Jisoo dengan langkah anggunnya mulai memasuki area taman rumah sakit. Bukan tanpa alasan dia kesini, tapi karena dia memang akan selalu mengantarkan makan siang kepada sang kakak.
Alih alih menunggu sang kakak disalah satu bangku yang tersedia, Jisoo malah memandang lebih tertarik kepada seorang wanita yang mungkin seumuran dengannya itu bermain dengan beberapa anak yang dirawat dirumah sakit ini.
Entah kenapa Jisoo jadi tertarik untuk ikut gabung dengan mereka.
"kakak boleh ikut gabung?"
Lantas, anak anak yang sedang bermain itu menganggukan kepalanya antusias karena sekarang banyak sekali orang yang bisa diajak bermain.
" eum, Jisoo "
Jennie, wanita yang daritadi bersama anak anak itu, mengalihkan atensinya kepada wanita yang mengaku bernama Jisoo.
" Jennie "
Lalu tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Hanya pandangan yang sama sama memandang kosong kearah gerombolan anak anak yang sedang bermain itu.
" kasian mereka. Aturan masih bisa main diluar sana yang pasti permainanya itu jauh lebih bagus, tapi ini cuma main seadanya bahkan gak keganggu sedikitpun sama selang infus mereka "
Jisoo mendengarkan secara seksama perkataan perkataan yang diucapkan Jennie tersebut.
" rumah sakit itu, tempat berjuang, bertahan, atau mengihklaskan? "
Jisoo masih mendengarkan retenan kata yang dikatakannya. Bermaksud untuk memahaminya.
" gue gak abis pikir sama mereka yang udah berhasil sembuh dari sakitnya. Terus keluar dari rumah sakit ini dengan senyum bahagia. Tapi pas baru sampe rumah ngeliat kedua orang tuanya bertengkar kira kira apa pendapat lo? "
" eum... gue gak mempermasalahin kedua orang tuanya yang berantem itu. Karena pada dasarnya setiap rumah tangga pasti punya masalahnya sendiri. Tapi gue kasihan sama anaknya, yang baru sembuh dari drop. Terus pas baru sampe rumah langsung ngeliat orang berantem. Gue kasian sama psikisnya. Gue... takut otak anak itu jadi rusak. Dan malah lebih banyak mikirin hal negativ karena selama ini pun dia disuguhin sama hal hal negativ"
Jennie tersenyum mendengar jawaban Jisoo.
" ngomong ngomong, lo kesini ada yang sakit? "
" ah enggak. Gue cuma nganter makan siang ke kakak gue. Kak Jihyo. Kalo lo?
" suster Jihyo? Oh, kalo gue cuma nemenin adik temen gue yang jadi pegangannya suster Jihyo "
" ouh gitu, cepet sembuh ya "
" bilangnya keanaknya jangan ke gue "
" eh? iya, hehehe "
•
•
•
•
•Jean teramat fokus dengan panggilan ditelfonnya, sampai sampai mengabaikan Jennie yang daritadi sudah duduk manis dimeja makan.
" yayaya Niel. Nanti aku akan kesana "
Sekali lagi, Jean nampak sibuk sendiri dengan dunianya. Bahkan kini tangannya yang lain sudah mulai meraih Spatula.
" yak! Kau tidak akan bisa melakukan itu. Sudah aku tutup dulu. Nanti kalau Jennie sudah pulang dan aku belum memasak dia mau makan apa? "
" yayaya terserah kau saja. Sampai jumpa "
Lalu sambungan telefon dimatikan oleh Jean dan berniat menaruh ponsel itu dimeja makan.
" astaga! Jennie sejak kapan kamu disini? "
Tanya Jean yang terkejut dengan kehadirannya Jennie.
" sejak tadi bu "
Jawab Jennie sambil tersenyum manis. Bahkan manis sekali.
" kenapa tidak bilang ibu? "
" ibu tadi sedang asik menelfon. bahkan sangat mesraaaa sekali, ngomong ngomong siapa dia bu? "
Tanya Jennie jahil. Dan Jean tidak pernah melihat Jennie yang bersikap seperti ini.
" ah, itu. Om Daniel "
" ouh om Daniel. Yang akan menjadi ayah barunya Jennie kan? "
Goda Jennie kepada Jean.
" aish, sudah jangan mengganggu ibu. Ibu mau memasak tahu "
" eum bu, tau sesuatu tentang seorang yang mengidap penyakit Leukimia? Bagaimana cara penyembuhannya? "
Tanya Jennie tiba tiba kepada ibunya yang sedang memasak itu.
"kangker darah? Tidak ada cara untuk menyembuhkan penyakit itu Jennie. Hanya ada kemonterapi yang akan memperpanjang waktu hidupnya. Ah, mungkin jika ada yang mendonorkan sum sum tulang belakang, orang yang mengidap penyakit tersebut akan 80% sembuh. Tapi ibu tidak tau pastinya"
Jelas Jean sambil mulai memasak masakan sederhana untuk makan malamnya bersama dengan putri tunggalnya.
"Apa ibu mendukung Jennie untuk melakukan sesuatu hal yang baik?"
"Tentu"
"Apa ibu tahu apa yang selama ini sudah Jennie lakukan?"
"Ibu mohon jangan membahas soal itu Jen"
"Jennie anak yang menyedihkan ya bu"
"Jennie..."
"Jennie itu anak yang mengecewakan ya bu"
"Jennie ibu bilang berhenti"
"Apa ibu setuju dengan keputusan Jennie nanti? Jennie ingin menebus kesalah kesalahan yang pernah Jennie buat. Jennie ingin diberikan ampunan oleh tuhan. Jennie mohon ibu mendukung Jennie"
"Jennie, maafkan ibu"
"Tidak bu, Jennie yang harus minta maaf. Karena dalam waktu dekat, Jennie akan meninggalkan ibu nanti"
"Maksud kamu?"
"Jennie... Jennie akan mendonorkan sumsum tulang belakang milik Jennie kepada Yumi, orang yang terkena Leukimia itu secara sepenuhnya. Dan karena sudah ada Om Daniel. Jadi Jennie tidak perlu khawatir untuk meninggalkan ibu sendirian"
"Tidak Jennie"
"Maafkan Jennie bu, tapi ini keputusan Jennie"
Lalu dengan isak tangisanya, Jennie berlari masuh kedalam kamarnya dan meninggalkan Jean dimeja makan dengan air matanya.
||||||| To Be Continue|||||||
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho : Serial Killer
Tajemnica / Thriller[SUDAH TAMAT SEJAK 2019] ; Bukan cerita asmara asmaraan ala anak sekolahan. Hidup gak segampang itu buat mikirin soal kisah cinta aja. Bukan juga cerita tentang mafia yang alurnya sulit ditebak. Ini cuman cerita ringan yang bisa ngisi waktu luang k...