Yuta tidak bisa berhenti tersenyum saat ini. Tadi siang dia sangat puas dengan apa yang telah dilakukannya. Dia sampai tidak bisa berkata kata.
Ya walaupun Jennie tidak ikut ke rumahnya bersama Yumi dan dirinya, setidaknya hiburan tadi siang sudah cukup membuatnya terhibur sekarang.
"ABANG! TURUN BANG LIAT DI TV SEKARANG!"
Jeritan histeris Yumi membuat Yuta buyar dari lamunannya. Dengan cekatan dia menuruni tangga dan menghampiri Yumi berserta ibundanya yang sedang menangis histeris didepan TV.
"Kalian kenapa? Kenapa pada nangis sih?"
"Bang liat hiks... aku gak habis fikir, ternyata hiks... selama ini papa hikss..."
Yuta langsung memfokuskan pandangannya kearah TV dan langsung menggeleng secara refleks karena berita yang ditampilkan acara TV tersebut.
Ayahnya yang selama ini dia kenal dermawan, baik hati, dan sangat sayang kepada keluarganya itu kini dinyatakan pihak media bahwa ayahnya adalah seseorang yang salah dan harus mendapatkan hukuman setimpal dengan apa yang telah diperbuatnya.
Menjual organ tubuh manusia secara ilegal keseluruh rumah sakit dan bahkan keluar negeri merupakan sesuatu perilaku bersalah, karena ayahnya telah menjual organ tubuh manusia dengan cara membunuh orang secara brutal dan menjual organ yang bisa dijualnya.
Yuta tidak habis fikir.
"Brengsek"
Kenapa semua ini terjadi kepada dirinya. Kenapa lingkungan disekitarnya tidak ada yang benar-benar waras. Maksudnya, kenapa ayahnya harus terlibat kasus yang seperti itu.
Selama ini yang Yuta tau ayahnya itu adalah pebisnis yang hebat dan sukses. Bukannya seorang boss dari perusahan ilegal penjual organ tubuh manusia.
Jadi selama ini harta kekayaannya didapatkan dengan cara merenggut nyawa orang? Mengambil organ dan menjual semuanya? Pantas saja ayahnya sangat mudah mencari uang.
Yuta mengacak rambutnya gusar dan berjalan menaiki tangga dengan cepat. Mengambil satu koper yang berisi penuh uang dan segara turun kembali lagi setelah mengambil jaketnya yang tergantung dibalik pintu kamar.
"Yumi, cepet beresin baju baju kamu yang perlu kamu bawa. Bantuin mama juga"
Ujar Yuta lalu mengambil ponselnya dan mencabut kartu sim miliknya.
"Kita mau kemana bang?"
"Kita gak bisa terus terusan diem disini. Cepat atau lambat pasti banyak wartawan yang akan datang kesini ma. Aku gak mau hidup kalian gak tenang dengan adanya para wartawan brengsek itu. Terlebih lagi aku gak mau liat muka papa"
"Bang. Gak boleh ngomong gitu"
"Gak bisa Yum, dia emang udah terlalu rendah buat dihormatin lagi"
•
•
•
•
•Taeyong menatap Jio tidak suka. Pasalnya perempuan yang sangat sangat dijaganya itu kini sedang berbincang seru disebrang jalan. Tempat dimana Taeyong menyuruhnya untuk menunggu karena ada sesuatu yang tertinggal dimobil.
Entah kenapa melihat Jio dengan laki-laki lain sambil berbicara seru dikelilingi gelak tawa membuat Taeyong merasa tidak suka.
Itu Jio nya. Sampai kapanpun akan tetap menjadi Jio nya. Tak ada yang berhak atas Jio kecuali dirinya. Ya Taeyong memang se-egois itu.
"Kayaknya film udah mau mulai. jadi gak ada waktu lagi buat ngobrol yang gak penting sama orang"
Sindir Taeyong berhasil merebut atensi kedua orang yang sedang mengobrol tadi.
"Ah Tae, ini temen aku namanya-"
"Aku gak nanya nama dia dan lagi pula gak minat mengobrol dengan orang sepertinya"
"Tapi Tae-"
"Lebih baik kita pergi sekarang"
"Winwin itu cuma temen sekolah aku Tae. Tadi gak sengaja aku ketemu dia disini dan ngobrol ngobrol tentang sekolah, emangnya salah?"
"Aku gak nanya"
Jio diam. Taeyong diam. Dan laki laki yang berwajah friendly dengan nama Winwin itu juga diam. Gak ada yang mau memulai percakapan, sampai Jio mencicit kecil.
"Tae maaf"
"Aku mau pergi. kalo kamu masih betah disini ya udah, aku tinggal"
"Taeyong aku ikut! Winwin maaf aku pergi dulu"
Ujar Jio setelah itu dia mengejar Taeyong yang sudah berjalan lebih dulu.
Winwin sedikit terkejut dengan tingkah Jio yang berbeda itu. Jio yang dikenalnya itu adalah sosok yang sangat tertutup dan kaku. Tapi tadi?
Ah rasanya Winwin gak bisa berfikir lagi karena otaknya juga tidak mampu berfikir terlalu jauh tentang kemungkinan kemungkinan yang belum tentu juga terjadi.
Tapi satu yang Winwin tau. Laki-laki bernama Taeyong tadi pasti sedang cemburu. Astaga Jio, kenapa dia tidak peka sekali.
•
•
•
•
•Jennie berusaha tidur setelah beban yang hari ini telah menimpanya begitu berat.
Pertama, soal dirinya yang gagal mendapatkan target karena Yuta.
Kedua, soal dirinya yang hingga kini tetap diikuti oleh Yuta.
Ketiga, soal omongan Yuta yang sampai sekarang masih terngiang diotaknya.
Dan keempat, soal dramanya tadi siang yang hampir saja berhasil jika tidak adanya Yuta disana.
Setelah dipikir pikir ternyata Yuta sebegitu terlalu mengurusi hidupnya. Sebegitu terlalu tau tentang dirinya. Dan sebegitu terlalu memahami hidupnya.
Jennie jadi khawatir dengan keadaan seperti ini. Dia tidak suka diuntit secara terus menerus.
Tapi dia juga tidak bisa bilang langsung ke Yuta jika dirinya tidak bisa diperlakukan seperti itu.
Jennie tidak suka diatur atur hidupnya.
Tapi Yuta begitu keras kepala sampai cara bicara Jennie saja selalu dikoreksi secara paksa.
Jennie tidak suka cara Yuta menyikapi bagaimana dirinya.
Tapi Yuta sudah begitu menyukai Jennie sampai sampai terlalu perduli.
Tunggu.
Suka? Apakah benar yang Jennie fikirkan? Apa benar Yuta suka dengannya? Kalau tidak bagaimana.
"Ahh mikir apaan sih lo Jen! Jangan ngada ngada dah ini udah malem"
Ujar Jennie kepada dirinya sendiri sembari mengacak asal rambutnya dan memijit pelipisnya.
Intinya Jennie lelah, sampai sampai tidak bisa berfikir jernih saat itu juga.
Yuta suka dengannya? Mana mungkin! Jelas jelas dia sudah mengibarkan bendera perang saat pertama kali bertemu. Jadi percuma juga kalau Jennie memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu difikirkan lagi.
Tapi jika Yuta benar benar suka dengannya bagaimana?
Jennie mau mati saja rasanya.
||||||| To Be Continue|||||||
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho : Serial Killer
Mystery / Thriller[SUDAH TAMAT SEJAK 2019] ; Bukan cerita asmara asmaraan ala anak sekolahan. Hidup gak segampang itu buat mikirin soal kisah cinta aja. Bukan juga cerita tentang mafia yang alurnya sulit ditebak. Ini cuman cerita ringan yang bisa ngisi waktu luang k...