Chapter 3

2.7K 260 17
                                    

Takut?

Merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana.

Ketakutan berlebih dapat menyebabkan phobia.

Ketakutan membayangkan hal-hal yang belum terjadi atau parno.

Dari semua definisi, aku simpulkan takut adalah suatu rasa yang mengerikan.

Walau begitu, aku tetap penasaran. Bagaimana perasaan takut itu.

Karena itulah aku tak menghindar, ketika aku tau kakak membuat kesalahan aku tak pernah bersembunyi.

Walaupun aku bisa, aku akan tetap pasrah. Karena aku ingin merasakannya, setidaknya rasa takut akan pukulan ayah.

.
.
.

Menginjak usia delapan, tak ada perubahan positif dalam hidupku.

Semua hal, semua aktivitas, masihlah serupa dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kakak mengikuti les piano, dan setiap akhir bulan ayah akan selalu mengetes kemampuan kakak.

Aku tau kakak selalu berusaha melakukan yang terbaik tanpa membuat kesalahan.

Namun bagaimanapun juga, seorang anak dibawah tekanan tak mampu untuk menahannya.

Satu nada, terdengar jelas sebuah kesalahan dari jari-jari mungil kakak.

Kakak langsung beranjak kearahku menggenggam tanganku erat.

Aku mengerti, kakak ingin mengajakku berlari membawaku ketempat aman agar ayah tak dapat merisak.

Tapi saat itu yang aku lakukan hanya berdiri mematung, melihat kakak yang mulai mengeluarkan air matanya.

Dan aku tersenyum, untuk menenangkannya.

Dan sedetik kemudian tanganku yang lain tertarik begitu keras sehingga badanku terhempas kearah tarikan.

Aku melihat kakak yang menangis kencang, dan pandanganku teralih pada ayah kemudian.

Mengapa tetap hambar? Mengapa tak ada rasa yang dapat aku ekspresikan?

Setidaknya teriak, menangis, apapun itu aku mohon.. ekspresikanlah sesuatu yang kau rasakan.

Namun sekeras apapun tangan ayah menyentuh badanku, tak sekalipun aku menghindar.

Karena aku tau, tak ada rasa disetiap sentuhannya.

.
.
.

"Jimin bangun!"

Teriakan kelima Yoongi, namun Jimin masih nyaman dengan alam mimpinya.

Sebenarnya Jimin memiliki kesadaran, walau hanya sedikit. Namun kantuk yang menyerang terlalu kuat jika dibandingkan.

Dari sekian banyak rasa, hanya rasa kantuk yang selalu menghampiri Jimin, miris memang.

Entah pagi hari ketika harus memulai aktivitas, siang hari ketika mata kuliah sedang berlangsung, atau malam hari setelah semuanya selesai.

Dan semua itu yang membuat Yoongi terkadang kewalahan untuk menghadapi Jimin.

"Jimin bangun atau aku cukur habis rambutmu!"

Jimin tak bergeming.

"Aku siram pakai air keras!"

Jimin benar-benar tak peduli.

"Atau kau tak akan bisa melihatku lagi"

Dan kedua mata Jimin sontak terbuka, melihat Yoongi tajam.

Beauty of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang