Bab 2

272 30 3
                                    

Aku tidak suka diganggu, tapi kenapa kamu sangat senang menggangguku.—Adara Valerie

-PISCES-

Seorang gadis sedang memangku sebuah buku di tangannya serta earphone yang terpasang di telinganya. Ia begitu fokus pada apa yang ia lakukan sekarang, sampai-sampai tidak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk di sampingnya dan mengamati wajahnya lekat-lekat. Hingga gadis itu tersadar dan menolehkan wajahnya ke samping, menatap orang itu. Ternyata orang itu adalah Randi.

"Hai, Dar. Kita ketemu lagi." Randi membuka obrolan di antara mereka, sambil tersenyum senang melihat Dara.

"Lo masih ingat gue, kan? Yang kemarin itu di ruang musik." Hening.. Tak ada jawaban dari Dara. Randi tahu sangat susah untuk mengajak Dara bicara. Tapi ia tak akan menyerah.

"Kayaknya buku lebih menarik ya, daripada gue. Gue pengen jadi buku yang lo pegang bisa nggak?" Masih tak ada jawaban dari Dara. Hingga Dara berdiri dan bergegas pergi meninggalkan Randi. Lagi.

"Gue nggak akan nyerah, Dar," tekad Randi.

Randi segera berdiri dan mengejar Dara. Ia berhasil meraih lengan Dara dan menghadapkan wajah Dara padanya. Randi tersenyum begitu senang melihat Dara di hadapannya, tapi Dara hanya menampilkan wajah datarnya.

"Lo seneng banget sih ninggalin gue kayak gitu?" Dara masih bungkam, tak menjawab pertanyaan Randi.

"Seenggaknya lo respon gue lah. Biar gue nggak keliatan ngomong sendiri." Randi masih mencoba, hingga pada akhirnya Dara mulai bersuara.

"Lepasin tangan gue." Randi yang mendengar suara Dara mulai mengembangkan senyumnya dengan sangat lebar.

"Akhirnya lo mau respon gue, Dar. Gue seneng banget." Randi tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya sekarang. Ia sangat senang. Bahkan wajah sumringahnya saat ini mirip seperti anak kecil yang sedang dijanjikan akan dibelikan mainan oleh ibunya.

"Lo nggak dengar apa yang gue bilang. Lepasin tangan gue." Dara mengulangi ucapannya.

"Nggak." Randi semakin mempererat genggaman tangannya pada lengan Dara. Dara yang mengetahui hal itu mulai memberontak.

"Heh, kemarin gue udah respon lo ya, emang masih kurang?!" Dara mengatakan hal itu sambil masih berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Randi.

"Kemarin belum apa-apa, Dar. Gue masih pengen ngomong lebih lama sama lo. Jadi, masih kurang buat gue."

"Dasar gila." Makian itu terdengar jelas di telinga Randi, ia tersenyum mendengar makian Dara. Bukannya tersinggung, tapi Randi membalas makian itu.

"Makasih, Dar. Gue emang gila kok." Randi mulai mendekatkan wajahnya ke telinga Dara. "Gue gila karena lo, Dar." Setelah mengatakan hal itu Dara segera mendorong tubuh Randi menjauh darinya. Sedangkan Randi tersenyum senang melihat respons Dara.

"Nama lo itu udah bagus. Randi Faresta yang artinya malaikat pelindung. Tapi kok lo kayak setan sih, pengganggu." Setiap kata diberi penekanan, Dara benar-benar tak habis pikir Randi masih berusaha mendekatinya.

"Eh, siapa bilang gue pengganggu. Justru gue bakal jadi malaikat pelindung lo, Dar." Randi memberikan penyanggahan pada kalimat Dara tadi. Iya, benar. Memang susah mengajak Dara berbicara.

"Terserah lo." Dara segera pergi meninggalkan Randi untuk kedua kalinya.

"Ya elah, ditinggal lagi kan gue." Randi menggerutu dengan raut wajah yang sedikit kecewa. "Dara, tungguin malaikat pelindung lo." Randi kembali mengejar Dara yang semakin menjauh.

"Berisik!" Dara semakin cepat melangkahkan kakinya, agar segera terhindar dari Randi. Ia juga menundukkan kepalanya, karena banyak sekali siswa-siswi yang memperhatikan mereka sejak tadi.

Dasar setan! Pengganggu.

-PISCES-

Sebuah rumah besar bergaya minimalis terpampang di hadapan seorang gadis berseragam putih abu-abu itu. Dengan langkah yang gontai ia mencoba membuka pintu rumah itu. Terlihat sepi, gadis itu hanya bisa memberikan senyum sinisnya. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya dan menyempatkan dirinya untuk ke dapur sebentar.

"Assalamualaikum, Bi." gadis itu menyapa asisten di rumahnya yang sedang berada di dapur.

"Walaikumsalam. Eh, Non Dara udah pulang?" Bi Sumi yang sedang sibuk mencucui piring segera membasuh tangannya dan menghampiri anak majikannya. Bi Sumi merupakan asisten rumah tangga di rumah Dara yang sudah mengabdi sangat lama. Dara memperlakukan bi Sumi dengan baik.

Dara hanya memberikan senyum tipis pada Bi Sumi, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar seperti mencari sesuatu.

"Bi, mama nggak ada di rumah?" Dara menanyakan hal itu dengan penuh harap mamanya berada di rumah.

"Nyonya masih ada di butik, non, belum pulang. Tadi katanya pulang sekitar jam sepuluh malam." Dara yang mendengar penjelasan bi Sumi langsung menampilkan raut wajah sedih dan kecewa.

"Kalau papa, bi?" Dara masih tak menyerah.

"Tadi sebenarnya tuan sudah pulang non, tapi tiba-tiba tuan mendapat telepon dari kantor katanya ada perjalanan bisnis."

Dara menghela napas lelah. Tidak bisakah orang tuanya memberi kasih sayang padanya. Orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tidak memperdulikan anaknya sama sekali. Hal itu menyebabkan Dara merasa kesepian, sehingga sifat pendiam dan cueknya inilah terbentuk.

"Non Dara mau dibuatin makan apa?" bi Sumi yang mengetahui kesedihan Dara mulai menghibur Dara sebisa mungkin.

"Nanti aja bi, aku mau mandi dulu. Bibi bisa istirahat sebentar." Dara mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dara sudah selesai membersihkan diri dan ia sudah memakai pakaian santainya. Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk kesayangannya. Tak lupa juga ponsel yang dipegangnya, menampilkan beranda aplikasi chatting-nya. Tak ada yang menarik, Dara kembali mematikan ponselnya. Dara memejamkan matanya sejenak. Hampir saja ia terlelap, tiba-tiba ada notifikasi dari ponselnya.

082136579xxx
Hai, Dar :))
Lagi ngapain?

Adara

Siapa?

082136579xxx
Ini gue, malaikat pelindung lo. Masa lo nggak tahu?
Kangen nggak sama gue?
Dar, kok nggak dibales
Oke, see you tomorrow, Dar
Read.

Dara mengembuskan napas kasar. Kenapa Randi begitu gencar mendekatinya? Padahal lelaki yang selalu mendekatinya pasti sudah tidak tahan dengan sikap cueknya. Tapi, berbeda dengan Randi, ia tak pernah menyerah mendekatinya. Jauhin gue, Ran. Gue mohon.

......

Baper nggak? Baper nggak? Krikk.. Krikk.. Krikk.. Krikk. Oke fiks sepertinya garing dan kalian nggak baper sama part ini. Tapi aku yang nulis tuh baper banget gila😂 ya nggak sampe banget. Tapi seenggaknya ada feel-nya dikit lahh.

Kalau part ini aneh maafkan diriku ya. Soalnya masih bingung gimana bangun feel untuk masalah keluarga Dara. Baiklah sekian cuap cuap author hari ini. Terimakasih buat kalian yang udah mau baca dan ninggalin jejak kalian😊

Seperti biasa vote dan komennya yahh..
👇
👇
👇

PISCES [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang