2

51 14 11
                                    

"Dhicca, makan dulu yuk, mama udah bikin nasi goreng kesukaan kamu nih" Mama mengetuk pintu kamar Dhicca.

Tidak ada sahutan dari dalam.

"Dhicca, sampai kapan kamu gini gini terus? Mama sedih liat kamu kayak gini, apalagi Papa. Papa pasti sedih banget liat anaknya gak mau makan terus." Ucap Mama.

" Dhicca buka pintu nya nak"

"Dhicca kamu baik baik aja kan?"

Sudah 2 minggu Dhicca berdiam diri di kamar. Ia akan membuka pintu saat mamanya membawakan makanan, lalu menutup pintu lagi.

"Lusa kamu mulai masuk sekolah Ca, kalau kamu ngurung diri di kamar terus, kamu gak bakalan sekolah?" Tanya mama.

Tiba - tiba pintu kamar terbuka. Menampilkan Dhicca dengan rambut kusut, seperti orang tak terurus.

"Dhicca menyesal ma, gara gara Dhicca papa meninggal, Dhicca udah bunuh papa Dhicca sendiri, Dhicca berdosa ma, Dhicca takut, pasti papa benci banget sama Dhicca, Dhicca mau minta maaf sama papa ma"Lirih Dhicca menangis di pelukan mamanya.

"Suuut Dhicca gak boleh menyesal, itu namanya udah takdir, Bukan gara gara Dhicca, papa meninggal karena udah takdirnya, Bukan Dhicca yang bunuh papa, papa pasti bangga punya anak seperti Dhicca, Gak boleh sedih lagi ya?" Mama menguatkan hati Dhicca.

Dhicca mengangguk sambil menyeka air matanya  "Makasih ma".

"Iya sama sama sayang, makan dulu yuk" Mama mulai menyuapi Dhicca.

"Ih mama jangan disuapin, aku bukan anak kecil lagi, aku udah kelas 1 SMA" Tolak Dhicca lalu mengambil piring dari tangan mamanya dan lalu makan dengan lahap.

Mamanya tersenyum. Ia bahagia. Ia sangat bersyukur  diberikan seorang putri setelah ia ditinggal oleh suaminya. Putrinya lah yang menemaninya sekarang, esok, dan seterusnya.

•••

Semenjak Kehilangan papanya, Dhicca berubah menjadi sesosok anak yang pendiam, tidak mau bergaul, dan selalu menyendiri di dalam kelas. Seperti saat ini. Hari ini Diccha sudah mulai masuk sekolah.

Gadis itu tengah duduk dekat jendela di dalam kelas sambil menatap lapangan sekolah nya. Disana banyak sekali murid murid berlalu lalang. Dhicca duduk sendirian semenjak papanya meninggal. Teman- temannya tidak mau berteman dengan Dhicca karena mereka bilang Dhicca menjadi miskin semenjak Papanya meninggal. Mereka tidak mau berteman dengan anak miskin.

Dasar anak jaman now

Dhicca tidak memedulikan hal itu. Ia tidak memedulikan teman teman nya lagi. Bahkan teman yang Dhicca anggap seperti keluarga sekarang sudah bermuka dua.

Dhicca muak dengan teman yang seperti itu.

Sembari menatap ke lapangan, ia teringat akan sesosok papa nya.

Flashback On

"Dhicca jangan lari- lari ntar jatuh lho" Teriak Papa sambil mengejar putri nya di sebuah taman.

"Papa main kejal - kejalan yuk, tangkap aku pa" Gadis berusia 3 tahun itu masih terus berlari Sambil melihat papa nya ke belakang tanpa memedulikan keadaan di depan.

"DHICCA HATI - HATI NTAR KAMO JAT -- " teriak papa terpotong.

Brukk

"Huwaa papa sakit! Acha jatuh!" Daccha kecil menangis.

"Yang mana yang sakit? Sini papa obatin" Ucap Papa lembut.

"Papa kok di lutut Acha ada walna melah - melah? Sakit banget pa" Daccha menunjuk nunjuk lututnya sambil menangis.

"Itu namanya darah Cha, makannya Papa obatin biar cepet sembuh, gak sakit lagi ya"Papa mengobati lutut Daccha dengan sangat pelan dan hati- hati.

"Aww papa bilang tadi katanya gak sakit lagi, tapi kok sekalang malah tambah sakit sih huwa" Tangis Daccha semakin menjadi- jadi.

"Tenang, sakit nya sebentar kok. Habis ini lutut Daccha sehat. Sekarang Daccha berhenti nangis ya? Kalau berhenti, papa beliin eskrim, Daccha mau?" Tawar papa nya.

"MAU MAU MAU! DACCHA MAU ESKLIM! DACCHA SANGAT SUKA ESKLIM"Daccha kembali semangat dan menghapus air mata nya.

"Nah gitu dong, baru anaknya papa" Papa memeluk Daccha.

Flashback Off

Air mata jatuh membasahi pipi Daccha. Ia menangis. Ia masih tidak menyangka bahwa papa nya yang dulu menolong dia saat ia jatuh kini telah tiada.

Daccha menghapus air mata nya karena kini bel sudah berbunyi. Menandakan waktunya jam pelajaran berlangsung. Teman - teman sekelas nya yang berada di luar segera masuk ke dalam kelas. Ia tidak mau teman- temannya tahu bahwa ia menangis. Ia tidak mau dianggap oleh teman temannya lemah.

Sepersekon kemudian, Bu Reina memasuki kelas dibarengi dengan sesosok murid baru.

" Assalamualaikum, pagi anak- anak" Bu Reina berjalan memasuki kelas.

"Perkenalkan, ini teman baru kalian, silahkan perkenalkan diri nak" Ucap Bu Reina.

"Halo, namaku Fathan Azka Al Farizi" Ucap lelaki putih tersebut.

"Udah segitu aja perkenalannya?"Tanya Bu Reina.

"Iya Bu"

"Oke, kamu duduk di bangku kosong sebelah perempuan itu ya Fathan" Ucap Bu Reina sambil menunjuk bangku yang kosong yaitu tepat di sebelah bangku Dhicca.

Fathan berjalan menuju bangku yang telah ditunjuk oleh Bu Reina.

Murid- murid di kelas pun berbisik- bisik.

"Ganteng ya, tapi kenapa dia duduk di sebelah Dhicca sih, harusnya dia duduk sebelah aku"

"Njir ketularan miskin dia nanti"

"Seharusnya dia tadi nolak hahaha"

"Anjir ganteng banget"

"Ngapain dia duduk sama si miskin"

"Halo"Sapa Fathan pada seorang gadis yang kini menjadi teman sebangku nya.

Dhicca yang sedari tadi menatap ke arah lapangan, menjadi kaget "Lah?  Lo siapa? Kok seenaknya aja duduk disebelah gue? Emang lu udah dapat izin?"

"Gue anak baru. Kenalin, Gue Fathan"Ucap nya sambil menjulurkan tangannya. Tak lupa memberi senyuman.

~TBC

Gantung ya? Hehe.

Maaf

Jangan lupa di vote and comment yaa

Terimakasih!💜

By : Soo




A Brand New DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang