“Heh anying sakit! Yang lembut dong, penuh kasih sayang gitu lu mah,” gerutu Haechan yang lagi tengkurap karena punggungnya lagi diobatin Chaewon itu.
Chaewon mendengus, kesel campur kasian. “Ya anying siapa yang nyuruh iseng begitu! Nih karma mah gak pernah salah alamat.” tukasnya.
Haechan meringis, beneran deh sakit semua badannya. Udah kepleset, jatuh, badannya nimpa kerajinan kerajinan lagi. Sakitnya dua kali lipat soalnya sakit badan juga sakit kepala mikir gimanaa ini kerajinan yang pada rusak...
“Berapa tadi yang rusak? Banyak?” tanya Haechan.
Renjun yang berdiri bersandar di dinding uks sambil bersedekap itu mengangguk kecil. “Tiga yang ancur, termasuk punya gua.”
Lagi lagi Haechan cuma bisa meringis. “Waduh sori brader...”
Renjun buang napas, terus nengok ke Saeron. “Gimana?”
Yang ditanya hanya mengedikkan bahu. “Yaudah punya kita, kita benerin sendiri yang lain biar dia yang tanggung jawab,”
“Lah sekalian semuanya kalian benerin juga gakpapa loh,” cengir Haechan dengan tanpa dosanya.
“Bacot ah,” tukas Renjun lalu menegakkan tubuhnya. “Gua balik duluan, biar cepet beres kerajinan gua,”
Cowok itu berniat segera keluar dari UKS, tapi urung karena merasa Saeron tidak mengikutinya.
“Lo nggak ikut?” tanyanya.
Saeron mendongak dengan tatapan acuh. “Kemana?”
Buset, ketus amat.
“Benerin kerajinan lah, kemaren bahannya ada satu lagi kan,” jawab Renjun tanpa sadar ikut ketus.
Saeron mendelik tak paham, dalam hati mengumpat yang jelek jelek. Bagaimana bisa jadi dia yang diketusin? Bikin tambah badmood aja!!
Tapi akhirnya cewek itu menurut saja, mengekor Renjun keluar dari ruang UKS dan berjalan depan belakang di koridor bangunan baru sekolah yang belum difungsikan.
Keduanya enggan buka suara, tetap pada pikiran masing masing yang merasa terpojokkan.
Tapi dimenit selanjutnya Renjun berdeham. “Cie cowok lo tuh,”
Cewek itu mengangkat kepalanya, mengikuti arah pandang Renjun.
Chani?
“Ya terus kenapa kalo cowok gue?” tukas Saeron, masih sebel.
Sepersekian detik Renjun kaget dengan jawaban dan intonasi suara Saeron yang malah meninggi dan terkesan ketus. Tapi didetik selanjutnya cowok itu berusaha tetap stay cool.
“Oh, beneran cowok lo.” kata Renjun sarkas. “Kirain gosip doang,” lanjutnya, kini sambil berjalan sambil menunduk memandangi sepatunya yang beradu dengan lantai.
Mata Saeron memicing kuat kuat. Apa apaan suaranya jadi makin ketus begitu. “Bukan elahh. Itu cuma sarkas gue biar orang orang nggak makin godain,”
“Masa sih?”
“Kenapa sih? Apa juga urusannya sama lo? Diem diem kepo amat.” sungut Saeron.
Renjun mengulum bibir, diam diam berpikir kenapa Saeron jadi galak kayak gini. Atau emang biasanya dia galak?
Cowok itu kemudian mengangkat bahu acuh dan terus berjalan.
Sedangkan dibelakang sini, Saeron mencibir hingga tanpa sadar bibirnya mencuat kuat kuat. Cewek itu paling benci dicuekin, apalagi saat saat bete kayak gini. Mana yang nyuekin yang bikin bete lagi. Sial sial sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofa • Renjun × Saeron
FanfictionLayaknya duduk diatas Sofa, Renjun terjebak didalam kenyamanan tak berujung.