Chapter 3

100 6 6
                                    

~Play Video Lagu Di Atas Ya~

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SELAMA MEMBACA CERITA SAYA

~Happy Reading~

LEONA tersenyum mendengar pertanyaan lugu yang terlontar dari mulut Aldo. "Hati itu memang bukan tulang yang mudah patah, tapi hati itu juga tak selentur otot yang elastis. Hati itu akan patah bila terbentur terlalu keras. Dan hati itu akan elastis jika dapat menahan setiap benturan yang keras." Jelas Leona.

Aldo tampak terkagum-kagum dengan penjelasan Leona yang begitu mengena di hati banget. "Woahh, gue gak salah denger kan? Gue gak nyangka lo bisa sepuitis itu kalo lagi galau." Aldo terkekeh sendiri membuat Leona juga terkekeh.

Sesaat Leona bisa melupakan kegalauan hatinya. Berkat Aldo ada disini. Menghangatkan suasana. Kini Leona malah bersyukur Aldo tidak pergi dari ruangan kamarnya.

"Makasih ya, Do." Leona berterimakasih tiba-tiba membuat banyak pertanyaan muncul di benak Aldo.

"Makasih untuk apa?" Tanya Aldo.

"Makasih karena sudah menemani gue di sini," Leona mengulas senyum tipis ke Aldo. "Lo adalah sahabat gue yang sejati." Lanjutnya.

Aldo membalas senyuman Leona dengan senyuman tulusnya sambil mengacak-acak rambut Leona, "Sama-sama."

"Lo tuh ya kebiasaan deh suka ngacak-acak rambut gue kan jadi rusak. Untung gue udah mau tidur, gak lagi di sekolah." Leona menyingkirkan tangan Aldo dari kepalanya.

Sesaat kecanggungan menghampiri batin Aldo. Detak jantungnya jadi tidak karuan. "Emm, gue pulang sekarang ya, Ley. Udah malem, besok inget dibawa ya catatan fisika gue. Harus, oke?"

Leona mengangguk mantap membuat Aldo bangkit dari ranjang Leona dan bergegas keluar. "Selamat malem, Do. Moga mimpi indah." Ujar Leona ketika Aldo hendak membuka pintu.

Aldo berpaling melihat Leona yang sedang tersenyum. Ia menjawab, "Selamat malem juga, Ley. Semoga dalam tidur lo, lo mimpiin gue."

"Hmm, sa ae lo." Kekeh Leona.

"Dadah!"

"Daa!"

Rumah keluarga Aldo dengan keluarga Leona hanya dibatasi tembok. Jadi selain sahabat mereka juga tetanggaan. Aldo hanya perlu berjalan lima langkah saja menuju rumah Leona. Begitu pun Leona. Hubungan keluarga mereka pun sangat dekat.

---

Aldo membaringkan tubuhnya di atas ranjang sembari menghembuskan nafas kasar. Jadi gue cuman sahabat lo aja ya, Ley. Apa lo gak pernah kepikiran sama sekali tentang perasaan gue? Kita memang sahabat dari kecil, tapi momen yang kita lalui bersama itu sudah memahat rasa suka dan takut kehilangan di hati gue ke lo. Lo masih gak nyadar ya? Huh.

Aldo terus saja mengeluh dalam hatinya mengapa ia memendam rasa kepada Leona, sahabatnya. Aldo merasa dirinya pengecut, tidak bisa mengutarakan isi hatinya ke Leona. Padahal rasa itu sudah ada sejak lama, sejak mereka kanak-kanak.

CEKLEK!

"Aldo," terdengar suara pintu kamar dibuka dan suara wanita yang menyebut nama Aldo dengan lembut. Terlihat sosok wanita sedang membawa segelas susu. Ia adalah Bunda Aldo.

"Iya, Bunda." Sahut Aldo. Ia bangkit dari posisi terbaringnya menjadi duduk bersila.

"Ini Bunda bawain susu buat kamu," Bunda menyerahkan segelas susu ke tangan Aldo dan Aldo menerimanya.

"Makasih, Bun."

"Kamu habis dari rumahnya Leona ya?"

"Iya, Bun"

"Leona kenapa? Waktu Bunda buang sampah di tong yang di depan, bunda lihat Leona berjalan dengan tergesa-gesa gitu terus mukanya kesel." Bunda Aldo memulai sesi interogasi pada putranya.

"Oh dia baru aja putus dari pacarnya, Bun." Jawab Aldo singkat.

"Kenapa bisa putus?"

"Kata Sayla sama Putri sih karena pacar Leona itu selingkuh, Arka terciduk berduaan mojok bareng cewek lain." Jelas Aldo.

"Oh," Bunda mengangguk. "Do, sampai kapan kamu harus memendam rasa sama Leona?"

Pertanyaan bundanya yang tiba-tiba itu membuat Aldo yang sedang meminum susunya langsung terbatuk. "Uhuk, uhuk."

Aldo berusaha menghentikan batuknya. Tapi sebelum Aldo bisa menghentikan batuknya, ia malah diserang pertanyaan lagi oleh bundanya. "Bunda tau kok kamu sebenarnya suka sama Leona. Iya kan?"

Aldo terbengong tak mampu menjawab. Bunda Aldo sudah mengerti tentang masalah hati. Diam artinya iya. IYA adalah jawaban dari Aldo yang diam.

"Oke, Bunda sudah tau jawabannya." Bunda menyentuh kepala Aldo dengan lembut. "Diam artinya IYA. Aldo, utarakanlah perasaan kamu, jangan dipendam terus sebelum perasaan itu yang memendam kamu."

Aldo menunduk membiarkan tangan bundanya mengusap-usap kepalanya. Entah mengapa ucapan bundanya benar-benar menyentuh hatinya yang paling dalam.

"Sudah habis susunya?" Tanya Bunda mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak menjadi canggung.

"Sudah, Bun" Aldo menyerahkan gelas kosong kepada bunda.

"Oke, sekarang kamu tidur biar besok bisa bangun pagi. Bunda mau ke dapur sekarang." Bunda Aldo beranjak dari ranjang Aldo.

"Iya, Bun." Sahut Aldo.

Bunda mengangguk.

"Tapi bukan iya untuk menjawab pernyataan bunda mau ke dapur."

"Hmm lalu?"

"Tapi iya untuk...." Aldo seperti sulit menggerakkan lidahnya. "Pertanyaan bunda tentang Aldo suka sama Leona."

---

Bersambung....

Hai readers:) apa kabar? Semoga baik-baik saja ya:) bagaimana ceritanya? Perlu saya lanjutin gak? Jangan lupa klik tombol bintangnya ya;) karena setiap vote yang kalian berikan dapat memotivasi saya dalam berkarya. Thank you:)

Cintya💖
Bangli, 30 Juni 2019

HE IS MY FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang