PROLOG

85 7 0
                                    

Jam digital di sisi kanan bawah layar laptop milik Dul sudah menunjukkan pukul 02

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam digital di sisi kanan bawah layar laptop milik Dul sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi. Tetapi matanya belum juga mau beralih dari layar laptop yang menampilkan kode-kode yang telah ia geluti selama dua hari. Sabtu dan Minggu Dul kali ini terasa berbeda. Mau tidak mau ia harus merelakan akhir pekannya untuk misi kali ini. Satu saja kesalahan coding akan membuat semua jerih payahnya selama dua hari sia-sia.

Ponsel Dul bergetar, menampilkan sebuah nama kontak yang tak asing lagi baginya, Aster. Dul melirik lalu kembali mengalihkan pandangannya ke screen laptop. Ini adalah panggilan Keke ke 36 selama dua hari terakhir yang tidak diacuhkan Dul. Dul melihat sekeliling, memastikan bahwa pengunjung kafe yang lain tidak mencurigai gerak-geriknya. Kafe 24 jam ini memang jarang sekali sepi. Tak heran karena kecepatan internet 100 Mbps disediakan gratis bagi pengunjung kafe. Dul tersenyum kecil.

"Sector clear," ujarnya lirih.

Sementara Keke sedang duduk di kamarnya sembari memegangi ponselnya dengan cemas. Sudah tiga hari Dul menghilang dengan hanya meninggalkan pesan yang ia selipkan di buku Keke.

Aku pergi sebentar. Ntar aku kabari kalo udah selesai. Nggak usah nyariin, aku baik-baik aja. See ya!

"Arrgggh.. Dul payah!" Keke berteriak kesal sambil telentang membanting badannya di tempat tidur.

Sudah tak terhitung berapa kali Dul pergi tanpa kabar yang jelas meninggalkan Keke dicecar 1001 kegelisahan yang lalu lalang di benaknya.

"Sluuurrpp.."

class="uiButtonText">Cancel</span></a></div><div></div></div></div></div></form>?

Dul menyeruput secangkir kopi sambil tangan kirinya menyelesaikan program yang ia buat. Entah berapa gram kadar kafein yang telah ia konsumsi hari ini. Lambung kirinya pun mulai terasa sakit, ia hampir tidak makan seharian. Otaknya telah bekerja lebih dari 20 jam sekarang. Ia harus menyelesaikan programnya segera.

print "Salam, LuckyBoy"

Dul mencabut sebuah flashdisk dari laptopnya. Lalu menyeka keringat di dahinya meski pendingin udara di kafe diatur dengan suhu 22 derajat saat itu.

"Sudah saatnya, tahap dua!" ucap Dul lirih, namun dipenuhi semangat.

Dul menumpahkan sisa kopi yang masih ada di gelasnya. Meja kafe dan sebagian lantai di bilik yang ditempati Dul menjadi basah oleh tumpahan kopi. Dul menutup laptop dan meletakkannya di atas tas miliknya yang terbaring di kursi. Sekat setinggi satu meter di sekitar Dul menutupi aksinya kali ini. Bilik di depan tempat yang diduduki Dul pun sedang kosong, CCTV juga tidak tersedia di kafe ini. Jadi, tidak ada yang tahu kalau Dul sengaja menumpahkan kopinya.

Dul berjalan keluar dari biliknya. Matanya menyapu sekeliling, tidak ada hal yang mencurigakan. Hanya ada pengunjung kafe yang sedang sibuk dengan ponsel dan laptop mereka masing-masing. Juga satu penjaga kafe yang terkantuk-kantuk di belakang meja kasir. Lima menit sebelumnya satu penjaga kafe yang lain pergi keluar, menyisakan Asih, perempuan Sunda seumuran Dul menjaga kafe ini sendirian.

Hacker dan AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang