Rooftop. (KNJ)

400 10 0
                                    

Aku menengadahkan kepalaku ke atas. Mataku terpejam erat. Angin menelusuri tiap jengkal wajahku, sejuk. Aku selalu menikmati sore yang indah bila berada di sini. Sejenak melupakan urusan pekerjaan dan sedikit bersantai.

Rooftop agensi ini memang cukup banyak yang mendatanginya. Kadang trainee berlatih menari di sini, staf yang berkencan ataupun hanya ingin mengobrol. Karena tinggi dan mrnghadap ke barat, dari rooftop ini terlihat sekali sun set yang jingga. Semua orang di agensi menyukai tempat ini.

Termasuk aku. Entah mengapa, mungkin karena banyak staf yang lembur, rooftop sangat sepi. Aku sendiri duduk di kursi menghadap ke arah matahari terbenam. Tapi tak apa. Justru ini sangat bagus. Aku bisa bersemedi sedikit di sini.

Terdengar suara tapak kaki.

Sontak aku mengeluh dalam hati. Kenapa harus ada orang datang sekarang? Cepat pergilah .... Ehm, baiklah. Itu sia-sia saja---

"Kau membolos?"

Oh, suara berat itu. Aku sangat membencinya. Tidak terlalu berat tapi sangat khas. Apa sebutannya lagi? Maskulin? Mungkin. Aku sulit menggambarkan suara indah itu.

Suara yang menghantuiku sejak tiga tahun aku bekerja di agensi ini. Suara yang membayangiku tiap malam. Suara yang selalu menghampiriku kapan pun dan dimana pun.

Kim Namjoon, RM.

Aku tidak menjawab.

"Hei, kau beneran membolos?" tanyanya lagi.

Aku langsung menggeleng kuat. Tidak mungkin! Meski aku sudah tiga tahun di sini, aku cukup tahu diri untuk tidak membolos kerja atau apalah. Lagipula aku bukan staf bagian dokumen---apalah itu yang memusingkan. Pekerjaanku di sini adalah produser. Produser itu setiap hari bisa libur, hanya ada deadline saja. Tidak mungkin aku bolos. Aku hanya 'meliburkan' diri. Apapun sebutan tepatnya.

"Terus apa yang kau lakukan di sini kalau bukan membolos?" Kulihat Namjoon menyeringai.

Baiklah, kutebak dia pasti sedang tidak ada kerjaan.

"Tidak ada apa-apa," akhirnya aku bersuara. "Kau sendiri lagi ngapain di sini?"

Namjoon mengendikkan bahu.

"Sedang menunggu Yoongi-hyung dari rumah kakaknya," jawabnya masih menyeringai.

Jawaban macam apa itu? Tapi aku diam saja. Mungkin ada alasan lain lagi yang bila kutanya akan membuatnya berceloteh ria tanpa mau dipotong. Lagipula bagaimana aku bisa memotong perkataannya? Andai saja aku bisa.

"Kudengar Seokjin-oppa sedang membuat lagu," kataku. Akhirnya aku membuka mata.

Namjoon mengangguk.

"Untuk konten FESTA empat bulan lagi," kata Namjoon.

Ah, benar juga. Konten FESTA itu. Aku ingat sudah melihat Nara-eonni mengedit video untuk trailer-nya seperti video trailer debut BTS 6 tahun lalu.

"Omong-omong, kau sudah bertemu Halsey?" tanya Namjoon.

Aku mencebikkan mulut. Halsey adalah salah satu penyanyi USA yang terkenal sekali. Aku juga menyukai banyak lagunya. Salah satu yang paling kusukai berjudul 'Without Me'. Itu lagu yang bagus, dan menurutku, cukup savage. Dan pada comeback Bangtan kali ini Halsey akan ikut berkolaborasi dalam lagu utama mereka. Ini kedua kalinya BTS berkolaborasi dengan penyanyi USA wanita setelah Nicki Minaj.

Ehem, aku benar, 'kan?

"Sudah. Aku bahkan sempat mengatakan kalau aku penggemar beratnya dan dia tertawa sambil mengelus pucuk kepalaku. Mungkin dia lupa kalau aku seumuran denganmu," terang ku panjang lebar. Mataku masih fokus kepada matahari yang siap terbenam, sama sekali tidak melirik Namjoon.

"Sepertinya kau juga penggemar berat Halsey, huh?" tanyaku.

Namjoon tersenyum lebar, memamerkan lesung pipitnya.

"Bisa dibilang iya. Aku menjadi penggemarnya sejak kami bertemu dua tahun lalu," tanggap Namjoon.

Tck, aku mendengus. Dia licik sekali. Aku ingin bertanya apakah dia menyukai Halsey, tapi dia sudah menjawabnya lebih dulu.

Namjoon menatapku sekilas lantas ikut juga menengadahkan kepalanya. Sialan, aku melihatnya tersenyum.

"Sore yang cerah." Aku setuju.

Anginnya sejuk. Aku mengusap hidungku sekilas.

"Kau bisa belajar untuk tidak hanya mengetahui pekerjaan saja, Y/N," kata Namjoon tiba-tiba.

Aku tidak bergeming.

"Kapan kau berpikir selain tentang pekerjaan?" Namjoon menatapku lagi.

"Saat lapar. Aku memikirkan makanan." Namjoon tertawa atas jawaban kampretku.

"Kau tahu, aku lega sekali saat melihatmu duduk berdiam diri di rooftop ini. Entah sendiri atau bersama orang lain. Kau sejenak mengalihkan pikiranmu."

Memangnya kenapa? Namjoon tidak menjelaskan maksud perkataannya.

Aku mendengus. Bukannya semua orang dewasa begitu? Kan aku juga bekerja, harus banyak memikirkan pekerjaanku. Lagian sama saja dengan Namjoon, 'kan? Dia sebelas-duabelas denganku.

"Kenapa kau memerhatikan itu, sih? Tidak penting," aku kembali mendengus.

"Aku tidak memperhatikannya sebegitu amat juga, kok. Aku hanya peduli padamu," balasnya enteng. Namjoon menyeringai, lagi.

Entah sejak kapan, aku mulai membenci yang namanya lesung pipit. Dia membuatku mabuk.

"Tidak perlu mempedulikanku juga. Aku tidak pantas dipedulikan oleh manusia."

Sebenarnya aku benci sekali bila membahas ini. Tapi memang begitu kenyataannya. Semua orang di agensi ini sangat ramah dan friendly, tapi aku kembali pada kodratku. Mungkin bila CEO BigHit bukan Bang PD-nim, aku sudah dipecat sejak tiga hari aku bekerja di sini.

"Aneh sekali. 'Kan itu kenginanku, mau peduli pada siapa. Kalau aku menyukaimu, itu urusanku. Kalau aku menyayangimu, itu urusanku juga. Jangan mengaturku," terang Namjoon tidak peduli.

Aku mematung. Maaf, otakku kurang bisa mencerna semua perkataannya.

"Kau ... menyukaiku?"

"Sudah kubilang, itu urusanku."

Namjoon bangkit, menyisipkan tangan ke saku celananya. Dia menatapku, dan aku akhirnya balik menatapnya.

"Baiklah, sepertinya Yoongi-hyung sudah datang. Aku turun dulu, ya," pamit Namjoon.

Tapi terkutuklah dia.

Namjoon mencium pucuk kepala ku lembut. Aku bisa merasakan nafasnya yang menggelitik di anak rambutku.

Satu detik, Namjoon benar-benar pamit ke bawah.

Meninggalkanku dengan wajah memerah yang hampir meledak.

"KIM NAMJOON! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN---" aku bahkan sulit sekali meneriakinya.




김남준 ; TAMAT.

BTS •  ONESHOOT  / TWOSHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang