan ucapan ayahnya itu.
"Untuk berapa hari?" Tanya Ryana tegas.
"Untu--"
"Aku rasa cukup untuk 2 hari saja." Potong Ryana.
Mark dengan spontan menoleh kearah Ryana. "memangnya untuk kepentingan apa wanita itu datang?" Tanya Ryana.
"Menunggu proses visanya ke Singapure setelah itu ia pergi." Jawab Sean dengan wajah pasrah.
"Nah." Mark beranjak dari duduknya. "Sudahkan, aku harus pergi." Ujarnya seraya menghelakan nafasnya.
Ryana pun ikut beranjak dari duduknya, dan menggandeng tangan adiknya. "Cukup 2 hari ayah. Jika tidak mau kau bisa bawa wanita itu kemanapun." Serunya.
"Baiklah, nak." Balas Sean seraya berdiri, "Ayolah kita akan makan malam bersama."
"Aku tidak lapar." Balas Mark, "Makan malam tidak baik untuk berat badanku." Sahut Ryana.
Sean terdiam membeku mendengar celotehan dingin dari kedua anakknya itu.
"Aku pergi." Seru Ryana, Mereka pun berjalan bersamaan keluar dari ruangan menyebalkan itu menurut Mark.
Didalam Lift, Ryana melihati wajah Mark yang berubah sangat sangat Drastis.
"Jangan menyuruhku pulang ketika wanita itu masih ada didalam rumah." Ujarnya seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.
"Mark, kau bersamaku dirumah itu." Balas Ryana.
"Tidak,kak. Jangan memaksaku. Kau saja, aku akan tinggal dirumah Jackson untuk sementara." Serunya.
Ryana pun mengangguk terpaksa.
Ting.
Mereka pun berjalan keluar Lift, dan melangkah dengan cepat untuk keluar dari perusahaan mewah milik ayahnya itu.
"Mark, ingat untuk malam ini. Kembali kerumah tepat waktu, aku menunggumu, aku menyayangimu." Ucap Ryana seraya melihati adikknya berjalan menghampiri Mobilnya itu.
Ryana menghela nafasnya, airmatanya menetes saat melihat adiknya harus sedingin ini kepada dirinya. Dengan cepat ia langsung mengusap butiran airmata itu saat Mark menekan klakson mobilnya dan melaju meninggalkan dirinya yang masih diam membisu.
..
Yeayyy, akhirnya aku update lagi🎉🎉 .
Engga jadi hari senin deh Updatenya, kayaknya keburu lupa deh ceritanya.Hmm.
Btw, kenapa Mark itu ganteng banget weh. Tell me okey, give me a reason whyyy.Thankyou.
Aku sayang kaliann😽☺
See you..
KAMU SEDANG MEMBACA
A SECRET. [MARK TUAN & ROSE]
FanfictionDON'T COPY THANKYOU. "Menerima kenyataan bahwa dia adalah orang yang aku cari selama 4 tahun ini, sangat menyakitkan." -Roseanne Park. --- "Maafkan aku, semua terjadi karenaku. Aku yang merancang semuanya." -Ryena Tuan. --- "Aku akan pergi..." -Mark...