Ritual Ilusi

15 2 0
                                    

Kami berbaris memutari Pohon Ilusi yang cukup besar itu dengan bergandengan tangan. Sang Illusionist tepat disebelah kananku. Sebelah kiriku terlihat Nada yang sudah sangat percaya diri. Sebelahnya Nada ada Rius yang menggenggam erat tangan Nada. Sebelah Rius ada Alvon, kemudian Alvin yang menggenggam tangan Sang Illusionist.

"Kalian masih ingat kan, apa yang kukatakan tadi pada kalian," tanya Sang Illusionist memastikan. "Ya," jawab kami mantap.

"Baiklah, mari kita mulai!"

"KAMI THE ILLUSIONERS BERJANJI AKAN MENJAGA DAN MEMAKAI KEKUATAN KAMI DENGAN SEGENAP HATI DAN JIWA KAMI. AKTIFKANLAH KEKUATAN KAMI!

Sekeliling kami mulai temaram. Kabut menegelilingi kami. Langit gelap tertutup awan hitam. Petir menyambar-nyambar.

Lalu sesuatu mengalir dalam tubuhku. Sekelebat warna ungu memutar-mutariku dengan cepat. Membentuk sebuah buntalan bersinar ungu. Lalu buntalan itu masuk kedalam jantungku. Aku sedikit terguncang, setelah itu terduduk. Aku merasakan sesuatu yang kuat mengalir di tubuhku. Mengalir dalam saraf-sarafku. Mengalir dalam darahku.

Itulah hari dimana aku akhirnya merasakan kekuatanku yang sebenarnya--

***

Kami kembali ke ruang tamu dengan keadaan diam. Kami masih syok untuk mengaktifkan suatu kekuatan besar itu. Akan tetapi setelah kami duduk, terdengar suara merdu dari seorang perempuan. Aku menoleh kearah Nada.

"Bergetar hatiku.Saat kuberkenalan dengannya."  Nada menyanyi!

"Kudengar dia. Menyebutkan nama dirinya," Dia berjalan kearah Rius dengan melompat girang.

"Sejak kubertemu. Ku telah jatuh hati padanya.†Dia memegang tangan Rius.

"Di dalam hati. Telah menjelma CINTA." Nada menempelkan wajahnya pada bahu Rius dengan manjanya.

"Bawalah daku selalu. Dalam mimpimu. Di langkahmu serta hidupmu." Nada menarik Rius kearah sofa.

"Genggamlah daku kini juga nanti." Ia mengenggam tangan Rius dengan erat.

"Harapan dihatiku,"  Dengan tangan satunya, Nada memegang dadanya.

"Bawalah diriku slamanya," Ia menjatuhkan dirinya di sofa. Karena genggamannya yang erat, Rius juga ikut terjatuh.

"Lagu Vina Panduwinata pada tahun 1986," sahut Alvin. Spontan, aku melihat Alvin. "Judulnya, CINTA." Tapi yang tidak diduga-duga, saat aku memalingkan wajahku dari Alvin dan kembali melihat Nada dan Rius...

Nada mencium pipi Rius!

Dengan wajahnya yang sangat merah seperti tomat, Rius mengecup dahi Nada. Tunggu. Sebenarnya mereka ini beneran, atau sedang bersandiwara atau semacamnya?  Nada memeluk Rius.

Tapi tiba-tiba...

"BRUAK" Rius mendobrak meja dengan tangan kosong. Kami semua melihat kearahnya.

"Apa-apaan lo pada? Ngapain lihat-lihat gue?" Rius membentak kami. "Kekuatan bodoh apa ini! HAH?! Jawab gue!" Sang Illusionist terdiam.

"APA LO! GAK USAH DEKET-DEKET GUE!" bentak Rius pada Nada. Nada cemberut manja. "EMANG LO KIRA KARENA LO UDAH BIKIN GUE SUKA SAMA LO, LO BISA SEENAKNYA MELUK-MELUK GUE, CIUM PIPI GUE?!" Tak hanya Nada, kami juga kaget.

"JANTUNG GUE BELOM SIAP! GUE DEG-DEGAN TAU!!" Nada tersenyum dan kembali memeluk Rius.

"GUE CINTA SAMA LO TAU!" Rius juga balik memeluk Nada.

The IllusionersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang