Aku memakan lelaki itu dengan lahap.
Ditambah babi hutan yang telah ia buru dapat menjadi hidangan penutupku.
Tanpa kusadari, ada yang memperhatikanku dari kejauhan. Sosok gelap yang dengan gesit berpindah dari pohon ke pohon.
Saat aku mulai curiga, sosok itu telah berada di sampingku.
Aku terkejut, ternyata itu ibuku.Aku tidak tahu mau berkata apa. Akhirnya ibu membuka pembicaraan.
"Ternyata kamu seperti Ibu ya," ucap ibuku dengan senyum sinis.
Jujur, aku bingung dengan ucapannya.
"Maksud Ibu? " tanyaku.
"Kamu tahu? Berita yang tersebar bahwa ada orang hilang disebabkan oleh Ibu. Ibu yang melakukannya. Ibu memakan orang itu. Tapi Ibu tidak tahu apa yang terjadi dengan orang satunya. Jangan-jangan kamu ya?"
Sungguh, aku terkejut mendengar penjelasan Ibu. Aku kira Ibu akan merasa jijik padaku, ternyata kita sama.
"Iya, Bu. Aku yang melakukannya ."
"Dan kamu tahu? Ibu tidak pernah menceritakan tentang ayahmu, bukan? Itu karena Ibu sudah memakan ayahmu, orang yang Ibu cintai, sekaligus penghalang hidup Ibu, "
"Apa?! Kenapa Ibu melakukan itu? Ayah jahat pada Ibu? "
"Tidak, ayahmu melarang Ibu untuk membunuh orang, tapi Ibu tidak mau tentunya, jadi Ibu melakukan itu. Dan Ibu tidak menyesal, karena ini hidup Ibu. Ibu harus menjalaninya dengan kenyamanan Ibu sendiri, bukan dengan aturan orang lain,"Aku merasa takut, tapi justru aku bangga pada Ibu. Ibu mau memperjuangkan apa yang ingin Ibu lakukan, bahkan dengan memakan Ayah.
