Code 1: Pertemuan

50 7 0
                                    

Thank you, Ma. Aku baik-baik kok, uang juga masih cukup. Nanti kalau perlu apa-apa aku kabari Mama deh.
Bye.

Dul menutup panggilan dari ibundanya. Ia lalu memadamkan lampu dan mencoba tidur saat jam berbentuk karakter favoritnya, Baymax, yang terletak di atas meja menunjukkan pukul 21.00. Dul tidak pernah tidur seawal ini sejak tiga tahun terakhir. Sudah rutinitasnya terlelap antara tengah malam hingga waktu pagi untuk sekedar membaca buku, menonton film dan aktivitasnya yang lain.

"Arrghh, sial," umpat Dul sambil berguling ke kanan dan kiri berusaha tidur.

Pukul 21.30, sudah setengah jam Dul terbaring di kasur tanpa satu tandapun kalau ia akan tertidur. Ia membuka matanya, melempar selimutnya dan berjalan keluar kamar. Ia lalu kembali dengan membawa segelas susu hangat dan setoples kentang goreng.

Dul mengambil laptop dari atas rak mejanya. Ia lalu menyalakannya dan mengetik sebuah situs di address bar Google Chrome. Dalam beberapa detik layar laptopnya telah menampilkan data tentang sebuah universitas. Website resmi kampus ini hanya diberi keamanan yang sederhana. Firewall dan sedikit enkripsi di beberapa bagian takkan menyulitkan jika ada orang jahil yang berusaha menerobosnya. Tapi siapa juga yang mau melakukan itu, tidak ada keuntungannya.

Dul mencermati isi website itu, mempelajari setiap informasi, jalan, denah universitas dan tempat-tempat yang populer di sekitarnya. Bagi orang yang hendak berperang, mengenal medan adalah sebuah hal yang sangat penting. Universitas Negeri Semarang, itulah medan perang Dul selama empat tahun ke depan.

Tidak salah jika Dul menyebut calon almamaternya itu sebagai medan perang. Pasalnya, di zaman ini orang-orang sudah tidak lagi menjadikan kampus sebagai wadah untuk mengeksplorasi diri, bertukar pikiran, dan menyiapkan mahasiswa yang akan memperjuangkan kehidupan orang banyak.

Kampus kini hanya dipandang sebagai ladang bisnis oleh para petinggi pendidikan. Mahasiswa tak lebih dari donatur yang wajib membayar dan menjadi tulang punggung universitas. Juga dosen yang hanya menjadikan pembelajaran sebagai rutinitas, tanpa niatan menjadikan kelas sebagai ruang inspirasi dan pembangun peradaban.

Sedangkan bagi mahasiswa, kampus tak lebih dari sekedar hutan rimba. Dimana hukumnya adalah yang kuat yang berkuasa. Tidak peduli lagi pada loyalitas dan janji lulus bersama, mereka satu sama lain tanpa sadar hanya menjadi serigala dan domba, yang menunggu waktu untuk saling memangsa. Tujuan mereka kini hanya untuk diakui sebagai sarjana, lalu unjuk gigi di panggung strata sosial. Akan sulit di zaman ini menemukan mereka yang berhati tulus dan lurus, serta bertekad mengenyam pendidikan demi kemaslahatan masyarakat luas.

"Sialan. Ini akan membosankan," umpat Dul sembari menutup laptopnya dan beranjak tidur untuk kedua kalinya.

***

Aku Baymax, pengingat waktu bangun pribadimu. Tekan aku jika kau sudah ba..

"Beeepp.." Dul menekan kepala Baymax untuk mematikan bunyi alarmnya.

"Kau harus melakukannya lebih pagi, Maxy, jika ingin membangunkanku di hari pertama ospek, hahaha," ujar Dul sembari membetulkan dasinya di depan cermin.

Ospek, Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus, sebuah kata yang sudah lazim terdengar di kalangan siswa sekolah menengah yang akan segera memasuki dunia perkuliahan. Sebagian mendengar kata itu sebagai hal yang menakutkan, sebagian lain menganggapnya menyebalkan, merepotkan, membosankan dan hanya sedikit yang menganggapnya menyenangkan.

Bagi Dul, ini hanyalah bagian kecil dalam hidupnya yang akan terlewat. Membawa senyum, lelah, maupun kesal sesaat, yang kemudian terlupakan dan usang bersama semua bagian-bagian hidupnya yang telah lalu.

Hacker dan AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang