Chapter 5

1.9K 202 3
                                    

Benci?

Merasa sangat tidak suka (tidak menyenangi).

Menimbulkan perasaan tidak nyaman disekitarnya.

Tidak tertarik untuk terlibat dalam berbagai hal disekitarnya.

Bagi semua orang, membenci adalah hal yang mudah.

Namun bagiku, meskipun berulang kali mencoba, aku tetap tak dapat membenci.

Kakak mengatakan padaku, ada dua hal yang harus aku benci di dunia ini.

Pertama, ayah.. kedua, kakak..

Bagaimana aku bisa membenci kakak ketika hanya dia yang aku punya untuk bersandar?

.
.
.

Diumurku yang sepuluh, kakak akan memulai harinya sebagai anak sekolah menengah pertama.

Pagi itu, ayah akan mengantar kakak sekolah karena ini hari pertama kakak di SMP.

Dan itu membuat kakak khawatir.

Biasanya, aku dan kakak akan pergi sekolah bersama menaiki sepeda.

Kakak yang mengayuh, sedangkan aku hanya duduk di kursi belakang.

Karena aku belum bisa mengendarai sepeda saat itu.

Hari ini kakak akan diantar ayah menaiki mobil ke sekolah, yang artinya aku akan ditinggal sendiri.

Kakak memohon pada ayah agar aku dapat menumpang dimobilnya untuk berangkat sekolah bersama.

Namun ayah menolak dengan tegas, dan menjawab bahwa ia tak akan berurusan dengan hal yang ia benci.

Dan pada hari itu, aku hanya bisa berjalan sendiri menuju sekolah.

Melihat kakak di dalam mobil yang terus menatapku nanar.

Jika diingat kembali, sebenarnya aku tak suka tatapan itu.

.
.
.

Akhir-akhir ini ada yang berbeda dari Yoongi.

Biasanya, Yoongi selalu bawel dalam mengingatkan Jimin berbagai hal.

Namun kini, bahkan saat Jimin bertanya pun, Yoongi hanya menjawab seadanya.

Jimin yang merasakan perbedaan dalam sikap Yoongi tak dapat menahan diri untuk bertanya.

Namun Yoongi seperti tak ingin membahas alasannya.

"Hyung, apa memberi tahuku alasannya akan membunuhmu?"

"Kau"

"Apa?"

"Kau yang akan terbunuh"

Jimin semakin dibuat bingung oleh pernyataan Yoongi.

Mengapa seserius itu hingga menyinggung kata bunuh?

Lalu kenapa Jimin?

"Aku semakin tak mengerti hyung, katakan saja dengan jelas"

Yoongi menarik nafas panjang.

Bagaimanapun juga, cepat atau lambat Jimin memang harus mengetahuinya.

Dengan nafas yang berat, juga kata yang tersendat.

Yoongi hanya mengucapkan satu kata, namun berarti banyak hal untuk kehidupan Jimin.

"Ayah"

Jimin tertegun sejenak, mencerna kata yang dilontarkan kakaknya.

Setelah beberapa saat Jimin mengerti.

Akhirnya ayah akan pulang dari tugas luar negerinya.

Tapi Jimin cukup terganggu dengan perubahan Yoongi.

Jika ayah pulang, tidak akan ada hal yang terjadi pada Yoongi.

Sebaliknya, hal tersebut mungkin saja terjadi pada Jimin.

Seharusnya yang memiliki perubahan mood adalah Jimin, lalu kenapa Yoongi harus menanggung apa yang seharusnya Jimin rasakan?

"Berhenti membuatku khawatir dengan menghawatirkanku"

Untuk pertama kalinya Jimin menyuarakan apa yang ingin ia katakan sejak lama.

"Hyung, tak perlu menghawatirkanku"

"Bagaimana aku tak khawatir?"

Yoongi ingin berdebat, namun jika ia melanjutkan hanya akan menyakiti Jimin dan dirinya sendiri.

"Tak apa hyung, aku.. baik-baik saja"

Yoongi tau Jimin tak baik, dan Yoongi benci ketika Jimin selalu mengatakan tak apa.

"Kau tidak Jimin! Tak ada yang baik dalam keadaanmu! Tak bisakah kau mementingkan dirimu dahulu sebelum orang lain?! Kau juga penting untuk hidupmu!"

Walau pada akhirnya Yoongi selalu tak bisa menahan emosi.

Dia terlalu benci, benci pada dirinya sendiri yang hanya bisa memarahi Jimin, benci pada Jimin karena Jimin tak bisa membencinya.

Di lain sisi, Jimin..

Mencerna semua kalimat Yoongi, dan menyadari.

Ada hal-hal yang ia tak suka dari Yoongi, hanya saja saat itu ia tak mengerti apa.

Namun kini Jimin sudah merasa pasti, ia hanya ingin mengatakan apa yang ada dalam benaknya.

"Hyung pikir aku suka?! Aku pun tak menyukainya hyung! Aku benci ketika hyung hanya menghawatirkan aku! Aku benci ketika hyung selalu menatapku dengan perasaan bersalah! Aku benci ketika hanya aku yang menjadi prioritas dalam hidup hyung! Hyung pun penting untuk hidup hyung! Hyung seharusnya mementingkan diri hyung sendiri sebelum aku. Jadi berhenti merasa khawatir, karena aku benar baik-baik saja."

Jawaban yang keluar selanjutnya dari mulut Yoongi kembali membuat Jimin emosi.

"Tak bisakah.. kau membenciku.. kau tau kan, akulah alasanmu rusak?"

Jimin menarik nafas dalam.

Ia tau betul apa maksud kakaknya itu

Namun Jimin tau, apapun yang kakaknya katakan hanya karena rasa bersalahnya.

"Kau manusia Jimin, memilik hati, memiliki rasa. Maaf karena selama ini kau diperlakukan seperti sebuah penghapus hanya untuk menghapus semua kesalahanku."

"Jika kau merasa bersalah, hanya lakukan satu hal. Tetaplah berada disisiku apapun yang terjadi, maka aku akan selalu memaafkanmu"

Dan Yoongi tak dapat menahan tangisannya.

Karena sampai akhir, sampai akhir bahkan Jimin selalu membutuhkannya.

Walau tak diminta, Yoongi akan dengan senang hati selalu ada.

Karena masih ada satu tujuan dalam hidupnya.

Melihat dengan kedua bola matanya, Jimin tersenyum kearahnya.

.
.
.
.
.

Tbc

-aciw

Beauty of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang