Chapter 2

130 6 8
                                    

~Play Video Lagu Di Atas Ya~

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SELAMA MEMBACA CERITA SAYA

~Happy Reading~

CUP!

Leona terbelalak melihat siaran langsung yang berlangsung begitu mulusnya di depan matanya. Matanya terasa panas hatinya terasa perih bagai ditusuk ribuan anak panah.

Dengan langkah cepat Leona menghampiri meja pojok. "ARKA!!!"

PLAK!

Satu tamparan keras mendarat mulus di pipi cowok yang bernama Arka tersebut. "JADI LO SELINGKUH?!"

Tatapan Leona yang membunuh seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya kapan saja, membuat nyali Arka seketika menciut. "A, a, aku.... aku bisa jelasin, Ley," gugup Arka. "Ini tidak seperti yang kamu lihat."

Angel yang kaget melihat makhluk aneh di depannya ini pun ikut angkat suara, "Sayang ini siapa?" Tanyanya pada Arka. "Kenapa tingkahnya seperti orang yang gak waras?"

Gak waras? Adanya Angel yang gak waras tuh, ngerebut pacar orang secara diam-diam!

"APA LO BILANG?! GUE GAK WARAS?!" Leona membentak sehingga mampu membuat semua pasang mata di area makan itu mengarah padanya. "YANG ADA LO YANG GAK WARAS! DASAR PHO!"

"Tenang, Ley. Lo harus tenang," kata Sayla mencoba menenangkan sahabatnya sambil menepuk pelan bahu Leona.

"Iya Ley, banyak mata yang memperhatikan kita," timpal Putri dengan suara rendah. Leona beberapa kali menarik dan menghembuskan nafasnya. Air mata mulai meluncur dari pelupuk matanya.

"Ley," ucap Arka. "Maaf."

Leona menoleh dengan garang. Ia menjawab, "KITA PUTUS!"

Semua orang termasuk Arka sendiri kaget dengan pernyataan Leona secara gamblang tersebut. "Ley, tapi aku masih say---"

BYUR!

Arka belum selesai bicara tapi Leona sudah menyiram wajah lelaki itu dengan segelas air yang tersedia di atas meja. "CUKUP ARKA! GUE UDAH MUAK!"

Bahkan Leona tak memakai sebutan aku-kamu lagi pada Arka. Sekarang ia dan Arka adalah orang asing. Hanya orang asing. Tidak lebih dari itu.

Leona beranjak pergi membawa belanjaanya tanpa berkata apapun lagi. Putri lantas menyusul sahabatnya. Sayla teringat dengan makanan yang tadi mereka pesan. "Lho kok gue ditinggal?! Terus gimana makanannya?!"

Leona terus melangkah tanpa memedulikan teriakan Sayla, sedangkan Putri menoleh ke arah Sayla. "Lo yang urus!"

---

Luka? Ya. Marah? Tentu. Hancur? Apalagi. Itulah yang dirasakan oleh Leona yang kini berada di atas ranjangnya dengan mata sembab dan masih mengeluarkan kristal-kristal bening yang jatuh tanpa seizinnya.

"Kenapa kamu jahat banget sih, Ka?" Gumam Leona di sela-sela tangisnya. "Kamu gak mikir betapa perihnya hati aku?"

TOK! TOK! TOK!

Begitu mendengar bunyi ketukan pintu, Leona langsung menghapus air matanya. Meski ia telah menghapus air matanya, masih tampak bekas-bekas basah dan matanya yang merah.

"Masuk!" Titah Leona.

Pintu kamar Leona pun terbuka. Menampakkan sosok laki-laki yang sudah tidak asing lagi bagi Leona. Ia adalah sahabat Leona yang terdekat.

"Hei, jadi lo rupanya ke mall ya tadi. Sorenya gue sempat mampir kesini, tapi lo-nya gak ada. Mama lo bilang kalo lo pergi ke mall. Gue mau nagih catatan fisika gue yang lo pinjem." Laki-laki itu menghampiri Leona lalu duduk di tepi ranjangnya.

"Ck, Dateng-dateng udah nyerocos aja lo, Do!" Decak Leona sebal dengan kalimat yang tak kunjung putus dari sang pelontarnya.

Laki-laki itu hanya diam tak bergeming memandangi wajah Leona yang sedikit ditekuk. Menandakan ada yang tak beres. Namun laki-laki itu sudah mengetahui apa yang membuat situasi tidak beres.

"Ley," panggil laki-laki itu dengan lembut. "Lo habis putus kan sama pacar lo?"

"Emang siapa pacar gue?"

Laki-laki itu mendengus,"Arkalah. Masak Jefri Nichol?!"

Leona diam beberapa saat, setelah itu ia mengangguk lemah.

"Gue tau dari Sayla sama Putri tadi," ucap lelaki yang dipanggil "Do" oleh Leona.

Dahi Leona berkerut. "Emangnya gue nanya lo tau darimana?" Leona agak ketus menanggapi ucapan lelaki itu.

"Ya.... enggak sih," cengir sang lelaki. "Jangan jutek gitu kali, Ley. Entar cantiknya hilang lagi. Yang sabar ya."

"Aldo...." panggil Leona lemah.

Ya. Panggilan "Do" untuk Aldo.

Aldo menatap Leona. "Ya? Apa?"

"Mending lo pergi deh sekarang. Besok gue bawain catatan lo. Gue lagi badmood, lagi patah hati," ujar Leona.

"Memang hati bisa patah?" Tanya Aldo yang mampu mengukir senyuman kecil di bibir Leona. "Hati kan bukan tulang," lanjutnya.

Leona tersenyum mendengar pertanyaan lugu yang terlontar dari mulut Aldo. "Hati itu memang bukan tulang yang mudah patah, tapi hati itu juga tak selentur otot yang elastis. Hati itu akan patah bila terbentur terlalu keras. Dan hati itu akan elastis jika dapat menahan setiap benturan yang keras." Jelas Leona.

Aldo tampak terkagum-kagum dengan penjelasan Leona yang begitu mengena di hati banget. "Woahh, gue gak salah denger kan? Gue gak nyangka lo bisa sepuitis itu kalo lagi galau." Aldo terkekeh sendiri membuat Leona juga terkekeh.

Sesaat Leona bisa melupakan kegalauan hatinya. Berkat Aldo ada disini. Menghangatkan suasana. Kini Leona malah bersyukur Aldo tidak pergi dari ruangan kamarnya.

---

Bersambung....

Hai readers:) lama tak berjumpa;) btw, gimana ceritanya? Perlu saya lanjutin gak? Jangan lupa klik tombol bintangnya ya;) karena setiap vote yang kalian berikan dapat memotivasi saya dalam berkarya. Thank you:)

Cintya💖
Bangli, 23 Juni 2019

HE IS MY FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang