SIX.

457 41 5
                                    

~Happy Reading.

Pagi ini Ryana dikejutkan dengan pesan yang dikirim oleh Om-om polisi yang beberapa hari lalu ia temui dengan ayahnya.

'Sungguh, ayah benar melakukan hal ini. Batinnya.

Pria tua itu mengirim bukti transferan yang dikirim oleh ayahnya kemarin, disana tertera jumlah uang yang cukup banyak.

Dengan sangat geram ia melempar ponselnya kearah kasur dan langsung keluar kamar untuk menemui ayahnya.

Namun, setelah ia menuruni anak tangga dengan cepat ia menghentikan langkah kakinya saat melihat meja makan yang hanya ada Jackson.

"Dimana ayahku?" tanyanya seraya menghampiri Jackson.

"Selamat pagi kak"
"Paman sudah berangkat dengan asistennya, ada apa?"

Ryana menghembuskan nafasnya seraya berkacak pinggang, "lalu, mark?"

"Sedang mandi." jawab Jackson singkat.

Ryana pun tanpa banyak basi pergi dari meja makan dan kembali kekamarnya.

Ia meraih ponselnya lalu dengan cepat menelpon ayahnya.

"Angkat ayah, angkat." gumamnya.

-Yoboseo?

"Dimana ayahku?" tanyanya.

-maaf, nona. Tuan besar sedang tidak ingin bicara dengan siapapun.

"Berikan ponselnya kepada ayahku?!, Choi Jin Soo." perintahnya dengan nada penuh penekanan.

-maaf, nona. Aku tidak bisa. Karena dia atasanku, aku tidak bisa membantah segala perintahnya.

"Hey, asisten macam apa ka...."

Nut.. Nut..

"Ohh, Shi**" Serunya, untuk kedua kalinya ia melempar ponselnya kekasur.

Ryana mengacak acak rambutnya Frustasi, "kenapa semua ini harus terjadi kepada keluargaku, kenapa?!"

.
.
.

Mark menuruni anak tangga lengkap dengan anduk putih dilehernya, ia masih dengan celana selutut dan kaos putihnya.

"Apa kakak belum sarapan?" tanyanya.

"Tadi dia sudah turun lalu menanyakan Paman." jawab Jackson, "Setelah itu pergi lagi kekamar." tambahnya.

Mark duduk dikursi yang menghadap kearah Jackson.

'Tumben sekali pagi pagi seperti ini ia mencari Ayah. Batinnya, lalu ia beranjak kembali dari duduknya dan pergi meninggalkan Jackson.

"Hey, kau mau kemana lagi?" tanya Jackson.

"Sudahku katakan anggap rumah sendiri saja, Kau ini." sahut Mark, ia berjalan menaiki tangga kearah kamar Ryana.

"Cih, sebenarnya ada apa dengan mereka." gumamnya.

Mark membuka pintu kamar kakaknya dengan perlahan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikit pun, ia melihat kakaknya yang tengah berdiri menghadap kearah jendela yang gordynnya terbuka lebar.

"Apa kau bisa mengecek kembali apa benar ayahku mengirim sejumlah uang itu kepada nomor rekening itu?"

Mark menyipitkan kedua matanya, 'sejumlah uang?.

"Hmm, bisa kau memberi bukti transaksinya kepadaku sekarang juga?"

Mark terdiam berdiri dan terus mendengarkan pembicaraan dari kakaknya dan orang yang ditelpon itu.

A SECRET. [MARK TUAN & ROSE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang